Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu Subroto, 2002. Bagi pengukuran suksesnya pengajaran, memang syarat utama adalah
“hasilnya”. Tetapi harus diingat bahwa dalam menilai atau menerjemahkan “hasil” itu pun harus secara cermat dan tepat, yaitu dengan memerhatikan
bagaimana “prosesnya”. Dalam proses inilah siswa akan beraktivitas. Dengan proses yang tidak baikbenar, mungkin hasil yang dicapainya pun tidak akan baik,
atau kalau boleh dikatakan hasil itu adalah hasil semu. Adapun hasil pengajaran itu dikatakan betul-betul baik, apabila memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: a. Hasil itu tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa.
b. Hasil itu merupakan pengetahuan “asli” atau “otentik”. Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian
kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan
penuh makna bagi dirinya Sardiman, 2007.
2.4 Kemampuan Mahasiswa
Keinginan seorang siswa perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar
disekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, merespon dengan tindak belajar. Pada umumnya semula siswa belum menyadari pentingnya
Universitas Sumatera Utara
belajar. Berkat informasi dosen tentang sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa arti bahan belajar baginya.
Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan belajar.
Kemampuan-kemampuan bahan kognitif, afektif, psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi
tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan
dirinya. Hal ini akan memperkuat keinginan untuk semakin mandiri. Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik terhadap lingkungannya. I. Ranah kognitif Bloom, dkk terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut:
1 Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari
dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip atau metode.
2 Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari. 3
Penerapan, mencakup kemampuan menerapakan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, mengunakan prinsip.
4 Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan kedalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
Universitas Sumatera Utara
5 Sintesis,mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program kerja. 6
Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan criteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil karangan.
Keenam jenis perilaku ini bersifat hierarkis, artinya perilaku pengetahuan tergolong terendah dan perilaku evaluasi tergolong tertinggi. Perilaku yang
terendah merupakan perilaku yang “ harus ” dimiliki terlebih dahulu sebelum mempelajari perilaku yang lebih tinggi. Untuk dapat menganalisis misalnya, siswa
harus memiliki pengetahuan, pemahaman, penerapan tertentu. II. Rana afektif Krathwohl Bloom, dkk terdiri dari lima perilaku-perilaku
sebagai berikut : 1
Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut. Misalnya, kemampuan mengakui adanya
perbedaan-perbedaan. 2
Partisipasi,yag mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam satu kegiatan. Misalnya, mematuhi aturan, dan
berpartisipasi dalam satu kegiatan. 3
Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai,mengakui, dan menentukan sikap. Misalnya menerima suatu
pendapat orang lain. 4
Organisasi, yang mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup. Misalnya, menempatkan nilai dalam
suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab.
Universitas Sumatera Utara
5 Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai
danmembentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Misalnya kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan yang berdisiplin.
Kelima jenis perilaku tersebut tampak mengandung tumpang tindih dan juga berisi kemampuan kognitif. Perilaku penerimaan merupakan jenis perilaku
terendah danperilaku pembentukan pola hidup merupakan jenis perilaku tertinggi III. Ranah psikomotor Simpson terdiri dari tujuh jenis perilaku:
1 Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan
mendeskriminasikan hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
2 Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan
dimana akan terjadi suatu gerakan atau serangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakaup jasmani dan rohani.
3 Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai
contoh atau gerakan peniruan. 4
Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh.
5 Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau
keterampilan yang terdiri dari banyak tahap secara lancar, efisien, dan tepat. 6
Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan persyaran khusus yang
berlaku.
Universitas Sumatera Utara
7 Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak gerik yang baru
atas dasar prakarsa sendiri. Ketujuh jenis perilaku tersebut mengandung urutan taraf yang berangkaian.
Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan ururtan fase-fase dalam proses belajar motorik Mudjiono Dimyati, 2006.
2.5 Praktek Klinik