Aktor Cyber-Warfare

2. Aktor Cyber-Warfare

Aktor-aktor ini dapat memberikan jawaban apakah suatu serangan (cyber-attack) dapat dikategorikan dengan cyber-warfare atau tidak. Serta lebih luas lagi dapat mengidentifikasi cyber-warfare apakah termasuk konflik bersenjata internasional atau konflik bersenjata non-internasional.

The International Group of Experts dalam Tallinn Manual menyepakati bahwa sebuah konflik termasuk konflik internasional jika dua atau lebih negara terlibat sebagai para pihak yang saling berlawanan atau ketika aktor bukan negara dibawah ‘kendali seluruhnya’ (overall control by State) dari satu negara yang terlibat

dalam permusuhan satu sama lain. 94 Pada praktiknya, sangat sulit untuk memastikan apakah suatu negara mengendalikan aktivitas cyber

94 M ichael N. Schmit t , Op. Cit , Rule 22 (2), halaman 72.

dari aktor bukan negara (hacker atau cracker) tersebut. 95 Aktor bukan negara disini maksudnya adalah pihak-pihak yang dimungkinkan

diberikan perintah oleh negara seperti militer, kelompok hacker/cracker yang disponsori negara untuk menyerang (cyber- attack ) terhadap sistem komputer di negara lain.

Muncul pertanyaan apakah tindakan cyber-attack dari aktor bukan negara (hacker/cracker) yang terorganisasi seperti kelompok bersenjata terhadap suatu negara lain dapat dikaitkan dengan perintah suatu negara lain sehingga konflik itu bersifat internasional?. Terkait dengan itu Majelis Hakim Pengadilan Banding ICTY (International Criminal Tribunal for The Former Yugoslavia’s Tadic Appeals Chamber Judgement ) menjelaskan apa yang dimaksud ‘kendali seluruhnya’ pada kasus Bosnian Serb Unit yang mana unit ini diarahkan oleh Republik Yugoslavia.

...a control by a State over subordinate armed forces or militias or paramilitary units may be of an overall character (and must compromise more than the mere provision of financial assistance or military equipment or training). This requirement, however, does not go so far as to include the issuing of specific orders by the State, or its direction of each individual operation. Under International Law it is by no means necessary that the controling authorities should plan all the operations of the units dependent on them, choose their targets, or give specific instructions concerning the conduct of military operations and any alleged violations of international humanitarian law. The control required by international law may be deemed to exist when a State (or, in the context of an armed conflict, the Party to the conflict) has a role in organising, coordinating or planning the military actions of

95 Ibid.

the military group, in additiong to financing, training and equipping or providing operational support to that group. 96

Majelis Banding ICTY menjelaskan yang dimaksud ‘kendali seluruhnya’ menurut hukum internasional dapat dianggap ada apabila suatu Negara (atau, dalam konteks konflik bersenjata, pihak-pihak pada konflik) memiliki peran dalam mengatur, mengkoordinasikan atau perencanaan tindakan militer dari kelompok militer, mendanai, melatih dan melengkapi atau menyediakan dukungan operasional kepada kelompok itu. Jadi kelompok atau organisasi atau unit-unit dari hacker dan cracker dianggap merupakan ‘kaki tangan’ dari entitas (negara atau belligerent) apabila terbukti kelompok hacker/cracker tersebut memenuhi kriteria ‘kendali seluruhnya’ seperti yang dijelaskan Putusan Majelis Hakim pada Pengadilan Banding ICTY.

Ketika ‘kendali seluruhnya’ terbukti ada dalam pertikaian antar negara, maka dapatlah dikatakan telah memenuhi kriteria konflik bersenjata internasional dan berarti juga ada cyber-warfare seperti yang dikemukakan The International Group of Experts tersebut.

96 Tadic, Appeals Chamber Judgement , paragraph 137.