Tinjauan Umum Perang Sibernetika

B. Tinjauan Umum Perang Sibernetika

Within a quarter hour, 157 major metropolitan areas have been thrown into knots by a nationwide power blackout hitting during rush hour. Poison gas clouds are wafting toward Wilmington and Houston. Refineries are burning up oil supplies in several cities. Subways have crushed, freight trains have derailed, and aircraft are literally falling out

46 Ibid 47 Ibid. 48 Ibid.

of the sky as a result of middair collisions across the country.... The financial system has also frozen solid.... Several thousand Americans have already died.” –Richard Clarke , Mantan Ketua Pengurus Perlindungan Infrastruktur Vital Gedung Putih Amerika Serikat (Former Chairman of

The US White House Critical Infrastructure Protection Board 49 ). Kutipan itu adalah gambar kekacauan yang terjadi ketika sebuah

sistem yang sudah terintegrasi, terkomputerisasi, dan saling terhubung diserang atau dirusak. Seluruh infrastruktur yang bergantung pada sistem tersebut akan terkena dampak sehingga menimbulkan efek kartu domino yaitu kekacauan masal.

Perkembangan teknologi yang begitu pesatnya memunculkan suatu istilah yang dikenal dengan sibernetika atau dalam Bahasa Inggris yaitu cyber . Dengan domain operasional dunia maya (cyber-space), memungkinkan segala infrastruktur yang ada di dunia ini saling terintegrasi, terkomputerisasi, dan saling terhubung satu sama lain lintas daerah, lintas negara, lintas benua dengan kecepatan penyebaran informasi dan komunikasi instan.

Fungsi yang ada pada teknologi ini kemudian dapat dijadikan target oleh pihak-pihak musuh dalam kaitan konflik bersenjata. Konflik bersenjata yang mana memanfaatkan teknologi sibernetika/cyber sebagai sarana tempur atau domain tempur atau metode berperang dipahami sebagai perang sibernetika (cyber-warfare).

49 Richard A. Clarke dan Robert Knake, Cyber W ar: The Next Threat to National Security and W hat To Do About It , (New York: Ecco, 2012).

Dalam sub bab ini penulis memaparkan tinjauan umum mengenai perang sibernetika (cyber-warfare) yang melihatnya dari aspek pengertian, sejarah dan perkembangan, karakteristik, dan perkembangan pengaturan dari perang sibernetika atau cyber-warfare.

1. Pengertian Cyber-Warfare

Cyber-Warfare dalam bahasa Indonesia berarti Perang Sibernetika. Secara etimologi istilah ini terbagi dua yaitu sibernetika/cyber dan perang/warfare.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sibernetika (si- ber-ne-ti-ka) adalah ilmu pengetahuan tentang komunikasi dan pengawasan yang khususnya berkenaan dengan studi bandingan

atas sistem pengawasan otomatis (seperti sistem saraf dan otak). 50 Sedangkan perang dari sumber yang sama adalah 1 permusuhan

antara dua negara (bangsa, agama, suku, dsb); kedua negara itu dalam keadaan -- 2 pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan atau lebih (tentara, laskar, pemberontak, dsb): tidak lama kemudian kedua pasukan itu sudah terlibat dalam – sengit 3 perkelahian; konflik 4 cara mengungkapkan permusuhan terkait

persaingan ideologi. 51

50 “ Sibernet ika” , Kamus Besar Bahasa Indonesia Android 4.0.0 w w w.kejut.com/ kbbimobile , Dat a Kamus Hak Cipt a Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008.

51 “ Perang” , Loc.Cit .

Menurut Oxford Dictionaries, cyber (adjective) relating to or characteristic of the culture of computers, information

technology, and virtual reality 52 . Masih dari sumber yang sama mengatakan bahwa cyber berasal dari kata cybernetics yaitu the

science of communications and automatic control systems in both machines and living things 53 . Kata cybernetics ini merupakan kata

serapan Bahasa Yunani yaitu kubernetes. 54 Sedangkan pemahaman warfare dari sumber yang sama adalah engagement in or the

activities involved in war or conflict 55 . Kata warfare itu lebih berkenaan pada metode perang, sedangkan kata war memiliki

definisi 1 a state of armed conflict between different countries or different groups within a country; 2

a state of competition or

hostility between different people or groups; 3

a sustained campaign against an undesirable situation or activity. 56

Secara pembahasan etimologi bahasa diatas penulis memahami bahwa perang sibernetika atau cyber-warfare adalah sebuah konflik bersenjata yang memanfaatkan teknologi

52 “ Cyber” , Oxford Dict ionary English Android 4.3.127 w w w.m obisystem s.com (Oxford: Oxford Universit y Press, 2012).

53 “ Cybernetics” , Oxford Dictionary English Android 4.3.127 w w w.mobisyst ems.com (Oxford: Oxford Universit y Press, 2012).

54 Ibid. 55 “ Warfare” , Oxford Dictionary English Android 4.3.127 w ww .m obisyst ems.com (Oxford: Oxford

Universit y Press, 2012).

56 “ War” , Oxford Dict ionary English Android 4.3.127 ww w .mobisyst ems.com (Oxford: Oxford Universit y Press, 2012).

sibernetika/cyber. Untuk menghemat penulisan pada pembahasan selanjutnya, penulis akan menggunakan istilah cyber-warfare.

Pada pembahasan diatas telah dijelaskan definisi dari cyber-warfare secara etimologi dari dua sumber bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (English), dan mengenai cyber-warfare dapat ditemukan pengertiannya masing-masing. Namun dalam kaitannya dengan hukum internasional khususnya hukum humaniter internasional, definisi atau pengertian dari cyber- warfare masih terdapat banyak perbedaan pendapat karena cyber- warfare sendiri merupakan suatu fenomena baru yang sedang berkembang pesat (emerging phenomenon). Hal ini ditambah belum adanya rezim pengaturan cyber-warfare dalam bahasan hukum internasional khususnya hukum humaniter internasional.

Setidak-tidaknya para ahli dan kesimpulan yang dikemukakan oleh organisasi internasional mengenai pengertian atau definisi cyber-warfare atau setidaknya mendekati pengertian cyber-warfare sehingga dapat mengantarkan untuk memahaminya lebih dalam.

Definisi langsung mengenai cyber-warfare agak sulit ditemui dalam literatur, karena pada faktanya definisi hukum

mengenai cyber dan warfare masih dalam perdebatan. 57 Maka dari

57 St eve Winterfeld, Op.Cit ., halaman 16.

itu penulis akan memulainya dengan pengertian dari cyber/cyberspace sebagai domain operasional dari cyber-warfare, antara lain:

a. Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (United States Department of Defense ) mendefinisikan: cyberspace as the notional enviroment in which digitized information is communicated over computer network which civilian, military, and terrorist entities operate in cyberspace to conduct their

bussiness and operations. 58 Dari penjelasan itu dipahami domain operasional cyber/cyberspace yang merupakan bagian

dari jaringan komputer dapat diakses oleh siapapun untuk menjalankan berbagai keperluan masing-masing orang. Pemerintah Amerika Serikat menyadari bahwa sistem tersebut akan mengancam keamanan dalam negrinya (threat to US homeland security ), maka kementerian pertahanan AS melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi ancaman itu.

b. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa /United Nations) mendefinisikan “Cyber is the global systems of internetted computers, communications infrastructures, online confencing entities, databases, and information utilities generally known as the Net. This mostly means the Internet, but the term may also be used to reffer to the specific, bounded electronic

58 Ibid.

information enviroment of a corporation or of a military, government, or other organization 59 . Penjelasan yang

dikeluarkan PBB mengenai cyber menyatakan bahwa cyber adalah termasuk Internet sebagaimana yang dipahami hari ini, dimana semua orang dapat berkomunikasi dengan cepat di seluruh dunia melalui internet, tetapi lebih spesifik pengertian itu berlaku pada informasi elektronik milik perusahaan, militer, pemerintahan, atau organisasi.

definisi mengenai cyber/cyberspace , dilanjutkan pada pengertian warfare yaitu sebagai berikut:

a. Carl von Clausewitz seorang Jendral Prusia pada era perang Napoleon mendefinisikan warfare sebagai an act of violence to compel our opponent to fulfil our will atau yang berarti sebuah tindakan kekerasan untuk menundukan lawan/musuh untuk

memenuhi keinginan kita. 60 Beliau juga mengatakan bahwa perang terdiri dari tiga elemen penting yaitu kekerasan

(violence), tujuan (purposefulness), bertujuan politik tertentu (political objective).

59 “ Cyber” UN Term, diakses dari ht t p:/ / unterm.un.org/ pada 25 Februari 2015 pukul 13.10 WIB. 60 Thomas Rid, Loc.Cit .

b. Piagam PBB tidak memberikan definisi mengenai warfare tapi ada istilah lain yang memberikan pengertian mendekati istilah warfare pada article 2 dan article 51.

1) Article 2 (4): All members shall refrain in their international relations from the threat or use of force

against the territorial integrity or political independence of any state, or in any other manner inconsistent with the

purposes of The United Nations. 61 Redaksional menggunakan kekerasan terhadap integritas wilayah atau

kemerdekaan politik sesuatu negara lain dapat dipahami seperti tindakan-tindakan perang (warfare) yang mana piagam PBB mengatur untuk setiap anggota PBB menjauhkan diri dari tindakan-tindakan semacam itu.

2) Article 51: Nothing in the present Charter shall impair the inherent right of individual or collective self defense if an armed attack occurs against a member of the United Nations, until the Security Council has taken the measures necessary to maintain international peace and security. Measures taken by members in the exercise of this right of self defense shall be immediately reported to the Security Council and shall not in any way affect the authority and responsibility of the Security Council under the Present

61 Piagam Perserikat an Bangsa-Bangsa, Art icle 2 (4).

Charter to take at any time such action as it deems necessary in order to maintain or restore international

peace and security 62 . Redaksional serangan bersenjata (armed attack) dipahami sebagai tindakan-tindakan yang

termasuk dalam tindakan perang (war act).

Terlepas dari terminologi pengertian cyber dan warfare, UNTERM (United Nations Multilingual Terminology Database) memiliki definisi pengertian cyber-warfare utuh sebagai “The offensive and defensive use of information and informations systems to deny, exploit, corrupt or destroy an adversary’s information, information-based processes, information systems and computer based networks while protecting one’s own. Such action are designed to achieve advantages over military or business

adversaries.” 63 Berdasarkan pengertian yang dsampaikan oleh UNTERM tersebut Cyber-Warfare adalah tindakan militer yang

dapat merusak/menghancurkan informasi tertentu sebagai targetnya dengan memanfaatkan teknologi cyber untuk memperoleh keuntungan militer dan bisnis.

Organ PBB selain UNTERM yang juga memberikan pengertian cyber-warfare adalah UNICJRI (United Nations

62 Ibid, Art icle 51. 63 “ Cyberw arfare” , Unit ed Nations M ultilingual Terminology Dat abase (UNTERM ), diakses dari

ht t p:/ / unt erm.un.org/ DGAACS/ unt erm.nsf/ WebView / BFDE24673F1B1F6E85256AFD006732A3?O penDocument , pada 25 Februari 2014 pukul 18.57 WIB.

Interregional Crime and Justice Research Institute ). UNICJRI mendefinisikan cyber-warfare sebagai any action by a nation-state to penetrate another nation’s computer networks for the purpose of

causing some sort of damage 64 . UNICJRI menjelaskan bahwa cyber-warfare

negara-negara untuk mengahancurkan/merusak sistem jaringan komputer satu sama lain.

dilakukan

oleh

Sangat penting sebelumnya untuk diketahui bahwa pengertian cyber-warfare tidak dapat disamakan dengan cyber- crime, cyber-espionage, dan cyber-vandalism meskipun kesemuanya memiliki kesamaan memanfaatkan adanya teknologi cyber. Cyber-Crime adalah tindakan kejahatan (pidana) untuk memperoleh keuntungan dari adanya teknologi cyber dengan melawan hukum nasional suatu negara, dapat dikatakan cyber- crime lebih masuk pada ranah hukum pidana atau hukum pidana internasional. Cyber-vandalism adalah tindakan untuk memasuki dan merusak sebuah website, jaringan, atau komputer dengan tidak adanya alasan politik tertentu melainkan hanya untuk kesenangan atau kepuasan dan merupakan perbuatan yang melawan hukum (masih dalam ranah hukum pidana). Dalam penelitian ini penulis mengarahkan bahwa cyber-warfare adalah tindakan konflik

64 “ Cyberw arfare” , The Unit ed Nations Int erregional Crime and Just ice Research Inst it ut e websit e, diakses dari

ht t p:/ / w w w .unicri.it / special_t opics/ cyber_t hreat s/ cyber_crime/ explanat ions/ cyberw arfare/ pada 25 Februari 2015 pukul 19.06 WIB.

bersenjata internasional (perang) dalam ranah hukum humaniter internasional.

2. Sejarah dan Perkembangan Munculnya Cyber-Warfare

Sejarah cyber-warfare bermula sejak ditemukannya teknologi jaringan internet dan komputer modern. Seperti diketahui bahwa komputer saat ini digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan segala aktivitas manusia, kemudian komputer-komputer yang dimiliki seluruh masyarakat dunia dimungkinkan saling terhubung satu sama lain dengan memanfaatkan jaringan internet dan menjadi satu dalam sebuah dunia virtual yang bernama dunia maya atau cyber.

Sejarah perkembangan munculnya cyber-warfare dimulai sejak era perang dingin antara blok barat yang dipimpin Amerika Serikat (AS) dan blok timur yang dipimpin Uni Sovyet. Pada tahun 1957, Uni Sovyet berhasil mengorbitkan satelit telekomunikasi global pertama di dunia bernama sputnik. Kemajuan teknologi ini juga diikuti kemampuan serang nuklir rudal balistik Uni Sovyet yang mempunyai jarak jangkau sampai pada ibukota AS bahkan seluruh wilayah AS dengan daya ledak dahsyat.

Keberhasilan Uni Sovyet tersebut direspon AS sebagai pesaingnya dengan memulai proyek riset dengan mendirikan agensi bernama ARPA (Advanced Research Project Agency).

Tujuan awal proyek ini adalah untuk kepentingan militer AS. AS yang khawatir dengan kemampuan serang arsenal rudal balistik antar benua nuklir Uni Sovyet yang terus meningkat, membuat rencana cadangan apabila benar-benar terjadi perang nuklir dengan Uni Sovyet. Rencana militer strategis itu adalah membuat sebuah jaringan komunikasi yang tidak terpusat yang mana dapat dengan mudah dihancurkan ketika serangan rudal balistik nuklir. Beberapa tahun kemudian sampai saat ini ternyata agensi ARPA berhasil mengembangkan sistem komunikasi yang revolusioner yaitu dengan ditemukannya internet.

Saat ini internet sebagai suatu sistem komunikasi tidak hanya digunakan oleh militer AS dan pemerintah AS, dengan perkembangan yang ada internet saat ini menjadi universal digunakan oleh masyarakat dunia. Mengingat penggunaan komputer yang terus meningkat, jaringan internet yang menghubungkan setiap komputer di muka bumi ini memunculkan sebuah dunia virtual yang bernama cyber atau dalam bahasa Indonesia berarti sibernetika atau lazimnya disebut dengan dunia maya.

3. Karakteristik Cyber-Warfare

dengan perang konvensional pada umumnya. Hal itu dikarenakan sebagai berikut:

Cyber-Warfare sedikit

berbeda berbeda

b. Serangan (cyber-attack) dapat dilakukan oleh siapapun karena peralatan penunjangnya dapat dengan mudah didapatkan dan harganya murah (low cost and reachable);

c. Cyber-warfare tidak membutuhkan tenaga fisik dalam jumlah besar;

d. Cyber-warfare tidak terjadi pada dunia nyata tetapi terjadi di dunia yang virtual (cyber/cyberspace);

Namun kemiripannya adalah adanya motivasi politik (political objective) seperti sebuah perang atau konflik bersenjata.

4. Perkembangan Pengaturan Cyber-Warfare

Seperti dijelaskan sebelumnya rezim hukum internasional mengenai cyber-warfare belum nyata ada apalagi rezim pengaturan hukum humaniter internasional terhadap itu. Sejauh ini negara- negara sedang mengupayakan adanya suatu ketentuan hukum internasional mengenai cyber-warfare melalui kerjasama dan usaha-usaha para diplomat di PBB. PBB sebagai organisasi internasional terbesar dan paling berpengaruh di dunia mempunyai peranan untuk melakukan terobosan-terobosan dalam rangka visi PBB yaitu menjaga keamanan dan perdamaian dunia.

Sejak resolusi Majelis Umum PBB (MU-PBB/United Nations General Assembly ) yang pertama yang diusulkan oleh Federasi Rusia pada komite pertama tahun 1998, diskusi mengenai cyberspace telah terbagi menjadi dua aliran perkembangan yaitu cyber-warfare (aspek politik dan militer) dan cyber-crime (aspek

ekonomi). 65 Setiap aliran setidaknya dibahas pada satu badan keputusan PBB (UN Decission Body) dengan beberapa organisasi

dibawah naungan PBB dan koferensi-konferensi yang disponsori (sponsored conference). 66

Pembahasan cyber-warfare dipimpin oleh komite pertama MU-PBB yaitu DISEC (Disarmament and International Security Committee ), bersama organisasi-organisasi terkait seperti ITU (International Telecommunication Union), UNIDIR (United Nations Institute of Disarmament Research ), dan CTITF (Counter-

Terrorism Implementation Task Force 67 ). Fokus kerja mereka awalnya adalah penanggulangan penggunaan internet untuk

terorisme. 68

Resolusi pertama MU-PBB diusulkan oleh Federasi Rusia pada tahun 1998 dan disetujui tanpa pemungutan suara (vote) pada

65 Tim M aurer, Cyber Norm Emergence at The United Nations: An Analysis of The Activities at The UN Regarding Cyber Security , Belfer Cent er For Science and International Affairs, Harvard

Kennedy School diakses dari ht t p:/ / belfercenter.ksg.harvard.edu/ files/ maurer-cyber-norm-dp- 2011-11-final.pdf pada 26 Februari 2015 pukul 18.17 WIB.

66 Taipei M odel Unit ed Nat ions 2014, St udy Guide, Op.Cit , halaman 23. 67 Ibid. 68 Ibid.

Desember 1998 dengan nomor resolusi A/RES/53/70 yang berjudul “Developments in The Field of Information and

Telecommunications in The Context of International Security” 69 . Sejak saat itu MU-PBB meloloskan resolusi-resolusi dengan judul

yang sama dan rekomendasi yang mirip setiap tahunnya: A/RES/54/49 (1999), A/RES/55/28 (2000), A/RES/56/19 (2001), A/RES/57/53 (2002), A/RES/58/32 (2003), A/RES/59/61 (2004), A/RES/60/45 (2005), A/RES/61/54 (2006), A/RES/62/17 (2007), A/RES/63/37 (2008), A/RES/64/25 (2009), A/RES/65/41 (2010), A/RES/67/27 (2012), A/RES/68/243 (2013).

Dari resolusi yang dikeluarkan MU-PBB diatas yang menjadi pembahasan adalah:

a. Keamanan informasi (information security);

b. Definisi atau pengertian dasar dari gangguan yang tidak sah dengan

dan keamanan telekomunikasi (definition of basic notions regarding unauthorized interference with or misuse of information and telecommunications systems );

penyalahgunaan

informasi

c. Memperkuat keamanan informasi dan telekomunikasi dunia (strenghtening global information and telecommunications security );

d. Usaha-usaha di tingkat negara (national level efforts);

69 United Nat ions General Assembly A/ RES/ 53/ 70.

e. Kerjasama dalam komunitas internasional (cooperation in the international community )

Terlihat bahwa perkembangan pengaturan yang baru ada sebatas menanggulangi ancaman yang ada (cyber-threat). Belum sampai pada perkembangan kodifikasi “aturan main” layaknya perang dalam hukum humaniter internasional.