oleh pernyataan Taylor et al 1997 bahwa ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan untuk peka terhadap kebutuhan
spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat menghindar untuk memberikan asuhan keperawatan spiritual. Hal tersebut terjadi
karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritualitas, dan tidak mendapatkan pendidikan
tentang aspek spiritualitas dalam keperawatan. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Allen 1999 dalam Astuty, 2005 bahwa perawat yang bekerja di
ruang ICU memiliki beban kerja yang cukup tinggi. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Tarnow 2000 bahwa kapsitas dan beban kerja perawat yang tinggi
dapat mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sehingga perawat tidak dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara maksimal.
2.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Berkaitan Hubungan dengan
Tuhan
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa 15 orang perawat 50 sering membimbing klien yang tidak koma untuk berdoa ketika cemas dan takut. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Aldridge 2001 dalam Young Koopsen, 2007 menyatakan bahwa berdoa merupakan salah satu terapi yang dapat meningkatkan
koping seseorang melalui keterikatan dirinya sendiri dan dengan Tuhan. Perawat dapat memadukan doa dalam perawatan pada pasien. Namun, sebanyak 7 orang
perawat 23,3 jarang membimbing klien yang tidak koma untuk berdoa ketika cemas dan takut dan sebanyak 5 orang perawat 16,7 tidak pernah
membimbing klien yang tidak koma untuk berdoa ketika cemas dan takut. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan pernyataan Brush, Daly, Davidhizar, Bechtel, Juratovak 2000 dalam Young Koopsen, 2007 bahwa perawat jarang atau tidak pernah
membimbing klien berdoa karena perawat takut melanggar privacy pasien, rasa khawatir akan ketidaktepatan dalam memenuhi kebutuhan spiritualitas pasien, dan
kurangnya kesadaran spiritualitas secara pribadi. Sebanyak 14 orang perawat 46,7 sering memfasilitasi akan kebutuhan
pemuka agama pada klien ketika dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aldridge 2001 dalam Young Koopsen, 2007 menyatakan bahwa berdoa
merupakan salah satu terapi yang dapat meningkatkan koping seseorang melalui keterikatan dirinya sendiri dan dengan Tuhan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Brush Daly 2000 dalam Young Koopsen, 2007 bahwa salah satu peran perawat dalam pemberian perawatan spiritualitas pada pasien dengan
menyerahkannya kepada pemuka agama. Namun, sebanyak 3 orang perawat 10 jarang memfasilitasi kebutuhan akan pemuka agama pada klien ketika
dibutuhkan dan sebanyak 1 orang perawat 3,3 tidak pernah memfasilitasi akan kebutuhan pemuka agama pada klien ketika dibutuhkan. Peneliti berpendapat
bahwa kemungkinan perawat menganggap bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualitas merupakan salah satu tanggung jawab perawat bukan diserahkan
kepada rohaniawan atau tokoh agama.
2.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Berkaitan Hubungan dengan Diri