19 = 30
1 +
0.3
2.2
dimana Vi
= Tegangan kegagalan kritis udara kV į
= Faktor kerapatan udara = 1 tekanan 76 cmHg dan suhu 25 C
= =
0.386 273+
r = Jari-jari konduktor m
D = Jarak antar pusat konduktor terhadap tanah m
m = Faktor tak tentufaktor kekasaran permukaan konduktor lihat
Tabel 2.2 Dari persamaan Peek tersebut ditunjukkan bahwa pada keadaan basah,
tegangan minimum terjadinya korona lebih rendah dibandingkan dengan keadaan normal. Jadi, dapat disimpulkan korona lebih cepat terjadi pada keadaan basah.
2.5.2 Kerapatan Udara
Pada saat terjadi proses ionisasi ion-ion bergerak dalam udara dengan kecepatan yang berbeda-beda, tergantung dari kuat medan listrik yang
mempengaruhinya serta kerapatan udara yang dilaluinya. Kelincahan dari ion akan berkurang bila kerapatan udara atau gas bertambah. Udara dengan kerapatan
antar molekul yang lebih tinggi, molekul-molekul gas tersebut akan lebih padat dibandingkan gas dengan kerapatan rendah, sehingga kelincahan geraknya
berkurang.
20
2.5.3 Ukuran dan Bentuk Permukaan Konduktor
Ukuran diameter dari konduktor juga mempengaruhi fenomena terjadinya korona, konduktor dengan diameter lebih besar akan memiliki medan listrik lebih
kecil dibandingkan pada konduktor dengan diameter yang lebih kecil .
Perhatikan persamaan dibawah ini:
=
4
.
1
2
2.3 dimana
E = Kuat medan listrik kVm
Q = Muatan Coulomb
r = Jari-jari konduktor m
İ = Permitivitas medium medium udara,
İ=İ =8,85.10
-12
Fm
Konduktor dengan diameter lebih besar memiliki tegangan awal korona lebih besar dibandingkan dengan diameter yang lebih kecil. Pada konduktor
dengan diameter lebih kecil atau ujungnya runcing akan memiliki medan listrik yang lebih tinggi dikarenakan elektron terkumpul disatu titik tidak menyebar,
sehingga peristiwa korona semakin mudah terjadi. Itu sebabnya mengapa pada penangkap petir konduktor ujungnya dibuat meruncing.
Bentuk Permukaan dan kondisi dari konduktor juga mempengaruhi pembentukan korona. Pada permukaan yang tidak rata dan kotor akan mengurangi
nilai dari tegangan kegagalan awal korona sehingga korona dapat terjadi pada tegangan yang lebih rendah. Ini dikarenakan medan listrik pada permukaan yang
kasar akan lebih besar dibandingkan dengan konduktor yang memiliki permukaan
21 yang halus. Sehingga pada permukaan kasar korona yang terjadi lebih besar
dibandingkan kawat halus. Untuk kawat transmisi terdapat suatu faktor yang dinamakan faktor
ketidakteraturan m . Maksudnya merupakan ketidakteraturan dari bentuk
permukaan kawat. Dalam kondisi normal faktor permukaan kawat ini ditetapkan oleh Peek pada Tabel 2.2.
Table 2.2 Hubungan Kondisi Permukaan Kawat dengan Nilai m
o
[2]
Kondisi permukaan kawat m
Halus 1.0
Kawat padat yang kasar 0.93
– 0.98 kawat tembaga rongga
0.90 – 0.94
Kawat lilit 7 0.82
– 0.87 Kawat lilit 19-61
0.80 – 0.85
2.5.4 Jarak Antar Konduktor