Menembus Benteng yang Tinggi dan Kuat

Menembus Benteng yang Tinggi dan Kuat

Walaupun Muhammadiyah sudah tegak berdiri di tengah-tengahnya kota Yogyakarta, negeri timbulnya Muhammadiyah bahkan terletak di pusat kampungnya kaum Muslimin, ialah kampung Kauman, namun demikian masih banyak juga orang Kauman yang jumud pikiran dan masih gemar menghidupsuburkan adat istiadat kuna dengan gugon tuhon -nya yang tidak ada asalnya dari peraturan Agama Is- lam, tetapi naluri warisan dari kakek moyangnya yang jahil murakab itu dengan menghambur-hamburkan uang dan tenaga untuk melaksanakan aneka warna selametan tinggalan dari orang tua-tuanya di masa lampau (wajad na aba ana wa laukana aba ahum la ya’qiluna syai’an), karena ternyata bahwa mereka itu tidak pernah kelihatan kunjung dalam Pengajian Malam Jum’ah yang diselenggarakan oleh H.B.

Catatan Haji Muhammad Syoedja’

Muhammadiyah Bahagian Tabligh. Terhadap mereka yang demikian itu, KHA. Dahlan sangat rajin berkunjung kepada mereka dengan cara yang halus dan berhati-hati sampai dapatlah persetujuan bulat dan nyata, bahwa pengajian akan terbuka di salah satu tempat atau rumah yang dipandang perlu daripada rumah mereka yang mengandung kewibawaan terhadap calon-calon murid baru yang telah lama mendaftar- kan hendak ikut serta mengaji di situ. Tentu saja murid- murid baru itu tidak terdiri dari murid-murid yang telah doyan pengajian di Malam Jum’ah.

Dengan begitu, berarti benteng yang tinggi dan kuat sudah jebol dan runtuh remuk hancur tanpa bangkai. Maka terlaksana pengajian itu mula pertama sekali tiap-tiap minggu jatuh pada hari Kamis mulai jam 7 sampai 8 pagi, di rumah

A berjalan satu bulan pindah ke B yang ingin ketempatan pengajian itu dan sanggup akan mengundang tetangganya yang boleh diharapkan hasilnya. Tetapi yang berketempatan pada hari Kamis mempertahankan jangan dipindah. Perundingan para murid dan guru diputuskan dari pengajian ditambah pada tiap-tiap hari Senin. Jamnya sama dan muridnya juga sama.

Setelah ternyata agaknya pengajian itu semakin menjadi berkembang, maka untuk menguatkan tegaknya pengajian itu baiknya diorganisir, yakni dibentuk pengurus pengajiannya itu, untuk memelihara dan memajukan jalannya pengajian sehingga pengajian itu dapat membuahkan amal jariyah yang kekal tak akan putus pahalanya bagi mereka yang beramal.

Kemudian terbentuklah organisasi pengajian itu yang

Catatan Haji Muhammad Syoedja’

terdiri dari para murid yang muhlisin yang berjiwa dermawan. Pengurus yang terpilih diantaranya Haji Bilal, Haji Ibrahim, Haji Mas’ud dan lain-lainnya yang dapat melayani bekerja dan berunding dengan tiga orang tersebut. Maka organisasi pengajian itu dinamai “Thoharatul Qulub”.

Daripada kegiatan-kegiatan KHA. Dahlan yang sudah berusia tinggi itu masih saja berusaha membentuk badan- badan organisasi pengajian untuk menguatkan Muham- madiyah terutama di Yogyakarta. Umpamanya organisasi pengajian yang dinamakan Jamiatul Aba’, Jamiatul Ummahat dan lain-lain yang semuanya diberi tugas pembangunan masing-masing apa yang disanggupi, apakah surau, sekolah, atau balai pengajian yang termasuk dalam organisasi pengajian agar jangan lalu terhenti dengan begitu saja.

Demikianlah KHA. Dahlan bekerja giat dan bersema- ngat mempertumbuhkan jiwa Muhammadiyah kepada penghuni-penghuni kampung yang masih dihinggapi penyakit gugon tuhon dan animisme atau adat-istiadat kuno yang sudah bobrok, dengan tidak mau mengenal capek dan payah, sehingga bila sudah merasa sakit, barulah beliau beristirahat, tidak keluar dari rumah dalam beberapa hari. Namun, tidak henti juga karena banyak soal-soal yang datang mohon penjelasan juga kepada beliau. Pun tamu masih diterima juga kalau beliau tidak sedang tidur.