50
2.2 Kajian Penelitian yang Relevan
1 Ester Alake-Tuenter 2006 melakukan penelitian tentang kompetensi guru sekolah dasar di
Belanda. Tujuan pertama penelitian ini adalah untuk melihat profil kompetensi profesional,
yang diperlukan untuk mengajar di sekolah dasar di Belanda. Hasilnya adalah bahwa profil
kompetensi guru sekolah dasar di Belanda menunjukkan kesenjangan bila dibandingkan
dengan American National Science Education Standards NSES. Kesenjangan terdapat dalam
standar yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik
guru. Ditemukan
juga bahwa
lemahnya penguasaan kompetensi tertentu berhubungan dengan lemahnya penguasaan
kompetensi yang lain. Evaluasi akhir terhadap model instrumen evaluasi guru menunjukkan
bahwa kompetensi guru sekolah dasar di Belanda mencapai 80 .
Temuan penelitian
ini mendukung
penelitian tindakan yang dilakukan penulis tentang kemampuan guru sekolah dasar.
Meskipun penelitian penulis hanya sebatas pada
kemampuan spesifik
penyusunan instrumen penilaian ranah afektif.
51 2 Camelia dan Umi Chotimah 2012 melakukan
penelitian tentang : Kemampuan Guru dalam Membuat Instrumen Penilaian Domain Afektif
pada Mata pelajaran PKn di SMP Negeri se- Kabupaten
Ogan Ilir.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam membuat instrumen penilaian domein afektif
pada mata pelajaran PKn di SMP Negeri se- Kabupaten Ogan Ilir cukup baik, maka
penilaian domein afektif pada mata pelajaran PKn di sekolah untuk mengukur sikap, minat,
konsep diri, nilai dan moral siswa harus terus dilakukan oleh guru.
Temuan penelitian
ini mendukung
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tentang IHT untuk meningkatkan kemampuan
guru SD Laboratorium Kristen Satya Wacana dalam menyusun instrumen penilaian ranah
sikap. Namun yang membedakan adalah bahwa penelitian yang akan dilaksanakan nantinya
merupakan Penelitian Tindakan Kelas. 3 Wahyudi 2010 melakukan penelitian tentang
standar kompetensi
profesional guru,
menemukan bahwa keberhasilan guru dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran
tidak terlepas dari kompetensi dimilikinya.
52 Betapapun tinggi semangat dan motivasi yang
dipunyai oleh guru, kinerja guru tidak dapat maksimal
jika tidak
diimbangi dengan
penguasaan kompetensi
profesional yang
dipersyaratkan, kompetensi
profesional mencakup sub kompetensi sebagai berikut:
Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi, menguasai konsep konsep
keilmuan dalam kehidupan sehari hari dan menguasai langkah langkah penelitian dan
kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan atau materi bidang
studi. Hasil penelitian Wahyudi membuktikan bahwa keberhasilan guru dalam mengajar tidak
terlepas dengan kompetensi yang dimiliki. Temuan penelitian ini menjadi dasar
penelitian tindakan yang dilakukan penulis khususnya tentang kompetensi profesional yang
dimiliki oleh guru. 4 Darmansyah 2014 menulis tentang Tehnik
penilaian sikap spiritual dan sosial dalam pendidikan
karakter menemukan
bahwa pemahaman
guru tentang
konsep dan
implementasi penilaian spiritual dan sikap sosial masih rendah. Rendahnya kompetensi
guru dalam mengevaluasi sikap spiritual dan
53 sosial
telah berdampak
negatif terhadap
prsetasi belajar siswa pada kompetensi inti karena hal tersebut merupakan fokus utama
dalam kurikulum berbasis karakter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4
model evaluasi yang dapat diterapkan guru dalam mengevaluasi sikap spiritual dan social
siswa seperti: 1 Evaluasi mandiri; 2 Observasi guru; 3 Peer assessment; dan 4 Jurnal
harian. Temuan
penelitian Darmansyah
menemukan bahwa pemahaman guru tentang konsep dan implementasi penilaian spiritual
dan sikap sosial masih rendah. Hal ini senada dengan hasil studi pendahuluan yang penulis
lakukan di SD Laboratorium Kristen Satya Wacana menunjukkan pemahaman guru SD
Laboratorium Kristen Satya Wacana dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap
masih rendah. 5 Fidyawati 2013 melakukan penelitian tentang
Efektifitas In House Training Dalam Peningkatan Kompetensi
Guru di
SMA Laboratorium
Percontohan UPI Bandung. menemukan bahwa In House Training IHT mempunyai peranan
yang sangat penting bagi guru PKn dalam
54 meningkatkan
kompetensinya melalui
pelatihan-pelatihan. Temuan
penelitian ini
mendukung penelitian tindakan yang dilakukan penulis
khususnya tentang Efektifitas In House Training dalam meningkatkan kemampuan guru.
6 Heldy Eriston 2011 melakukan penelitian tindakan
sekolah tentang
Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Membuat
Powerpoint melalui In House Training di SMK Teknik
Industri Purwakarta.
Hasilnya menyimpulkan In House Training bermanfaat
untuk meningkatkan
kemampuan guru
membuat powerpoint
untuk media
pembelajaran. Tindakan yang telah mencapai hasil 86 melampaui indikator yang telah
ditetapkan yaitu 75 menunjukan bahwa IHT dapat
secara signifikan
meningkatkan kemampuan guru membuat powerpoint untuk
media pembelajaran. Temuan Penelitian Tindakan Sekolah yang
dilakukan oleh
Heldy Eriston
tentang meningkatkan
kemampuan guru
dalam membuat Powerpoint melalui In House Training
sangat mendukung penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang IHT untuk meningkatkan
55 kemampuan guru SD Laboratorium Kristen
Satya Wacana dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap.
7 Naill Hegarty 2014 menulis tentang keefektifan program
pelatihan dalam
hal tujuan
pembelajaran, sebagai sebuah media untuk meningkatkan karir individu, dan sebagai suatu
bentuk dari pendidikan yang diakui. Hasil temuan
menunjukkan program
pelatihan sangat penting, karena melalui perbaikan
program pelatihan tujuan organisasi maupun individu dapat tercapai.
Penelitian ini membuktikan bahwa program pelatihan sangat penting. Temuan penelitian ini
mendukung penelitian tindakan yang penulis lakukan
khususnya tentang
keefektifan program pelatihan.
8 Shakoor, A., Ghumman, M.S., Mahmood, T. 2013 meneliti tentang Pengaruh In Service
Training terhadap kapasitas kerja dan kinerja guru sain di tingkat menengah. Hasil penelitian
menunjukkan In Service Training memiliki dampak capaian yang tinggi dan positif pada
kompetensi profesional,
serta membuat
pelaksanaan kurikulum lebih efektif. Temuan penelitian ini mendukung penelitian tindakan
56 yang dilakukan penulis khususnya tentang
Efektifitas In
Service Training
dalam meningkatkan kemampuan guru.
Penelitian tentang kompetensi guru telah banyak dilakukan seperti telah dikemukakan pada
review setiap
jurnal, yaitu
penelitian yang
dilakukan oleh
Ester Alake-Tuenter
2006, Wahyudi 2010, Camelia dan Umi Chotimah 2012
dan Darmansyah
2014. Penelitian
tentang pelatihan IHT juga telah banyak dilakukan,
diantaranya penelitian
yang dilakukan
oleh Fidyawati 2013, Heldy Eriston 2011, Shakoor, A.,
Ghumman, M.S., Mahmood, T. 2013 dan Nail Hegarty 2014. Namun penelitian-penelitian dengan
variabel pelatihan
IHT untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam jurnal yang telah direview
oleh penulis lebih dominan sebagai penelitian korelasional dan eksperimental saja. Kalaupun ada
penelitian pelatihan IHT itupun model konseptual yang hakikatnya berbeda dengan model prosedural
yang akan digunakan dalam penerapan pelatihan IHT untuk meningkatkan kemampuan guru SD
Laboratorium Kristen
Satya Wacana
dalam menyusun
instrumen penilaian
skala sikap.
Demikian juga belum dilakukan penelitian yang secara
spesifik IHT
untuk meningkatkan
57 kemampuan guru dalam menyusun instrumen
penilaian skala sikap.
2.3. Kerangka Pikir