Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kunci kebangkitan. Seperti pada peristiwa dibomnya Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Ketika Negara sudah tidak memiliki apa-apa lagi, bahan pangan habis, bangunan hancur luluh lantak, segala infrastruktur kehidupan porak poranda, kaisar jepang ketika itu bertanya kepada pemegang pemerintahan, “sensei wa nannin irun deshou ka?”, yang berarti “berapa banyak guru yang tersisa?” Yang ditanyakan sang kaisar bukan lah masalah pangan ataupun uang. Tetapi guru untuk pendidikan. Pendidikan merupakan prioritas utama. Sarana dan prasarana dilengkapi, lembaga pendidikan bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai tentang kedisiplinan, kerja keras, kejujuran, dan kerja sama yang erat, akhirnya jepang dapat bangkit dan menjadi Negara maju bahkan disegani oleh amerika. Hal sama seperti yang tertuang dalam buku fenomenal laskar pelangi karya Andrea Hirata bahwa sebuah SD Muhammadiyah terpencil dan miskin di Belitong memiliki semangat luar biasa dalam pendidikan sehingga dapat mengalahkan prestasi sekolah PN yang berfasilitas super lengkap. Kita tidak dapat menuntut semua murid kita seperti tokoh lintang yang jenius dalam buku ini. seorang lintang yang semangat belajarnya mengalahkan 80 km jarak yang harus ditempuh dengan sepedanya setiap hari dan buaya ganas menghalangi jalan-jalan di Belitong. Yang bisa kita lakukan adalah Universitas Sumatera Utara meningkatkan kapasitas pendidikan dan pengajaran sehingga murid-murid dapat belajar dengan optimal. Untuk itu, kita harus dapat menemukan metode-metode yang dapat membuat pembelajaran lebih menarik dan mudah dimengerti oleh mereka. Salah satu metode yang perlu dikembangkan ialah dalam komunikasi. Komunikasi menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Seorang pendidik haruslah memiliki komunikasi yang baik dan efektif agar transfer ilmu dan nilai bisa berjalan efektif pula. Berdasarkan penelitian De Porter, manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 70 dari apa yang dikerjakan, 50 dari apa yang didengar dan dilihat audio visual, sedangkan dari yang dilihat hanya 30, dari yang didengarnya hanya 20, dan dari yang dibacanya hanya 10. Berdasarkan penelitian tersebut tentu praktik dan eksperimen harus diutamakan. Namun adakalanya, percobaan dari suatu materi maupun teori membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Untuk itu diperlukan alat bantu pengajaran, salah satunya adalah pembelajaran menggunakan animasi interaktif. Hal ini, membuka peluang bagi software-software animasi semacam macromedia flash untuk membantu dalam memvisualisasikan materi pembelajaran tersebut dalam bentuk animasi materi pembelajaran secara interaktif. Dengan menggunakan flash materi pembelajaran menjadi menarik dan tidak statis, sehingga murid akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan melalui gambar-gambar bergerak dan suara yang dapat mereka praktikkan secara langsung.

1.2 Identifikasi Masalah