UNCITRAL MODEL LAW

C. UNCITRAL MODEL LAW

1. Pengantar

Majelis Umum PBB mengesahkan UNCITRAL Model Law dengan Resolusi 51/162 tanggal 16 Desember 1996. UNCITRAL Model Law ini dibentuk sebagai aturan dasar untuk mengatur keabsahan, pengakuan, dan akibat dari pesan-pesan elektronik (electronic messaging) yang didasarkan pada penggunaan komputer dalam

perdagangan. 14 Tujuan utama atau tujuan khusus dari Model Law ini adalah: (1) memberikan aturan-aturan mengenai e-commerce yang ditujukan

kepada badan-badan legislatif nasional atau badan pembuat UU suatu negara;

(2) memberikan aturan-aturan yang besifat lebih pasti untuk transaksi-transaksi perdagangan secara elektronik. 15

Model Law terdiri dari 17 pasal yang terbagi ke dalam 2 bagian dan 4 Bab. Bagian I Bab 1 memuat ketentuan umum. Bab 2 mengatur penerapan persyaratan-persyaratan hukum terhadap pesan data. Bab 3 mengatur komunikasi pesan data. Bagian II mengatur e-

Lihat lebih lanjut: E. Saefullah dan Danrivanto Budhijanto, ’Perspektif Hukum Internasional tentang Cyber Law,’ dalam: Mieke Komar Kantaatmadja, et.al. (eds.), op.cit., hlm. 93-94; Sanson, op.cit., hlm. 145.

14 Rafiqul Islam, Op.cit., hlm. 426. 15 Abdul Bakar Munir, Op.cit., hlm. 213.

commerce dalam bidang-bidang khusus. Bagian II ini hanya terdiri dari 1 bab saja, yaitu bab mengenai pengangkutan barang. 16

Maksud "pesan data elektronik (electronic data message) adalah pengiriman dan penerimaan dan penyimpananan informasi melalui cara-cara elektronik, optik atau cara-cara lainnya seperti EDI, electronic mail, telegram, telex atau telecopy. (Dalam tulisan ini selanjutnya, penggunaan data elektronik dan pesan data mempunyai pengertian yang sama).

Sedangkan kata perdagangan (commerce) mengandung pengertian luas, yakni semua hubungan yang bersifat komersial. Hubungan- hubungan tersebut dapat lahir karena adanya hubungan-hubungan yang bersifat kontraktual atau bukan. Lebih lanjut Model Law memberikan ilustrasi hubungan-hubungan komersial (dagang) yang luas tersebut, yakni:

“Relationships of a commercial nature include, but are not limited to, the following transactions: any trade transaction for the supply or exchange of goods or services; distribution agreement; commercial representation or agency; factoring; leasing; construction of works; consulting; engineering; licensing; investment; financing; banking; insurance; exploitation agreement or concession; joint venture and other forms of industrial or business cooperation; carriage of goods or passengers by air, sea,

rail or road.” 17

Model Law mensyaratkan penafsiran secara itikad baik terhadap aturan-aturannya. Penafsiran tersebut harus sesuai dengan:

16 Dari struktur atau komposisi Bab yang diaturnya tampak sekilas bahwa bab-bab UNCITRAL Model Law tidak lengkap. Khususnya bab terakhir yaitu

bidang-bidang khusus (specific areas), ternyata hanya memuat 1 bab saja yaitu bab mengenai pengangkutan barang. Hal ini memang oleh perancang Model Law sengaja dibuat demikian. Perancang Model Law sebenarnya berharap bahwa di kemudian hari ada perkembangan pengaturan yang khusus mengenai bidang-bidang lainnya. Sehingga Model Law memuat ketentuan demikian. Lihat pula para. 11 dan 12 Guide to Enactment. Sebagai contoh pada tahun 1998, UNCITRAL memasukkan pasal tambahan baru untuk pasal 5 yaitu pasal 5 bis.

17 Pasal 1 Model Law.

(1) prinsip hukum internasional tentang penafsiran; 18 (2) kebutuhan-kebutuhan khusus untuk memajukan keseragaman dalam

penerapannya. 19

Dalam mengesahkan Model Law ini, para pihak dapat mengubah atau menyesuaikan aturan-aturan muatan Model Law berdasarkan kesepakatan, sesuai dengan kebutuhannya, terutama Bab II dan III.

UNCITRAL Model Law memuat dua prinsip pendekatan penting yang menjadi landasan pengaturannya. Dua prinsip pendekatan tersebut adalah (i) functional equivalence approach; dan (ii) technology neutrality approach.

Maksud functional equivalence approach (pendekatan yang secara fungsinya sama) adalah bahwa dokumen dan komunikasi- komunikasi elektronik memiliki fungsi dan tujuan yang sama

seperti halnya dokumen-dokumen kertas dan komunikasi. 20 Maksud

approach (pendekatan kenetralan suatu teknologi) berarti bahwa suatu komunikasi elektronik diperlakukan sama terhadap teknologi komunikasi elektronik lainnya. Dengan demikian persyaratan-persyaratan umum

technology

neutrality

untuk dianggap sebagai teknologi berlaku secara umum. 21

Cf., lihat Bab III di atas mengenai sumber-sumber hukum perdagangan internasional. Dalam hal mengenai penafsiran, hukum internasional telah memberi aturan mengenai penafsiran dalam Konvensi Wina 1969 tentang Hukum Perjanjian (the Vienna Convention on the Law of Treaties of 1969).

19 Pasal 3 UNCITRAL Model Law tidak secara tegas menjelaskan apa yang dimaksud dengan kebutuhan-kebutuhan khusus ini. Tetapi dalam Guide to

Enactment kita dapat pahami bahwa yang dimaksud dengan kebutuhan- kebutuhan khusus tersebut tidak lain adalah Model Law itu sendiri. Para.

5 Guide to Enactment berbunyi sebagai berikut: “... Furthermore, at an international level, the Model Law may be useful in certain cases as a tool for interpreting existing international conventions and other international instruments that create legal obstacles to the use of electronic commerce, for example by prescribing that certain documents or contractual clauses be made in written form. As between those States parties to such international instruments, the adoption of the Model Law as a rule of interpretation might provide the means to recognize the use of electronic commerce and obviate the need to negotiate a protocol to the international instrument involved.” (Huruf tebal oleh penulis).

20 Para. 16 Guide to Enactment; Sanson, Op.cit., hlm. 145. 21 Sanson, Op.cit., hlm. 145.

Pada intinya muatan UNCITRAL Model Law memuat ketentuan- ketentuan umum berikut: (1) suatu data elektronik seperti halnya dokumen-dokumen hukum

lainnya harus mengikat secara hukum; (2) suatu data elektronik dapat berisikan informasi yang dapat digunakan sebagai referensi; (3) suata data elektronik adalah suatu tulisan untuk tujuan hukum, apabila dapat diakses sebagai referensi di kemudian

hari; (4) suatu data elektronik mencakup suatu tanda tangan, apabila dapat diidentifikasi orang yang mengirim pesan tersebut dan

indikasi bahwa orang tersebut telah menyetujui informasi dalam data tersebut;

(5) suatu data elektronik merupakan suatu dokumen asli (original) apabila informasi yang dikandung dapat secara terpercaya dipertahankan dalam bentuk aslinya; dan

(6) suatu pertukaran data elektronik dapat menimbulkan suatu penawaran (offer) dan penerimaan (acceptance) dan karenanya

membentuk suatu kontrak yang sah. 22

22 Mieke Komar Kantaatmadja, “Pengaturan Kontrak Untuk Perdagangan Elektronik (E-Contracts),” dalam: Mieke Komar Kantaatmadja, et.al.

(eds.), Cyber Law: Suatu Pengantar, Jakarta: ELIPS, 2002, hlm. 3-4 (mengacu kepada Gerald R. Ferrera, et.al., Cyber Law, Ohio: South- Western College, 2001, hlm. 363.

2. Penerapan Persyaratan Hukum Terhadap Pesan Data

Bab 2 Model Law diawali dengan judul ‘Penerapan Persyaratan Hukum terhadap Pesan Data.’ Bab ini diawali dengan pasal 5 yang juga dianggap sebagai inti dari Model Law. Pasal ini mengakui akibat hukum, keabsahan dan dapat dipaksanakannya informasi dalam bentuk pesan/data elektronik (electronic message) yang digunakan

dalam transaksi-transaksi dagang. 23

Model Law meletakkan aturan-aturan hukum mengenai kapan suatu pesan data elektronik (electornic data messages) memenuhi persyaratan hukum mengenai syarat "tertulis", tanda tangan atau keasliannya (original). Ketiga syarat ini termuat dalam pasal 6 –

8 Model Law. Dan ketiga pasal tersebut harus dibaca bersama-sama

(satu kesatuan). 24

adalah untuk memecahkan masalah pembuktian, khususnya bukti-bukti dokumen atau persyaratan dokumen asli dalam sistem hukum di dunia. Model Law mengakui atau memperbolehkan dokumen-dokumen elektronik ini sebagai bukti yang diakui keabsahannya (menurut hukum).

Maksud dari

pengaturan-pengaturan ini

a. Syarat Tertulis

Persyaratan hukum tertulis terpenuhi oleh adanya pesan data ini apabila informasi yang terkandung di dalamnya dapat diakses ("accessible") setiap saat. Selain itu pula, pesan data tersebut selanjutnya atau dapat digunakan dan dirujuk sebagai referensi

(bahan acuan) selanjutnya. 25

b. Syarat Tanda Tangan

Persyaratan tanda tangan terpenuhi oleh adanya pesan data apabila:

(1) si pembuat (originator) dapat mengenali informasi yang terdapat di dalamnya oleh suatu metode tertentu; dan

23 Pasal 5 UNCITRAL Model Law. 24 Para. 47 Guide to Enactment.

(2) Metoda tertentu tersebut dapat diandalkan dan layak untuk

dapat mengetahui pesan data tersebut. 26

c. Syarat Keaslian

Persyaratan hukum dari presentasi (penampilan) atau penyimpanan suatu informasi dalam bentuk aslinya terpenuhi pada suatu pesan data, apabila:

(1) Terdapat jaminan mengenai integritas informasi pada waktu pertama kali dituangkan dalam bentuk akhir sebagai suatu pesan data; dan

(2) informasi dapat ditampilkan kepada suatu pihak yang disyaratkan untuk ditampilkan terhadapnya.

Integritas suatu informasi ditentukan berdasarkan pada sifat pesan data tersebut yaitu, bahwa informasi tersebut tetap atau tidak berubah. Jadi di sini yang ditekankan adalah status atau kestabilan muatan dari pesan data tersebut. Model Law di sini mensyaratkan bahwa pesan data atau data elektronik tersebut harus tidak dapat diubah.

Model Law melihat ke-3 syarat ini cukup sulit sebab syarat keaslian suatu ‘dokumen’ dari suatu pesan data sudah barang tentu sangat berbeda denga dokumen-dokumen asli yang pada umumnya disyaratkan untuk transaksi-transaksi tertentu, misalnya akte tanah, polis asuransi, dll. Dokumen-dokumen tertulis terakhir ini relatif agak sulit untuk dipalsukan atau diubah oleh salah satu pihak. Hal ini berbeda dengan pesan data atau data elektronik.

Oleh karena itu, pendekatan yang ditempuh oleh Model Law adalah mengenakan persyaratan minim (‘minimum requirement’), seperti tampak dalam pasal 8 tersebut di atas. Pendekatan ini dianggap juga sama sebagai ‘functional equivalent” dari suatu

sifat atau tujuan dari keaslian dokumen. 27

Pasal 6 UNCITRAL Model Law. 26 Pasal 7 UNCITRAL Model Law.

27 Para. 63 dan 64 Guide To Enactment.

3. Kekuatan Pembuktian Pesan Data

Model Law secara tegas menyatakan bahwa untuk masalah pembuktian, pengadilan nasional tidak boleh mempermasalahkan pesan data ini sebagai bukti semata-mata karena bukti tersebut terdapat dalam bentuk pesan data.

Pengaturan ini tampaknya sederhana. Tetapi justru inilah yang akan menjadi masalah khususnya di negara-negara yang secara tradisional telah lama mengakui bukti-bukti konvensional yang

diakui oleh sistem hukum nasionalnya. 28

Kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan nilai-nilai dari suatu pesan data adalah:

(1) asal dari pesan data, disimpan atau dikomunikasikan; (2) integritas dari informasi; (3) dikenalnya si pembuat aslinya (originator);

(4) faktor-faktor lainnya yang relevan dengan informasi. 29

4. Penyimpanan Pesan Data

Manakala suatu informasi atau dokumen disimpan dan dibuka (ditampilkan) melalui media elektronik, Model Law meletakkan kritieria atau syarat-syarat hukum mengenai penyimpanan data

(record retention) dan penampilannya (kembali). 30 Kriteria- kriteria ini adalah:

(1) informasi yang terkandung di dalamnya dapat diakses sehingga dapat digunakan untuk rujukan (referensi) selanjutnya;

Di Indonesia misalnya, tidaklah gampang untuk menyatakan bahwa data elektronik dapat dijadikan bukti sebagaimana dinyatakan dalam UNCITRAL Model Law tersebut. Cf., lihat Danrivanto Budhijanto, Op.cit., hlm. 67 (mengungkapkan kemungkinan timbulnya masalah dalam pembuktian pesan data elektronik sebagai alat bukti, yaitu: (1) pesan data tidak banyak berbeda dari salinan pesan itu sendiri; (2) pesan data tidak terdapat tanda tangan; (3) pesan data itu tidak termuat dalam secarik kertas (paperless); dan (4) masih dimungkinkannya penipuan pesan data); Cf., masalah-masalah dalam e-commerce, supra, khususnya Sanson, op.cit., hlm. 144.

29 Pasal 9 UNCITRAL Model Law. 30 Pasal 10 UNCITRAL Model Law.

(2) pesan data disimpan dalam format yang sama dengan semula, dikirim atau diterima, atau dalam bentuk yang dapat ditampilkan sehingga informasi yang akurat sejak awal, dikirim atau diterima; dan

(3) informasi

memungkinkan atau mengidentifikasi asal mula dan tujuan dari suatu pesan data, dan tanggal dan waktu data tersebut dikirim atau diterima.

5. Komunikasi Pesan Data

Bab III menguraikan aturan-aturan mengenai masalah-masalah kontraktual yang timbul dalam penggunaan teknologi komputer dalam transaksi internasional. Maksud Bab ini sebenarnya tidak untuk mempermasalahkan hukum mengenai pembentukan suatu kontrak. Bab ini hanya menyinggung isu-isu pembentukan kontrak dan bagaimana para pihak dalam kontrak dapat mengemukakan offer dan acceptance mereka dalam kontrak melalui berbagai cara (khususnya melalui sarana elektronik).

Tujuan Bab ini adalah untuk menciptakan kepastian dalam hubungan-hubungan komersial dan kepercayaan dalam perdagangan secara elektronik. Dengan tujuan ini diharapkan perdagangan internasional dapat berkembang.

Model Law bermaksud menghapus keragu-raguan yang mungkin timbul dari pengungkapan offer dan acceptance melalui sarana elektronik tersebut. Masalahnya adalah penyampaian kehendak (offer dan acceptance) tersebut tidak diungkapkan secara langsung oleh para pihak tetapi diungkapkan melalui ‘cara’ lain (yaitu

komunikasi elektronik dan tidak adanya dokumen tertulis). 31

Para. 76 Guide to Enactment.

6. Bentuk dan Keabsahan Kontrak

Model Law mengakui prinsip otonomi para pihak (party autonomy) dan kebebasan berkontrak. Para pihak berhak untuk membuat kontrak mereka melalui offer dan acceptance yang

dinyatakan oleh cara-cara elektronik. 32

Pembuatan kontrak melalui e-commerce adalah sah dan mengikat (valid and enforceable contract). 33 Penegasan tentang keabsahan berkontrak ini ditegaskan dalam pasal 11 ayat (1) yang berbunyi:

“(1) In the context of contract formation, unless otherwise agreed by the parties, an offer and the acceptance of an offer may be expressed by means of data messages. Where a data message is used in the formation of a contract, that contract shall not be denied validity or enforceability on the sole ground that a data message was used for that purpose.

Begitu pula suatu pernyataan kehendak atau pernyataan lainnya yang dinyatakan dalam bentuk suatu pesan data oleh si pembuat (originator) dan alamat si penerima (addressee) dari suatu pesan harus mempunyai akibat hukum, keabsahan dan daya

mengikatnya (enforceability). 34

Dilihat dari syarat-syarat yang ditetapkannya, tampak bahwa Model Law lebih cenderung mengacu kepada syarat-syarat sahnya suatu kontrak berdasarkan sistem Common Law. Berdasarkan Common Law, syarat sahnya suatu kontrak adalah: (1) kesepakatan para pihak untuk mengikatkan diri. Syarat ini mencakup: “(a) adanya suatu penawaran (offer) dari pihak offeror sebagai pihak pertama; (b) adanya penyampaian penawaran tersebut kepada offeree sebagai pihak kedua; (c) adanya penerimaan penawaran oleh pihak kedua yang menyatakan kehendaknya untuk terikat pada persyaratan dalam penawaran tersebut; dan (d) adanya penyampaian penerimaan (acceptance) oleh pihak kedua kepada pihak pertama; (2) Consideration (‘something of value’) yang dipertukarkan antara para pihak; (3) kecakapan untuk membuat perjanjian; dan (4) suatu obyek yang halal.” (Mieke Komar Kantaatmadja, op.cit., hlm. 4-5; mengutip Henry R. Cheeseman, Business Law, Prentice Hall, hlm 180-181).

33 Pasal 11 UNCITRAL Model Law. 34 Pasal 12 UNCITRAL Model Law. Pasal ini disusun pada tahap akhir perumusan Model Law. Pasal ini dibuat untuk menegaskan prinsip dari

akibat dari suatu kontrak yang sah. (Para. 81 Guide to Enactment).

7. Pengakuan terhadap Pesan Data

Masalah pengakuan terhadap pesan data menjadi relevan manakala timbul masalah mengenai apakah suatu pesan data benar- benar dikirim oleh si pembuat asli (originator). Untuk menjawab

masalah ini Model Law memberi jawabannya dalam pasal 13. 35 Pasal ini menyatakan bahwa suatu pesan data dianggap berasal dari orang yang membuatnya manakala:

(1) pesan data tersebut dikirim oleh: (a) pihak pembuat sendiri; (b) orang yang memiliki wewenang atau kuasa untuk bertindak atas nama pihak originator (pembuat asli) atau (c) suatu sistem informasi yang terprogram oleh atau atas nama pihak pembuat asli (originator) untuk mengoperasikannya secara otomatis;

(2) bahwa pihak penerima (addressee) sebelumnya memberikan persetujuan mengenai suatu prosedur untuk memastikan bahwa suatu pesan data berasal dari pembuat asli (originator); atau

(3) bahwa pesan data yang diterima oleh pihak penerima (addressee) berasal dari tindakan-tindakan agent dari pembuat asli yang memungkinkan agent tersebut untuk memperoleh akses terhadap suatu metoda yang digunakan oleh pihak originator untuk

mengidentifikasi data-data sebagai miliknya. 36

Ketentuan terakhir pasal 13, yaitu ayat (6) memuat aturan mengenai duplikasi pesan data yang salah. Ayat ini meletakkan kewajiban kepada pihak penerima untuk melakukan tindakan kehati- hatian (‘standard of care’) untuk membedakan apakah suatu pesan data duplikasi yang keliru (salah) dan pesan data yang terpisah (‘separate data message’). Model Law dalam hal ini menyatakan

Bunyi pasal ini sebenarnya mengacu kepada pasal 5 dari Model Law UNCITRAL mengenai transfer kredit internasional (UNCITRAL Model Law on International Credit Transfer). Pasal ini meletakkan kewajiban- kewajiban dari pengirim dalam melakukan tansfer kredit. (Para. 83 Guide to Enactment).

36 Rafiqul Islam, Op.cit., hlm. 429. Maksud utama pasal ini bukan untuk menentukan siapa yang akan bertanggung jawab tetapi untuk memberi

kriteria mengenai pengiriman pesan-pesan data denga menetapkan suatu praduga kapan suatu pesan data berasal dari pengirim asli (originator). [CEK APA BENAR INI PENJELASANNYA, BUKANNYA MASUK KE FN No 35].

bahwa pihak penerima (addressee) berhak untuk menduga bahwa suatu pesan data berasal/milik pemilik asli yang bermaksud untuk mengirimnya kepadanya. Pihak penerima berhak untuk memperlakukan setiap pesan data yang diterimanya sebagai suatu pesan data yang terpisah, kecuali pesan data tersebut adalah atau berupa salinan dari yang aslinya tersebut. Namun si penerima menjadi tidak berhak manakala:

(1) ia telah menerima pemberitahuan dari originator (pihak pembuat asli) bahwa pesan datanya bukan berasal darinya, dan waktu yang layak tidak digunakannya untuk pesan data; atau

(2) ia mengetahui atau seharusnya telah mengetahui dengan menggunakan tata cara dan prosedur yang disepakati bahwa: (a) pesan data tidak berasal dari pembuat asli (originator); (2) transmisi pengirim pesan data gagal; atau (c) pesan data

merupakan salinan. 37

Pasal 13 UNCITRAL Model Law.

8. Pengakuan Penerimaan

Ketentuan mengenai pengakuan penerimaan suatu pesan data semata-mata merupakan masalah persyaratan mengenai adanya bukti bahwa offer telah diterima. Masalah ini bukan mengenai akibat hukum dari adanya penerimaan suatu pesan data (dalam hal ini

adalah offer). 38

Pihak originator dapat meminta pada saat atau sebelum mengirim suatu data atau telah setuju dengan pihak penerima (addressee), bahwa penerimaan pesan data diakuinya dan bahwa mereka masing-masing sepakat mengenai bentuk khusus atau metode tertentu untuk maksud itu.

Dalam hal tidak adanya bentuk atau metode, suatu pengakuan dapat diberikan oleh setiap alat komunikasi tertentu itu, yang cukup untuk menunjukkan kepada originator bahwa pesan data telah diterima. Jika pesan data dibuat dengan persyaratan mengenai penerima pengakuan, maka pesan data dianggap tidak pernah dikirimkan sampai pengakuan telah diterima.

Dalam hal tidak adanya persyaratan atau kesepakatan yang ditentukan/disepakati, orginator yang belum menerima suatu pengakuan dapat memberikan pemberitahuan dalam jangka waktu yang layak kepada pihak penerima bahwa ia akan mengirim pemberitahuan kepada pihak penerima. Dan dengan memberikan jangka waktu yang layak, ia mengharapkan penerimaan pengakuan dari penerima.

Kelalaian untuk memenuhi jangka waktu ini akan dianggap bahwa pesan data dianggap belum pernah dikirim oleh pihak originator. 39

Dalam hal suatu pengakuan diterima oleh pihak originator, asumsinya adalah bahwa pesan data diterima oleh pihak penerima. Apabila pengakuan menunjukkan bahwa pesan data diterima telah

Para. 93 Guide to Enactment. Lihat pula Rafiqul Islam, Op.cit., hlm. 430; lihat pula Assafa Endeshaw, op.cit., hlm. 254 (beliau menyatakan bahwa Model Law tidak mengatur ... ”which party will have the rights and which party bears the liabiities in the specific contractual arrangement”).

39 Rafiqul Islam, Op.cit., hlm. 429.

memenuhi standar atau persyaratan teknis yang berlaku, asumsinya adalah bahwa standar dan persyaratan-persyaratan tersebut telah terpenuhi.

9. Waktu dan Tempat Pengiriman dan Penerimaan Pesan Data

Model Law mengangkat masalah waktu dan tempat pengiriman dan penerimaan pesan data ini dalam pasal 15. Diaturnya masalah ini sebab transaksi-transaksi melalui elektronik ini sangatlah sulit untuk menentukan kapan secara pasti mengenai di mana dan kapan salah satu pihak telah menerima suatu pesan data.

Seperti kita maklumi dalam sistem hukum pada umumnya, termasuk RI, kapan terjadinya kesepakatan dan dimana kesepakatan terjadi adalah faktor-faktor yang relevan yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu perikatan.

Kesulitan transaksi melalui elektronik ini adalah bahwa salah satu pihak tidak tahu di mana pihak lainnya berada. Apa yang diupayakan oleh Model Law di sini adalah bahwa lokasi di mana sistem informasi berada tidaklah relevan. Model Law hanya menyatakan bahwa kriteria obyektif untuk menentukan tempat adalah tempat usaha para pihak. Oleh karena itu ketentuan pasal mengenai waktu dan tempat tidak menjadi acuan bagi pengaturan dalam hukum

perdata internasional. 40

Menurut pasal 15 Model Law, suatu pesan data dianggap telah dikirim ketika pesan data tersebut memasuki suatu sistem informasi di luar kontrol dari originator atau agen yang disepakati untuk bertindak atas namanya. Waktu penerimaan suatu pesan data terjadi karena keadaan-keadaan berikut:

(1) Segera setelah pesan data memasuki suatu sistem informasi yang dibuat/ditetapkan oleh pihak penerima (addressee) untuk maksud menerima pesan data tersebut;

(2) Jika pesan data dikirim kepada suatu sistem informasi dari pihak penerima yang tidak dibuat/ditetapkan untuk maksud itu,

Para. 100 Guide to Enactment.

maka penerimaan suatu pesan data terjadi segera setelah pesan data dibuka (retrieved) olehnya; dan

(3) Jika tidak ada sistem informasi yang dibuat/ditetapkan oleh pihak penerima, maka waktu penerimaan pesan data terjadi segera setelah pesan data memasuki sistem informasi dari pihak

penerima. 41 Aturan-aturan ini berlaku meski lokasi dari sistem

informasi dan tempat di mana pesan data tersebut yang akan diterima ternyata berbeda. Tempat pengiriman dan penerimaan pesan data adalah tempat usaha dari pihak originator dan juga si

penerima (addressee). 42

Dalam hal terdapat lebih dari satu tempat usaha (place of business), tempat usaha adalah tempat yang memiliki hubungan terdekat (closest link) dengan transaksi yang bersangkutan. Dalam hal tidak ada hubungan terdekat tersebut, maka tempat usahanya adalah tempat usaha pokoknya (the principal place of business).

Dalam hal tidak adanya tempat usaha, maka pengiriman dan penerimaan suatu pesan data akan berlangsung di tempat kediaman biasanya (their habitual residence). Namun demikian baik pihak originator dan pihak penerima (addressee) dapat menyepakati untuk membuat aturan-aturan tersendiri bagi mereka. Para pihak tidak perlu untuk menetapkan kriteria-kriteria tersebut di atas.

41 Rafiqul Islam, Op.cit., hlm. 430. 42 Perlu untuk dikemukakan di sini bahwa suatu pesan data tidak boleh dipertimbangkan isinya apabila pesan data tersebut sekedar sampai pada

sistem informasi si penerima, tetapi gagal untuk masuk ke dalamnya. Dalam hal ini Model Law tidak secara tegas mengatur masalah kemungkinan tidak berfungsinya (rusaknya) sistem informasi sebagai dasar untuk lahirnya tanggung jawab, khususnya manakala sistem informasi penerima tidak berfungsi sama sekali atau berfungsi tetapi ada kerusakan atau meskipun dapat berfungsi dengan baik namun tidak dapat dimasuki oleh adanya pesan data. Karena itu pengiriman berdasarkan Model Law tidak terjadi. (Para. 104 Guide to Enactment).

10. Bagian II: Obyek Tertentu: Pengiriman Barang

Bagian I Model Law di atas memuat aturan-aturan umum dari e-commerce. Dalam bagian kedua sekarang ini, Model Law memuat aturan-aturan khusus mengenai pengiriman barang yang dilakukan melalui pesan

komunikasi komputer (elektronik). Informasi yang dikomputerkan dapat digunakan dalam hubungannya dengan suatu kontrak pengiriman barang dan dokumen- dokumen pengangkutan terkait.

data melalui

sistem

Perlu ditekankan di sini bahwa bagian dua ini sifatnya tidaklah eksklusif atau berdiri sendiri. Aturan dalam bagian I, khususnya aturan-aturan mengenai persyaratan tertulis, tanda tangan dan keaslian suatu ‘dokumen’ (pasal 6 – 8 Model Law) juga

berlaku terhadap bagian II ini. 43

Pasal 16 memuat daftar mengenai hal-hal pesan data secara elektronik (electronic data message) yang dapat berlaku. Daftar tersebut adalah:

(1) pemberian tanda, angka, jumlah dan berat barang; (2) memuat sifat atau nilai barang; (3) penerbitan surat penerimaan untuk barang; (4) perintah kepada kapal pengangkut; (5) klaim pengiriman barang; (6) perintah/kuasa untuk melepaskan barang (7) memuat pemberitahuan mengenai hilang atau kerusakan terhadap

barang; (8) memberikan pemberitahuan

lainnya mengenai pelaksanaan kontrak;

(9) upaya untuk mengirim barang kepada orang yang telah

ditentukan atau seseorang yang mengklaim pengiriman; dan

Model Law menyatakan: “... Part two of the Model Law does not in any way limit or restrict the field of application of the general provisions of the Model Law.” (Para. 109 Guide to Enactment).

(10) hal-hal lain yang terkait dengan hak atas barang, hak dan

kewajiban berdasarkan kontrak. 44

11. Dokumen Pengangkutan (Bill of Lading)

memfasilitasi penggunaan bill of lading elektronis yang dapat digunakan untuk moda-moda pengangkutan lainnya di samping pengangkutan laut. Termasuk di dalamnya moda angkutan melalui jalan raya, kereta

api, dan pengangkutan udara. 45

Persyaratan hukum mengenai syarat tertulis dan penggunaan suatu dokumen kertas, dapat terpenuhi dengan penggunaan satu atau lebih pesan data. Model Law hanya mensyaratkan bahwa metode atau cara pengiriman pesan data tersebut dapat diandalkan.

Model Law mengakui dokumen-dokumen pengangkutan secara elektronik ini. Dalam Model Law ternyata yang menjadi aturan(- aturan) khusus di sini baru atau hanya dokumen pengangkutan (laut, darat, kereta api, udara).

Dilihat dari kata yang digunakannya, yaitu areas, jelas bahwa Model Law masih melihat adanya kemungkinan pengaturan- pengaturan untuk bidang-bidang khusus lainnya di samping dokumen pengangkutan secara elektronik (e-bill of lading).

Daftar-daftar di atas tidak bersifat sebagai ilustrasi semata. Daftar tersebut juga tidak hanya untuk sektor pengangkutan laut (maritim), tetapi juga moda-moda angkutan lainnya (Para. 122 Guide to Enactment).

45 Para. 110 Guide to Enactment.

12. Tanda Tangan Digital dan Pejabat Verifikasi

a. Tanda Tangan Digital (Digital Signature)

Di samping Model Law 1996 tersebut di atas, UNCITRAL telah pula secara aktif merancang aturan-aturan untuk tanda tangan digital dan pejabat verifikasi. Untuk itu, UNCITRAL membentuk suatu badan khusus, yaitu UNCITRAL Working Group.

Sejak bulan Februari 1997, UNCITRAL Working Group telah mempersiapkan aturan-aturan mengenai 'digital signature' dan 'Certifying

atau lembaga sertifikasi). Pembentukan kelompok kerja ini sebagai implementasi dari pasal 7 Model Law 1996.

Digital signature adalah ‘sejumlah karakter alphanumerik yang dihasilkan dari operasi matematik dan kriptografi’. 46 Hingga saat ini "cryptography" masih dipandang cara terbaik untuk memproteksi data dari kemungkinan perubahan-perubahan yang tidak

diinginkan. 47 Cryptography telah digunakan secara umum. Penggunaannya

acapkali didasarkan pada penggunaan fungsi-fungsi 'algorithmic' (algoritma). Pada prinsipnya cara kerja cryptograhy sederhana saja. Cryptography mengubah informasi menjadi kode. Pengirim mengirim informasi melalui kode-kode. Penerima kode (informasi) kemudian membuka kode tersebut untuk dapat membacanya. Dalam mengirim-menerima code, dilakukan dengan menggunakan 2 kunci. Kunci ini tidak lain adalah angka-angka.

Satu kunci digunakan untuk menerjemahkan data dan untuk mengkonfirmasi digital signature (kunci privat atau private keys).

Kunci lainnya, yaitu kunci publik (public keys), digunakan untuk meverifikasi suatu tanda tangan digital dari pesan yang

kembali ke bentuk aslinya (public key). 48

46 Danrivanto Budhijanto, Op.cit., hlm. 67. 47 Danrivanto Budhijanto, Op.cit., hlm. 67.

48 Rafiqul Islam, Op.cit., hlm. 431; Danrivanto Budhijanto, op.cit., hlm. 68 dan 72; Sanson, op.cit., hlm. 144.

b. Certification Authority

Certification Authority (CA) adalah konsep yang baru berkembang, yakni suatu provider jasa pihak ke-3 yang netral dan independen. CA mengeluarkan serifikat 'untuk menghubungkan suatu kunci dengan si penandantangan. CA juga bertugas mendaftarkan suatu public key bersama-sama dengan nama dari pelanggan (pengguna) sertifikat sebagai 'subyek' sertifikat.

Dengan dimulainya diskusi secara umum mengenai isu yang dibahas, Working Group mempersiapkan teks-teks mengenai aturan- aturan seragam pada akhir 1997. Aturan-aturan hukum seragam ini disahkan oleh Working Group pada sidangnya yang ke-32 di Wina pada tangggal 19-30 Januari 1998. UNCITRAL mengesahkannya pada sidangnya yang ke 31 di New York, pada tanggal 1 - 12 Juni 1998.

Aturan-aturan hukum seragam ini antara lain mengatur ruang lingkup berlakunya aturan (Bab I), tanda tangan elektronik (Bab 2), pejabat sertifikasi dan isu-isu terkait (Bab 3), dan

pengakuan tanda tangan elektronik asing (Bab 4). 49

Digital Signatures, Certification Authorities and Related Legal Issues, Doc. Nos. A/CV.9/WG.IV/WP/73 dan A/CN.9/457); Rafiqul Islam, Op.cit., hlm. 431.