Pengguna Desain Taman Patung di Taman Monas, Jakarta Pusat.

29 Ga mbar 17 P eta eksis ti ng S ektor Bar at 30

2. Topografi dan Kemiringan

Menurut Booth 1983, karakter topografi yang datar dapat menentukan bentukan desain pada tapak. Bentukan desain pada tapak yang paling tepat untuk taman bertopografi datar adalah menggunakan French Renaissance Style, gaya taman formal secara langsung akan membentuk vista dan axis yang panjang pada tapak. Selain itu, taman dengan topografi datar lebih diutamakan menggunakan pola geometrik pada sirkulasi, agar terkesan formal, kaku, dan seimbang. Pola geometrik inilah yang dapat dipertimbangkan dan diadopsi untuk pola sirkulasi pada Taman Sektor Barat Gambar 18. Gambar 18 Penggunaam French Renaissance Style pada tapak Kondisi topografi tapak yang datar, memungkinkan pengguna untuk dapat melihat tapak dengan jangkauan horizontal yang luas. Pada bagian tengah tapak kemiringan 0 dan memiliki visibilitas langsung ke arah Tugu Monas, hal ini merupakan potensi yang tinggi dan dapat dimaksimalkan sebagai area display karya seni patung dan berpotensi sebagai ruang inti. Taman Sektor Barat ini menjadi bagian dari sebuah axis panjang antara Tugu Monas, Air Mancur Menari, Jalan Merdeka Barat, dan Museum Nasional. Hal ini merupakan potensi yang dapat memperkuat pada bagian konsep taman dengan mengusung konsep sejarah. Booth 1983 juga mengatakan bahwa tipe topografi datar akan menimbulkan kesan stabil, netral, damai, dan seimbang. Tapak yang datar dapat dikatakan sebagai tapak yang ideal dan dapat dikembangkan secara maksimal. Namun, tapak yang datar dapat memberi kesan monoton jika tidak dipadukan dengan elemen-elemen vertikal. Salah satu elemen vertikal yang menonjol dan menjadi point of interest pada Taman Monas adalah Tugu Monas Gambar 19. Keberadaan Tugu Monas sebagai Taman Monas merupakan potensi yang dapat dimaksimalkan dalam desain. Gambar 19 Tugu Monas sebagai pemecah kemonotonan 31

3. Iklim dan Kenyamanan

Standar kenyamanan pada ruang terbuka dapat ditentukan dengan rumus THI Thermal Humadity Index yaitu: Dengan, T = 28.3 o C RH = 73.9 Maka, THI Taman Monas = 0,828.3 + 73.9 x 28.3 500 = 22.64 + 4.18274 = 26.82 THI pada Taman Monas menunjukan angka sebesar 26.82 yang masih dibawah jangkauan batas kenyamanan sebesar 27 dan masih dikatakan nyaman Pratiwi 2010. Namun, untuk meningkatkan kenyamanan pengguna dibutuhkan ameliorasi iklim dengan penambahan vegetasi penaung. Terkait dengan patung, perubahan iklim dapat mempengaruhi pemilihan dan penggunaan material pada patung di ruang terbuka. Menurut Kartika 2004, material yang dapat digunakan dalam pembuatan patung dapat berupa tanah liat, lilin, kayu, bambu, batu padas, batu andesit, tembaga, dan lain sebagainya. Pada tapak dengan kondisi iklim dan curah hujan yang cukup tinggi, penggunaan material tembaga dan batu lebih diutamakan. Oleh karena itu, bahan baku utama yang akan digunakan adalah batu yang cukup aman dengan kondisi iklim dan cuaca pada tapak.

4. Vegetasi

Vegetasi pada tapak sudah cukup baik, dalam penataannya vegetasi didominasi oleh jenis pohon tinggi. Berdasarkan kriteria fungsi vegetasi, terdapat tiga jenis yaitu vegetasi display, penaung, dan pengarah. Penjelasan tiga fungsi ini dapat dilihat pada Gambar 20. Berdasarkan Master Plan dari Suku Dinas Pertamanan Jakarta Pusat, vegetasi paling barat pada tapak merupakan zona konservasi yang harus dipertahankan. Area ini juga berpotensi sebagai area konservasi satwa baik yang sudah ada maupun satwa-satwa yang sengaja didatangkan dengan pemilihan vegetasi yang tepat. Perancangan pun tidak dapat banyak menggunakan semak, hal ini mempertimbangkan perawatan yang sebaiknya seminimal mungkin terhitung pada korelasi jumlah pekerja dengan luasan tapak. Selain itu, penataan vegetasi sebaiknya dapat diolah lagi dengan penyesuaian terhadap konsep taman yang akan direncanakan.

5. Aksesibilitas dan Sirkulasi

Taman Monas dikelilingi oleh pusat pemerintahan dan ekonomi yang mempermudah akses menuju Taman Sektor Barat. Taman ini dapat diakses melalui Jalan Silang Merdeka Barat Laut dan Barat Daya yang keduanya merupakan akses utama Taman Monas. Aksesibilitas pada dua jalan utama ini dapat menggunakan kendaraan bermotor, sedangkan dalam tapak sirkulasi hanya dapat dipergunakan oleh pejalan kaki. Taman Monas yang sudah ada saat ini merupakan hasil perencanaan pihak perencana bersama Gubernur Sujardi Soedirdja pada tahun 1997, ada beberapa bentukan desain yang tidak dapat dirubah. Salah satunya bentukan pola sirkulasi di Taman Sektor Barat yang sudah ditetapkan dengan pola geometrik. Pola geometrik inilah yang akan tetap dipertahankan dan diimprovisasi. Analisis aksesibilitas dan sirkulasi dapat diperjelas pada Gambar 21. THI = 0,8T + RH x T 500