KHA. Dahlan Melawat ke Jawa Timur

KHA. Dahlan Melawat ke Jawa Timur

Sejak K.H. Ibrahim telah ikut serta membantu KHA. Dahlan dan memimpin Pengajian Wanita yang dahulu dipegang oleh KHA. Dahlan, kiranya KHA. Dahlan lantas banyak waktu untuk beristirahat, tetapi tidak demikian, bahkan sering meninggalkan kota Yogyakarta keluar daerah yang dipandang perlu untuk dikunjungi, atau memang sudah janji berkunjung.

Pada satu waktu KHA. Dahlan berkunjung ke Jawa Timur sampai beberapa hari, diantaranya salah satu yang dikunjungi Kawedanan Sumber Pocong (Kepanjen). Karena disitu memang ada Grup Muhammadiyah yang berhubungan langsung dengan H.B. Muhammadiyah di Yogyakarta sedang mengadakan rapat yang dikunjungi or- ang banyak. Di situ KHA. Dahlan berjumpa dengan seorang wanita pembicara yang cantas suaranya, cakap cukup bersemangat dan dapat perhatian orang banyak. Sehingga beliau ingin mempersilahkan datang ke Yogyakarta untuk disambut dengan rapat-rapat kaum wanita baik rapat umum, rapat anggauta Aisyiyah, diskusi ceramah yang tentu akan memberi faedah yang banyak kepada Aisyiyah pada khususnya dan kepada golongan wanita pada umumnya.

Jago wanita itu rupanya sangat setuju dan permintaan segera diterima, dengan berjanji harus dikawani seorang wanita pula. KHA. Dahlan tidak keberatan, malah kalau ada yang lain lebih baik. Lalu sama minta idzin kepada suaminya dan diidzinkan.

Pagi harinya KHA. Dahlan berangkat dari Sumber

Catatan Haji Muhammad Syoedja’

Pocong dengan spoor yang paling pagi untuk senja sampai di Yogyakarta, bersama dengan dua wanita yang budiman itu. Betul kira-kira jam 5 sore kereta api sudah tiba di statiun Tugu Yogyakarta. Dua tamu dengan tuan rumah terus menuju Kauman di Rumah KHA. Dahlan dan disambut oleh keluarga KHA. Dahlan dengan gembira ramah tamah. Tamu lalu dipersilahkan mandi dan istirahat.

Walaupun tamu dipersilahkan istirahat, tetapi karena di situ memang tempat berkumpulnya pemudi-pemudi Aisyiyah, maka tidak dengan diundang mereka mesti sama datang, lebih pada waktu sore menghadapi berjamaah Maghrib, tentu tamu tidak dapat beristirahat yang sewajar- nya. Tetapi tamu malah merasa gembira karena seketika dapat berkenalan dengan mereka yang banyak itu.

Sehabis sembahyang Maghrib, lalu mereka pemudi sama beramah-tamah dengan kedua tamu tersebut sampai waktu Isya, sehabis sembahyang Isya lalu bubaran, tamu dijamu makan bersama dengan keluarga nyonyah rumah Ibu Nyai H.A. Dahlan dengan sederhana.

Jam 8.30 para pengurus ‘Aisyiyah sudah sama datang kembali untuk berunding dengan tamu-tamu tersebut, untuk membicarakan acara rapat terbuka bagi khusus wanita pada besuk malam, di sekolahan Muhammadiyah pertama di Kauman. Acaranya:

1. Pembukaan dengan bacaan Al-Fatikhah

2. Pidato dari Woro Sastroatmojo tamu dari Kepanjen

3. Pidato dari tamu yang kedua dari Kepanjen Jawa Timur.

Catatan Haji Muhammad Syoedja’

Rapat dimulai jam 8.30 dipimpin oleh Ketua ‘Aisyiah. Pada waktunya rapat terbuka itu dapat kunjungan para

wanita yang luar biasa banyaknya, sehingga belum pernah terjadi rapat wanita dapat kunjungan yang sekian besarnya.

Jam 8.30 tepat rapat dibuka dengan mengucapkan terima kasih banyak kepada hadirat, “dan marilah kita buka dengan membaca al Fatikhah .” Lalu dipersilahkan pembicara Ibu Woro Sastroatmojo tampil ke mimbar. Benar, wanita pembicara itu memang mempunyai sifat wanita pemimpin dalam lagak lagunya setelah tampil ke mimbar yang dihadapi orang banyak itu. Setelah mereka memberikan salam dan bahagia kepada hadirat dengan assalamu’alaikum w.w. dan disambut oleh hadirat dengan suara serempak, lalu mereka mulai berbicara menerangkan di sekitar pergerakan yang diikuti ialah pergerakan Syarikat Islam yang sudah berbau merah dengan lancar dan tegas serta bersemangat yang menyala-nyala sehingga dapat membangkitkan dan menyedarkan jiwa yang sedang tidur dan semangat yang lemah.

Mereka berbicara satu jam terus dengan lancar dan pantasnya serta tidak dengan istirahat. Memang pada masa itu di Yogyakarta belum pernah terdengar seorang wanita pembicara yang lancar cakap cukup tegas dan tabah hati, sekalipun sebenarnya salah letaknya. Tetapi yang demikian itu bukan tidak diketahui pada sebelumnya oleh KHA. Dahlan, tetapi yang dimaksud memang bukan intisari pidatonya si pembicara, melainkan tegak tegap sikap cakap cukupnya wanita pembicara dan semangatnya.

Catatan Haji Muhammad Syoedja’

Memang, demikianlah adat istiadat dan sikap serta tabiatnya KHA. Dahlan. Dalam mu’asyaroh dengan kawan sejawat dan handai taulan, beliau tidak muram meminta akan sesuatu hal yang penting dan yang dibutuhkan, kepada barang siapa saja yang memilikinya, tetapi juga tidak segan memberikan kekayaannya kepada barang siapapun yang belum atau tidak memilikinya. Apakah kekurangan beliau? Dan, apa pula kepunyaan dan kekayaan beliau. Kekurangan- nya tentu banyak sekali, aneka warnanya, tetapi kalau disingkatkan segala sesuatu yang baik yang dapat untuk memperbaiki masyarakat pada umumnya dan memperbaiki agama khususnya.

Setelah selesai pembicara yang pertama, Woro Sastroatmojo, lalu istirahat 15 menit dan dilanjutkan pembicara kedua tampil ke mimbar. Setelah memberikan salam bahagia, maka isi pidatonya hampir sama dengan pendahulunya, karena memang kedua-duanya memang tokoh Sarekat Islam. Bedanya, yang kedua ini ada agak lunak suaranya, tetapi aksi semangat seimbang dan ada juga jenakanya. Mereka berbicara juga lebih kurang sejam. Hadirat riang gembira merasa puas.

Lalu pimpinan mempersilahkan siapa diantaranya yang hendak menyambut. Tawaran ini tidak seorangpun yang akan menyambut, karena sebenarnya hadirat itu adalah sama buta politik. Oleh karena tidak seorang yang akan menyambut, maka rapat lalu ditutup pada jam 11.30 dengan mengucapkan Al-Fatikhah dan terima kasih dan selamat pulang. Tamu dan pengurus ‘Aisyiyah tetap sama istirahat

Catatan Haji Muhammad Syoedja’

di rumah KHA. Dahlan lantas beramah tamah dan senda gurau sampai jam 1 lepas tengah malam, lalu sama pulang ke rumah masing-masing. Malam yang ketiga diadakan rapat anggota ‘Aisyiyah dalam kampung Kauman.

Rapat dipimpin oleh ketua ‘Aisyiyah, dibuka pada jam

9 dengan Al-Fatikhah, lantas Siti Hayinah dipersilahkan menerangkan ke-Muhammadiyahan dan ke-‘Aisyiyahan sampai bidang pekerjaan ‘Aisyiyah yang sudah dijalankan pada waktu itu. Walaupun Siti Hayinah, Siti Munjiah, Siti Badilah dan Siti Bariyah masih calon tokoh-tokoh ‘Aisyiyah, sudah barang tentu masih jauh perbedaannya, sehingga rapat anggota ‘Aisyiyah itu lama-lama jadi merupakan pengajian yang tidak tersengaja. Jam 11 rapat ditutup dengan selamat dan membaca Al-Fatikhah. Jam 7 pagi harinya tamu pulang dengan berkudung serta diantar para Pengurus ‘Aisyiah ke Stasiun Tugu menuju ke Kepanjen Jawa Timur dengan gembira.