20 keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan
reflektif dan
5 memanfaatkan
teknologi informasi
dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Khusus
tentang kompetensi profesional mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan
kepadanya, guru SDMI sebagai guru kelas harus menguasai lima bidang ke-SD-an.
2.1.2. Kemampuan Guru SD dalam Menyusun Instrumen Penilaian Ranah Sikap
Kemampuan guru SD dalam menyusun instrumen penilaian ranah sikap adalah kemampuan dalam
hal: a
memahami hakekat
penilaian, b
memahami hakekat penilaian sikap, c memilih instrumen penilaian ranah sikap, d memahami
langkah-langkah penyusunan penilaian ranah sikap model skala Likert.
Kemampuan guru
tersebut selanjutnya
dipraktekkkan dalam penyusunan instrumen penilaian ranah skala sikap pada topik-topik
tertentu dalam pembelajaran yang menekankan pada penilaian ranah afektif.
a.
Hakikat Penilaian
Istilah penilaian merupakan suatu ke- giatan guru selama rentang pembelajaran yang
21 berkaitan
dengan pengambilan
keputusan tentang pencapaian kompetensi peserta didik
yang memiliki karakteristik individual yang unik Depdiknas. 2006. Dalam rangka pengambilan
keputusan tersebut, diperlukan data sebagai informasi
yang diandalkan
sebagai dasar
pengambilan keputusan. Data yang diperoleh guru selama pembelajaran berlangsung dijaring
dan dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai dengan kompetensi atau
indikator yang akan dinilai. Dari proses ini, diperoleh potretprofil kemampuan peserta didik
dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan masing- masing.
Dari rumusan tentang pengertian asesmen proses dan hasil belajar tersebut di atas, nampak
jelas bahwa ada empat komponen penting dalam asesmen proses dan hasil belajar, yaitu:
Pertama, pelacakan terhadap kompetensi siswa mencakup proses dan hasil belajar.
Asesmen proses
dilakukan selama
proses pembelajaran
berlangsung pada
setiap pertemuan dan beberapa pertemuan berikutnya
dilakukan pada awal, pertengahan atau akhir
22 pertemuan. Hasil asesmen proses memberikan
gambaran tentang kompetensi siswa sementara pada pertemuan tersebut. Hasil pemantauan
kompetensi sementara ini menjadi bahan acuan bagi
guru dalam
menentukan langkah
pembelajaran berikutnya. Apakah RPP yang telah direncanakan dapat dilanjutkan atau dilakukan
penyesuaian, perbaikan atau bahkan menyusun RPP baru. Idealnya siklus asesmen proses ini
dilakukan terus menerus pada setiap pertemuan dengan mengacu indikator yang telah ditetapkan.
Pada akhirnya setelah terlaksana beberapa siklus
asesmen pembelajaran
diperoleh gambaran pencapaian kompetensi siswa pada
satu kompetensi dasar yang mencakup semua indikator. Sedangkan asesmen hasil belajar
dilakukan minimal setelah satu kompetensi dasar dipelajari. Bila cakupan kompetensinya
cukup luas, asesmen hasil belajar dapat dilakukan lebih dari satu kali, dan tidak perlu
semua indikator diasesmen. Cukup indikator- indikator esensial yang menjadi parameter
pencapaian kompetensi dasarnya. Oleh karena basis asesmen proses dan hasil belajar adalah
sejauh mana sebuah kompetensi telah dicapai oleh
siswa, maka
Mulyasa 2002:103
23 menyamakan terminologi asesmen proses dan
hasil belajar ini sebagai Penilaian Berbasis KompetensiPBK Competency Based Assesment.
Kedua, kompetensi siswa sebagai tujuan pembelajaran hakikatnya adalah kesatuan utuh
holistik pengetahuan, ketrampilan serta nilai- nilai dan sikap yang dapat ditampilkan siswa
dalam berpikir dan bertindak bandingkan dengan Mulyasa, 2002: 37. Oleh karena itu
asesmen harus mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
Ketiga, asesmen dilakukan selama rentang pembelajaran;
maknanya bahwa
asesmen merupakan
satu kesatuan
integral dalam
merancang dan melaksanakan pembelajaran, bukan bagian yang terpisah dari pembelajaran.
Keempat, pengambilan keputusan dalam asesmen didasarkan pada karakteristik siswa
secara individual. Maknanya bahwa keputusan tentang tingkat pencapaian kompetensi siswa
harus memperhatikan konstruk pengetahuan yang dibangun oleh masing-masing siswa secara
individual, seturut
dengan paradigma
konstruktivisme. Oleh karena itu guru harus menggunakan berbagai datainformasi yang
diperoleh dari berbagai teknik dan instrumen
24 asesmen sesuai dengan karakteristik masing-
masing siswa, baik teknik tes maupun non tes.
b. Hakikat Penilaian Ranah Sikap