TATA KERJA 4. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER-009 A JA01 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

188 2 Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan pejabat Kejaksaan pada Perwakilan Negara Republik Indonesia di luar negeri diatur oleh Jaksa Agung setelah mendapat persetujuan dari menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.

BAB XVII TENAGA AHLI

Pasal 470 1 Di lingkungan Kejaksaan dapat dibentuk Tenaga Ahli dan mempunyai tugas untuk memberikan dukungan terhadap pelaksanaan tugas dan wewenang Kejaksaan dan dimaksudkan tidak memberikan keterangan ahli dalam persidangan; 2 Tenaga Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berasal dari pegawai negeri dan bukan pegawai negeri; 3 Ketentuan lebih lanjut mengenai Tenaga Ahli sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur lebih lanjut oleh Jaksa Agung setelah mendapat peretujuan Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi.

BAB XVIII TENAGA TATA USAHA

Pasal 471 1 Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang Kejaksaan, di lingkungan Kejaksaan dapat diangkat dan ditugaskan Tenaga Tata Usaha sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 2 Tenaga Tata Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 hanya dapat menduduki jabatan struktural selain jabatan struktural yang ditetapkan hanya dapat diduduki oleh jabatan fungsional jaksa atau jabatan fungsional selain jabatan fungsional jaksa, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3 Tenaga Tata Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dapat diberikan penamaan lain sesuai dengan penamaan jabatan struktural atau jabatan fungsional yang diduduki.

BAB XIX TATA KERJA

189 Pasal 472 Dalam melaksanakan tugas, Jaksa Agung Muda, Kepala Badan, Kepala Pusat pada Badan, Sekretaris Jaksa Agung Muda, Kepala Biro, Direktur, Inspektur dan Kepala Pusat lainnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integritas dan sinkronisasi baik di lingkungan masing-masing dan antara satuan kerja di lingkungan Kejaksaan, serta dengan instansi lain di luar Kejaksaan sesuai dengan tugas dan kewenangan serta fungsi masing-masing. Pasal 473 Pimpinan satuan kerja dan setiap unsur pelaksana dalam lingkungan Jaksa Agung Muda dan Pusat, wajib memimpin dan mengkoordinasikan bawahan masing-masing serta memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan. Pasal 474 Pimpinan satuan kerja dan setiap unsur pelaksana wajib mengikuti dan mematuhi semua petunjuk atasan dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing serta menyampaikan laporan tepat pada waktunya. Pasal 475 Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan kerja dan unsur pelaksana wajib ditelaah, diolah serta dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahan. Pasal 476 Inspektur menyampaikan laporan kepada Jaksa Agung Muda Pengawasan dikoordinasikan oleh Sekretaris Jaksa Agung Muda Pengawasan. Pasal 477 Kepala Pusat LITBANG dan Kepala Pusat DASKRIMTI wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Jaksa Agung melalui Jaksa Agung Muda Pembinaan. 190 Pasal 478 Kepala Pusat PENKUM diwajibkan menyampaikan laporan secara berkala kepada Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen. Pasal 479 Para Kepala Pusat di lingkungan Badan Diklat wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Badan Pendidikan dan Pelatihan. Pasal 480 Dalam menyampaikan laporan masing-masing pada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan kepada satuan kerja secara fungsional mempunyai hubungan kerja. Pasal 481 Dalam melaksanakan tugas pimpinan satuan kerja dan yang dibawahnya secara berkala wajib mengadakan rapat dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan. Pasal 482 1 Widyaiswara, Pranata Komputer dan jabatan fungsional lainnya secara administratif berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan; 2 Widyaiswara, Pranata Komputer dan jabatan fungsional lainnya dalam melaksanakan kegiatan lainnya dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior selaku Ketua kelompok dan Ketua Sub Kelompok; 3 Kegiatan dan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dikoordinasikan dengan bidang terkait.

BAB XX ESELONISASI, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN