Syarat-syarat L/C

3) Syarat-syarat L/C

L/C yang dibuka oleh suatu bank harus memenuhi syarat-syarat umum yaitu:

(1) Menyebutkan nama dan alamat penerima dan pemohon dengan jelas; (2) Menyebutkan masa berlakunya L/C; (3) mencantumkan nama bank penerus (advising bank) yang dituju; (4) Mencantumkan dengan tegas jenis L/C; (5) Uraian barang harus jelas dan tegas; (6) Ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat dalam L/C harus jelas

tidak berbelit-belit dan tidak mensyaratkan hal-hal yang tidak mungkin dipenuhi oleh penerima (beneficiary); dan

(7) Menyatakan bahwa L/C tunduk pada UCPDC dengan mencantumkan klausul yang berbunyi: “This credit is subject to Uniform Costums and Practice for Documentary Credit 1993 revision, ICC Publication 500.” (7) Menyatakan bahwa L/C tunduk pada UCPDC dengan mencantumkan klausul yang berbunyi: “This credit is subject to Uniform Costums and Practice for Documentary Credit 1993 revision, ICC Publication 500.”

Kredit berdokumen digunakan untuk membiayai transaksi perdagangan internasional. Karena itu masalah hukum apa yang akan mengaturnya merupakan salah satu persoalan yang penting.

Di samping itu, ada juga negara-negara yang mengeluarkan hukumnya sendiri guna mengatur Kredit Dokumenter. Dalam hal demikian, dapat saja antara hukum nasional suatu negara akan

menjadi konflik dengan hukum nasional negara lainnya. 30 Guna mencegah agar konflik tersebut tidak menjadi hambatan

bagi perdagangan internasional, suatu pemecahan atau jalan keluar perlu ditempuh. Salah satu pemecahan yang acapkali ditempuh adalah dengan mengacu kepada prinsip-prinsip hukum perdata internasional yang relevan dalam mengatur L/C.

Ada juga keinginan agar hukum yang mengatur kredit berdokumen itu tercipta adanya suatu keseragaman hukum. Salah satu upaya ke arah unifikasi hukum tersebut adalah lahirnya UCP oleh ICC.

Berdasarkan uraian di atas, aturan hukum yang mengatur kredit berdokumen ini adalah: (1) Ketentuan-ketentuan Hukum Perdata Internasional; dan (2) The Uniform Customs and Practice

(UCP). 31

(1) Hukum Perdata Internasional

Hukum yang berlaku terhadap L/C sebenarnya harus dibedakan dengan hukum yang berlaku terhadap kontrak induk (yakni kontrak penjualan yang menjadi dasar lahirnya L/C). Menurut van Houtte, prinsip-prinsip berikut adalah yang biasanya berlaku dalam praktek:

(a) Dalam hubungan antara nasabah dan bank penerbit (the issuing bank), jika kesepakatan atau perjanjian kredit memuat klausul pilihan hukum, maka hukum yang dipilih para pihaklah yang akan berlaku terhadap kontrak.

Chia-Jui Cheng (ed.), op.cit., hlm. 574 (Schmitthoff menggambarkan hukum nasional Inggris tentang L/C, yakni Section 72 dari the Bills of Exchange Act 1882).

Bila tidak ada hukum yang dipilih, maka hubungan hukum antara nasabah dan bank penerbit (the issuing bank) pada umumnya diatur oleh hukum di negara di mana 'the most characteristic performance'

yang paling berkarakteristik) adalah yang akan digunakan, atau di mana pihak melaksanakan performance (prestasi) berdomisi, yaitu

(pelaksanaan

kontrak

biasanya negara di mana bank yang memberikan kredit berada; 32 (b) dalam hal kaitannya antara bank penerbit (the issuing bank),

bank penerus (the adivising bank) dan penerima (the beneficiary), maka hukum yang berlaku adalah hukum yang

dipilih mereka. 33

Bila tidak ada hukum yang dipilih, maka hukum yang berlaku adallah hukum di negara di mana kredit tersebut dicairkan. Hal

ini adalah hukum di (negara) mana penerima (beneficiary) atau penjual menerima dokumen dan menerima pembayaran, yaitu biasanya negara dari bank penerus (the adivising bank) atau

bank pengkonfirmasi (confirming bank). 34

(c) Jika tidak ada hukum yang dipilih oleh bank, maka hubungan antara bank penerbit (the issuing bank) dan bank penerus (the advising bank) diatur oleh hukum di mana bank penerbit (advising bank) berada (didirikan). Hal ini biasanya berlaku terhadap hubungan antara bank penerus (the advising bank) dan penerima (the beneficiary). Sulit untuk diterima bila sistem hukum yang berbeda diterapkan terhadap dua aspek dari satu

atau transaksi yang sama. 35

Ramlan Ginting, op.cit., hlm. 25; Hans Van Houtte, op.cit., 265. 32 Hans Van Houtte, op.cit., 264. Di negara-negara Common Law, penerapan

hukum perdata internasional menunjukkan bahwa dalam hubungan hukum antar para pemohon (nasabah) dengan bank penerbit prinsip hukum perdata interansional yang akan diterapkan adalah the law of the closest connection and most real connection (Chia-Jui Cheng (ed.), op.cit., hlm. 580.

33 M. Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 350 (mengaskan bahwa “... the parties to the underlying transaction specify a choice of law and forum and

submit themselves to the law and jurisdictions of that country in the case of a dispute”); Lihat pula Ramlan Ginting, op.cit., 25.

34 Hans Van Houtte, op.cit., 265.

(2) Uniform Customs and Practice 36 International Chamber of Commerce (ICC) yaitu Kamar Dagang

International telah menerbitkan ketentuan mengenai kredit berdokumen. Ketentuan tersebut yakni Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCPDC). Aturan-aturan yang termuat di dalamnya merupakan kodifikasi dari praktek-praktek perdagangan

internasional dan praktek perbankan. 37

ICC untuk pertama kali menerbitkan UCP pada tahun 1933. UCP mengalami beberapa kali revisi. Revisi dilakukan pada tahun 1951, 1962, 1974, 1983 dan terakhir 1993 (UCP DC No 500 tahun 1993 yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 1994). Revisi ini dilakukan untuk mengakomodasi perkembangan teknologi, perkembangan teknik dan perkembangan di bidang pengangkutan.

Dalam pelaksanaan Kredit Dokumenter, bank-bank pada umumnya di lebih dari 170 negara telah menundukkan diri kepada UCP. Dalam

dokumen L/C mereka mencantumkan klausul berbunyi: "This credit is subject to Uniform Custems and practice for Documentary Credit,

ICC Publication No 500 1993 Revision." 38

UCP 500 memuat ketentuan-ketentuan dan penjelasan - penjelasan tentang Kredit Dokumenter (L/C). UCP terdiri dari 49 pasal, yang dikelompokkan ke dalam sub bagian berikut:

A. General provisions and definitions

B. Form and notification of credits

C. Liabilities and responsibilities

D. Documents

E. Miscellaneuous provisions

F. Transferable credits

G. Assignment of proceeds.

Han van Houte, op.cit., hlm. 265. 36 Lihat antara lain, E.P. Ellinger, op.cit., hlm. 248 et.seq., George

Curmi, "Documentary Credits and Their Administration," dalam Jonathan Reuvid (ed.), Strategic Guide to International Trade, Kogan Page, 1997, hlm. 133 et.seqq.; M. Rafiqul Islam, op.cit., hlm. 350-351.

37 Ellinger mengungkapkan bahwa praktik awal penggunaan kredit berdokumen in bermula pada praktik perbankan Amerika Serikat, yaitu ketika dilangsungkannya the New American Commercial Credit Conference di New York pada tahun 1920. (E.P. Ellinger, op.cit., hlm. 248).

38 Sesuai dengan bunyi ketentuan pasal 1 UCP.

Aturan-turan UCP sifat atau kekuatan hukumnya semata-mata mengatur. Kesepakatan para pihak masih tetap berlaku. Bahkan kesepakatan para pihak dapat mengenyampingkan beberapa aturan ketentuan dari UCP. Hal ini dapat terjadi manakala mereka beranggapan bahwa aturan tertentu dari UCP tidak sesuai dengan

keinginan mereka. 39

Meskipun UCP telah diimplementasikan di banyak negara, UCP sendiri memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:

(1) UCP pada prinsipnya akan berlaku hanya atau sepanjang bank penerbit mencantumkan atau memilih UCP secara tegas sebagai aturan yang mengatur L/C. 40 Dalam kaitan ini Ellinger menyatakan bahwa:

“... it would appear advisable to regard the Code ... as being applicable by reason of its incorporation in documentary credit transaction. It would, thus, constitute a contractual document and would not enjoy the status of a set of norms

consecreated by usage.” 41

(2) UCP tidak mengatur masalah penipuan dalam transaksi L/C. Menurut Ginting, unsur penipuan ini merupakan alasan hukum bagi bank penerbit atau kuasanya untuk menolak melakukan pembayaran L/C kepada penerima meskipun semua dokumen yang

disyaratkan sesuai dengan persyaratan. 42

(3) UCP tidak memuat aturan mengenai pilihan hukum. Disebutkan di atas, bahwa negara-negara pun kadang kala memiliki aturan hukum nasional yang mengatur kredit berdokumen. Dalam hal terjadinya konflik hukum, UCP tidak memuat aturan tegas mengenai penyelesaiannya.

39

Ademuni-Odeke, The Law of International Trade, London: Blackstone, 1999, hlm. 271. (Beliau menegaskan bahwa "... the UCP is subject to the express terms of the credit"); lihat pula E.P. Ellinger, op.cit., hlm. 251 et.seq. (mengungkapkan kekuatan mengikat UCP di berbagai negara yang ternyata berbeda-beda).

40 Lihat pasal 1 UCP; Lihat pula Clive M. Schmitthoff, “The New Uniform Customs for Letters of Credit,” dalam: Chia-Jui Chen (ed.), op.cit.,

hlm. 449. 41 E.P. Ellinger, op.cit., hlm. 252-253.

42 Ramlan Ginting, op.cit., hlm. 3.

g. Klasifikasi L/C

(1). Jenis-jenis L/C.

(1) Revocable L/C

Jenis L/C dapat berupa Irrevocable L/C dan Revocable L/C. 43 Menurut UCP, para pihak harus menegaska apakah suatu L/C adalah

Revocable atau Irrevocable. 44

Revocable L/C adalah L/C yang dapat diubah atau dibatalkan oleh penerbit secara sepihak tanpa persetujuan dari pihak penerima. Pasal 8 UCP menyatakan: “A revocable credit may be amended or cancelled by the Issuing Bank at any moment and without prior notice to the Beneficiary.”

Dalam hal ini, kedudukan penerima lemah. Ia menanggung resiko yang tidak ringan. Hal ini antara lain karena sifatnya, maka L/C tersebut tiba-tiba dibatalkan atau diubah oleh penerbit. Namun demikian UCP tetap melindungi penerima (bank penerima) yang beritikad baik. Bank penerima (negotiating bank) yang telah membayar L/C kepada penerima sebelum ia diberitahu adanya pembatalan sepihak dari penerbit, ia tetap berhak atas pembayaran dari penerbit. Pembayaran L/C dapat dilakukan dengan cara pembayaran secara unjuk (sight payment), akseptasi (acceptance), negosiasi (negotiation), dan pembayaan kemudian (deferred

payment). 45 Pasal 8 UCP menyatakan: “...the Issuing Bank must:

i. reimburse another bank with which revocable Credit has been made available for sight payment, acceptance or negotiation – for any payment, acceptance or negotiation made by such bank – prior to receipt by it of notice of amendment or cancellation against documents which appear on their face to be in compliance with the terms and conditions of the Credit;

ii. reimburse another bank with which a revocable Credit has been made available for deferred payment, if such

a bank has, prior to receipt by it of notice of amndment or cancellation, taken up documents which

Pasal 6 (a) UCP. 44 Pasal 6 (b) UCP.

45 Ramlan Ginting, op.cit., hlm. 36.

appear on their face to be in compliance with the terms and conditions of the Credit.

(2) Irrevocable L/C

Disebutkan di atas bahwa para pihak harus menegaskan jenis L/C-nya. Dalam hal tidak ada penegasan tersebut, maka suatu L/C dianggap sebagai Irrevocable L/C. 46 Contoh klausul Irrevocable L/C memuat ketentuan atau bunyi klausul berikut:

“We undertake to honour such drafts on presentation provided that they are drawn and presented in conformity with the

terms of this credit.” 47

Irrevocable L/C adalah L/C yang tidak dapat dibatalkan atau diubah secara sepihak tanpa persetujuan dari pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi L/C yaitu penerima dan bank penerbit.

Kedudukan penerima lebih terjamin dari risiko. Tiap-tiap perubahan harus ada persetujuannya. Karena sifatnya yang tidak dapat diubah secara sepihak, maka jenis L/C ini yang paling banyak disukai oleh penerima dan bank (bank penerima yang menyediakan kredit ekspor).

Pasal 6 (c) UCP. 47 Ademuni-Odeke, op.cit., hlm. 277.

(3) Irrevocable Confirmed L/C

Jenis L/C adalah Irrevocable apabila L/C tersebut mendapatkan konfirmasi sebuah bank pengkonfirmasi (Confirming Bank). Dalam hal ini bank pengkonfirmasi turut menjamin kewajiban bank penerbit dengan memberikan konfirmassi atau janjinya untuk membayar L/C.

Tampak bahwa jenis L/C ini memberi kepastian jaminan kepada penerima. Jika bank penerbit tidak melakukan pembayaran atas barang yang dikapalkan, maka bank pengkonfirmasi akan membayar barang yang telah dikapalkan.

Permintaan demikian demikian biasanya dituliskan dengan kata-kata sebagai berikut dalam L/C: “Please advice beneficiary with adding your confirmation”.

Yang dapat menjadi bank pengkonfirmasi bisa bank penerus atau bank lain yang diminta oleh bank penerbit. Dengan adanya permohonan korfirmasi tersebut, dan jika bank yang diminta confirm L/C tersebut menyepakatinya, maka ia akan menambahkan konfirmasinya dalam L/C, sebelum L/C diserahkan kepada penerima.

(4) Sight (Payment) L/C

Jenis Sight L/C (Payment L/C) adalah L/C yang pembayaranya dilakukan secara tunai segera setelah dokumen-dokumen yang disyaratkan diajukan atau diserahkan.

Setelah penerima mengapalkan barang, maka dia dapat langsung minta pembayaran kepada negotiating bank dengan menyerahkan dokoumen-dokumen pengapalan yang diperlukan disertai dengan wesel/draf-nya.

Atas pembayaran yang dilakukan, maka bank penegosiasi (negotiating bank) segera melakukan penagihan/reimbursement kepada bank penerbit (opening/issuing bank). Bank penerbit akan segera pula melakukan pembayaran pada saat menerima dokumen- dokumen tersebut.

(5) Acceptance L/C

Jenis Acceptance L/C atau L/C berjangka adalah L/C yang pembayarannya dilakukan pada suatu jangka waktu tertentu setelah wesel diunjukan atau setelah barang dikapalkan.

Acceptance L/C merupakan pemberian kredit kepada pembeli oleh penjual sebab pembeli di luar negeri akan menerima barang- barang tanpa melakukan pembayaran pada saat yang sama melainkan pada jangka waktu tertentu sesuai dengan yang ditetapkan dalam L/C.