39 sekarang dan menyiapkan orang bagi peluang,
tanggung jawab dan tugas di masa depan.
b. Jenis-jenis Pelatihan
Menurut Sedarmayanti 2014: 167, ditinjau dari masa pelaksanaannya, pelatihan
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1
Pre-service training pelatihan pra-tugas adalah pelatihan yang diberikan kepada
calon karyawan yang akan mulai bekerja, atau
karyawan baru
yang bersifat
pembekalan, agar
mereka dapat
melaksanakan tugas
yang nantinya
dibebankan kepada mereka. 2
In Service Training pelatihan dalam tugas adalah
pelatihan dalam
tugas yang
dilakukan untuk karyawan yang sedang bertugas dalam organisasi dengan tujuan
meningkatkan kemampuan
dalam melaksanakan pekerjaan. Termasuk di
dalamnya sekolah melakukan pelatihan di tempat sendiri In House Training.
3 Post
Service Training
pelatihan purnapasca tugas adalah pelatihan yang
dilaksanakan organisasi untuk membantu
40 dan
mempersiapkan karyawan
dalam menghadapi pensiun.
Sedangkan Najib,
2015: 226
menyebutkan bahwa ada 8 jenis kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
guru yaitu; 1 In House Training IHT, 2 Program magang, 3 Kemitraan Sekolah, 4
Belajar jarak jauh, 5 Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus, 6 Kursus singkatdi LPTK,
7 Pembinaan internal sekolah, 8 Pendidikan lanjut.
Berdasarkan pendapat
dari Sedarmayanti dan Najib In House Training
merupakan pelatihan yang dilakukan dalam masa
jabatan. Selanjutnya
dari dua
pandangan tentang hakikat dan jenis-jenis kegiatan pelatihan yang sudah dipaparkan di
atas, dapat dirumuskan bahwa In House Training IHT merupakan training yang sangat
potensial untuk meningkatkan kemampuan guru. Untuk memberikan gambaran yang
jelas tentang In House Training, selanjutnya akan dibahas pengertian IHT, tujuan dan
upaya peningkatan kemampuan guru dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap
melalui In House Training.
41
c. In House Training
Menurut Sujoko 2012: 40 In House Training merupakan program pelatihan yang
diselenggarakan di tempat sendiri, sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru
dalam menjalankan pekerjaannya dengan mengoptimalkan potensi-potensi yang ada.
Sedangkan menurut Danim 2011: 94 In House Training IHT merupakan program
pelatihan yang dilaksanakan secara internal oleh kelompok kerja guru, sekolah atau tempat
lain yang ditetapkan sebagai penyelenggaraan pelatihan yang dilakukan berdasarkan pada
pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier guru
tidak harus dilakukan secara eksternal, namun dapat dilakukan secara internal oleh
guru. Ketentuan peserta dalam IHT minimal 4 orang dan maksimal 15 orang. Berdasarkan
pengertian dari Sujoko dan Danim, nampak bahwa esensi dari IHT adalah kegiatan untuk
meningkatkan kemampuan
guru dengan menggunakan segala sarana dan prasarana
yang ada di sekolah. Dengan demikian yang dimaksud IHT dalam penelitian ini adalah
pelatihan guru yang dilaksanakan
42 berdasarkan permintaan pihak sekolah,
pesertanya berasal dari satu sekolah, dengan materi pelatihan yang disesuaikan oleh pihak
sekolah khususnya dalam penggunaan alat peraga, dan dilaksanakan di sekolah tempat
guru tersebut bekerja.
Tujuan IHT menurut Lulu Kamaludin 2011: 2 dan Meldona 2009: 234 yaitu: a
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia SDM;
b memperbaiki
kinerja, c
menciptakan interaksi antara peserta; d mempererat rasa kekeluargaan dan
kebersamaan; serta e meningkatkan motivasi dan budaya belajar yang berkesinambungan.
Dari sisi keuntungan Lulu Kamaludin 2011: 2 menyebutkan: a Hasilnya lebih maksimal, b
Materinya lebih spesifik, c Biaya lebih murah. Sedangkan berkaitan dengan langkah-
langkah IHT,
Marwansyah 2012:
170, menjelaskan bahwa IHT dilakukan melalui tiga
fase, yaitu fase perencanaan, fase proses penyelenggaraan dan fase evaluasi.
1 Fase Perencanaan Perencanaan mempunyai fungsi untuk
menentukan tujuan atau kerangka tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
43 tertentu Syukur, 2011: 9. Hal-hal yang perlu
dilakukan pada fase ini adalah: menentukan sasaran
pelatihan; menentukan
tujuan pelatihan; menentukan pokok bahasan
materi pelatihan; menentukan pendekatan dan
metodologi pelatihan;
menentukan peserta pelatihan dan fasilitator trainer;
menentukan waktu dan tempat pelatihan; menentukan semua bahan yang diperlukan
dalam pelatihan; menentukan model evaluasi pelatihan;
menentukan sumber
dana pembiayaan yang dibutuhkan.
2 Fase Proses Penyelenggaraan Proses penyelenggaraan pelatihan pada
dasarnya merupakan
implementasi dari
perencanaan. Fase ini dibagi menjadi dua tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan pelatihan.
Pada tahap
persiapan, proses pelatihan diantaranya
meliputi: mempersiapkan kelengkapan bahan pelatihan undangan pemberitahuan, materi,
jadwal, media, daftar hadir, instrumen evaluasi dan kesiapan sarana prasarana
tempat, fasilitas, konsumsi, peserta maupun trainer Nawawi, 2008 : 228.
44 3 Fase Evaluasi Pelatihan
Fase evaluasi adalah fase penilaian terhadap kegiatan pelatihan yang telah
dilaksanakan. Fase ini bukan untuk menilai prestasi hasil belajar peserta pelatihan
melainkan penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan dan sesudah kegiatan
pelatihan Nawawi, 2008:228. Fase evaluasi tersebut
merupakan fase
terakhir dari
seluruh pelaksanaan pelatihan, pada fase ini dimaksudkan
untuk menilai
kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan dan
dilakukan selama dan sesudah pelatihan. Hasil dari evaluasi tersebut kemudian
akan menjadi
umpan balik,
untuk melakukan
prediksi atau
perkiraan kebutuhan pelatihan selanjutnya. Melalui
beberapa tahapan di atas, maka diharapkan pelaksanaan IHT dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
2.1.4 Tindakan Sekolah dalam bentuk Pelatihan Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Guru
Permasalahan tentang
kesenjangan kemampuan guru dalam melaksanakan penilaian
dapat dipecahkan melalui kegiatan pelatihan. Jika
45 suatu rancangan pelatihan ini dikaitkan dengan
tugas dan fungsi kepala sekolah, maka dapat dipadukan dengan kegiatan supervisi melalui
kegiatan penelitian Tindakan Sekolah sebagai salah satu ragam Penelitian Tindakan.
Menurut Sugiyono 2013: 697 Penelitian Tindakan adalah merupakan cara ilmiah yang
sistematis dan bersifat siklus digunakan untuk mengkaji
situasi sosial,
memahami permasalahannya, dan selanjutnya menemukan
pengetahuan yang
berupa tindakan
untuk memperbaiki situasi sosial tersebut. Sedangkan
menurut Mills, 2011 seperti dikutip oleh Craig A. Mertler 2011: 5 Penelitian tindakan didefinisikan
sebagai penelitian sistematis apa saja yang dilaksanakan oleh para guru, penyelenggara
pendidikan, guru
konseling penasehat
pendidikan, atau yang lainnya yang menaruh minat dan berkepentingan dalam proses atau
lingkungan belajar mengajar PBM dengan tujuan mengumpulkan informasi seputar cara kerja
sekolah, cara mengajar guru dan cara belajar siswa mereka. Dari dua definisi ini terlihat bahwa
komponen penting dari pengertian penelitian tindakan adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan
46 untuk memperbaiki kondisi sosial yang kurang
baik. Selanjutnya
jika pengertian
tersebut dikaitkan
dengan organisasi
sekolah, maka
penelitian tindakan tersebut menjadi penelitian tindakan sekolah. Menurut Suyadi 2012: 13
Penelitian Tindakan Sekolah merupakan upaya untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan,
dan mengembangkan manajemen sekolah agar menjadi produktif, efektif dan efisien.
a. Model-Model Penelitian Tindakan
Menurut Muhammad Yaumi Muljono Damopolli 2014: 19 ada beberapa model
penelitian tindakan yaitu: 1 model Kurt Lewin; 2 model Kemmis dan Mc Taggart; 3 model
John Elliott; 4 model Schmuck; 5 model Stringer.
Dalam penelitian
ini penulis
menggunakan model penelitian tindakan model Stringer. Model Stringer memiliki kerangka
dasar yang kuat, yang ditandai dengan tiga kata, Look melihat atau memandang, Think
berpikir, dan Act bertindak yang memberi dasar pada setiap orang untuk melakukan
penyelidikan secara
langsung dengan
melakukan secara
detail hal-hal
sebagai
47 berikut: 1 Melihat, yaitu mengumpulkan
informasi yang relevan pengumpulan data, menggambarkan situasi mendefinisikan dan
mendeskripsikan; Memikirkan: Mengeksplorasi dan menganalisis: apa yang sedang terjadi
menganalisis, menginterpretasi
dan menjelaskan atau berteori; dan bertindak, yaitu
merencanakan melaporkan, mengimplemen- tasikan dan mengevaluasi.
b. Tujuan Penelitian Tindakan