Latar Belakang lapkir nilai tambah cabai 2016

1 I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cabai merah Capsicum annum L merupakan lima komoditas unggulan provinsi Bengkulu selain kentang, kubis, bawang merah dan tomat. Cabai merah memiliki banyak manfaat, dimana manfaat dan kegunaan cabai merah tidak dapat digantikan dengan komoditas lainnya sehingga konsumen akan tetap membutuhkannya yang mengakibatkan permintaan buah dipasaran cukup tinggi. Produksi cabai merah segar di Provinsi Bengkulu tahun 2014 sebesar 46.166,70 ton, mengalami peningkatan sebesar 6.165,80 ton 15,41 persen dibandingkan tahun 2013. Peningkatan produksi tertinggi terjadi di kabupaten Rejang Lebong sebesar 10.721,40 ton 40,41 persen BPS Provinsi Bengkulu, 2015 . Kabupaten Rejang Lebong merupakan sentra produksi cabai merah di Provinsi Bengkulu dengan produksi 37.251,30 ton atau 80,69 persen dari total produksi cabai merah di Provinsi Bengkulu. Produksi cabai merah ini selalu mengalami peningkatan mulai tahun 2012 dengan produksi cabai merah sebesar 17.695,80 ton dan pada tahun 2013 sebesar 26.529,90 ton BPS Provinsi Bengkulu, 2015. Cabai memiliki kandungan air yang tinggi sekitar 60-85 pada saat panen. Akibatnya cabai merah memiliki karakteristik yang mudah rusak. Kerusakan umum yang terjadi pada cabai merah adalah busuk akibat jamur Charmongkolpradit et al., 2010. Karakteristik cabai merah yang mudah rusak ini menyebabkan fluktuasi harga cabai merah sangat tinggi. Pada saat panen raya harganya turun drastis sehingga petani terpaksa menjual hasil panennya dengan harga yang rendah. Pustaka 2008 dan Sembiring 2009 menyatakan, pada saat harga cabai merah jatuh karena panen yang melimpah dan distribusi yang kurang cepat, petani terpaksa menjual hasil panennya dengan sangat murah. Tanpa penanganan atau pengolahan yang cepat dan tepat, kelebihan produksi cabai pada saat panen raya akan menyebabkan harga jualnya makin turun dan akhirnya cabai dibuang atau tidak dapat diolah lagi. Permasalahan yang ada di tingkat petani saat ini yaitu petani belum menerapkan penanganan pascapanen sehingga susut hasil losses cabai merah masih cukup tinggi yaitu sekitar 40 . Hal ini terjadi karena fasilitas dan pengetahuan petani tentang penanganan pascapanen masih terbatas. Teknologi 2 pascapanen atau pengolahan cabai menjadi andalan dalam mempertahankan dan meningkatkan nilai jual produk yang dituntut prima oleh konsumen. Usaha penyimpanan masih terbatas dengan menggiling cabai merah dalam bentuk basah dimana hasil olahan cabai merah giling yang masih belum memenuhi standar mutu cabai giling dan dijual dalam bentuk curah, sehingga daya simpan produk menjadi singkat. Petani belum menerapkan penanganan penyimpanan dan pengeringan pada suhu rendah. Hal ini dikarenakan pengetahuan petani yang masih terbatas mengenai penanganan pascapanen dan olahan cabai merah yang baik dan benar. Oleh karena itu, petani cabai perlu memiliki pengetahuan tentang penanganan komoditas yang mudah rusak agar kesegarannya dapat dipertahankan lebih lama, memperpanjang umur simpan cabai merah, disamping memudahkan pendistribusian dan meningkatkan nilai tambah cabai melalui teknologi penyimpanan cabai dalam bentuk segar, olahan dan bentuk kering serta teknologi pengeringan, diversifikasi produk olahan cabai kering dan pengemasannya.

1.2. Tujuan