Ancaman dan Dampak Cyber-Warfare terhadap Keamanan dan Perdamaian Dunia

3. Ancaman dan Dampak Cyber-Warfare terhadap Keamanan dan Perdamaian Dunia

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Martin C. Libicki ada beberapa tingkatan kekerasan untuk menyelesaikan suatu sengketa internasional, yaitu:

Bagan 2. Tingkat Agresifitas Kekerasan dalam Sengketa Internasional 97

Serangan Nuklir (Nuclear Attack) Kekuatan Fisik (Tentara) Melakukan Invasi (Physical Force) Cyber-Warfare Sanksi Ekonomi dan Diplomatik

M ore Belligerent Less Belligerent

Cyber-Warfare menempati urutan kedua dari bawah setelah sanksi ekonomi dan politik. Menurut riset ini ancaman cyber-warfare terhadap perdamaian dunia masih dibawah dari ancaman kekerasan bersenjata yang nyata. Dalam situasi politik yang memanas cyber- warfare dapat digunakan apabila jalan sanksi ekonomi dan diplomatik tidak menemukan harapan. Menarik bahwa cyber-warfare dapat tergolong ancaman yang dapat diterapkan dalam situasi hubungan politik yang memanas antar kedua negara.

97 M art in C. Libicki, Cyber Detterance and Cyberwar, (Pit tsburgh: RAND Corporat ion, 2009), halam an 29.

Dari segi biaya yang diperlukan untuk menghasilkan dampak serangan (kerusakan) yang efektif, cyber-warfare lebih unggul dibandingkan serangan fisik langsung.

Gambar 1. Grafik Perbandingan Biaya dan Dampak Serangan 98 Hal tersebut karena hampir seluruh infrastruktur aktivitas

manusia ada di dalam cyber. Misalnya seperti kegiatan perbankan (e- banking, e-payment ), sistem perkotaan (smart city), navigasi udara dan laut (air/sea traffic control), pembangkit listrik (power plant), informasi personal dalam media sosial (facebook, twitter, instagram, path, askfm, tumblr, blog, dll ), perdagangan saham, dan masih banyak lagi. Semuanya itu terhubung (online) dalam cyber karena memberikan keuntungan kecepatan informasi dan komunikasi.

98 Ibid, halaman 33.

Oleh karena itu menjadikan cyber sebagai suatu sistem komunikasi yang sangat vital karena siapapun dapat mengakses ke dalam sistem itu. Dan dimungkinkan adanya ancaman-ancaman terhadap sistem tersebut melalui virus dan worm untuk merusak data- data komputer yang terhubung (online) dengan internet. Ketika data- data

terhubung dalam cyber dirusak/dihapus/dimanipulasi dapat membawa dampak merugikan pada aktivitas yang ditunjangnya.

Ancaman (threat) berupa serangan cyber (cyber-attack) biasanya dilatarbelakangi kepentingan politik antar negara atau entitas lainnya selain negara. Beberapa kasus yang pernah terjadi menggambarkan ancaman dan dampak dari cyber-warfare antara lain:

a. Sina – American Hacker Case (2001) Pada bulan April 2001 terjadi insiden tabrakan pesawat tempur jet China dengan pesawat intai maritim AS. Isu ini menjadi headline media masa internasional saat itu yang memicu ketegangan hubungan diplomatik kedua negara. Ditengah ketegangan itu hacker AS melaporkan bahwa lebih dari 600 website China telah dirusak sebelum akhir April 2011 termasuk beberapa website

pemerintah provinsi dan website universitas China. 99 Sina salah satu gateway website terbesar di China juga diserang oleh DDoS

99 Taipei M odel Unit ed Nat ions 2014, Study Guide Topic A: Cyberwarfare, Disarm ament and Int ernational Securit y Commit tee, halam an 11-12.

(Distributed Denial of Service) dan lebih dari 2500 website China pada Mei 2001 telah dirusak. 100 Tindakan hacker AS tersebut

dibalas oleh hacker China yang dikenal dengan nama China Honkers Union dan Hackers Union of China. Hacker China pada tanggal 1 sampai dengan 7 Mei 2001 berhasil membobol 1400 website AS termasuk website milik Departemen Ketenagakerjaan AS (US Department of Labor), Departemen Kesehatan dan Pelayanan Publik (US Department of Health and Human Services),

sampai pada website milik Gedung Putih AS (US White House). 101 Pihak pemerintah dari kedua negara berusaha meredam isu yang

ada dengan sama-sama tidak bertanggung jawab atas cyber-attack yang terjadi di kedua negara.

b. Titan Rain Case (2003 – 2006) Sejak tahun 2003 grup-grup hackers yang tidak dikenal berusaha mencari informasi rahasia dan rentan milik pemerintah AS untuk dibocorkan pada publik. Kali ini yang menjadi sasaran adalah Departemen Dalam Negeri AS (US Department of State), Departemen Energi AS (US Department of Energy), Departemen Pertahanan AS (US Department of Homeland Security) serta Hacker ini juga berhasil mencuri data-data militer AS tanpa

terdeteksi. 102 Ini adalah serangan panjang dan berkelanjutan yang mana pemerintah AS memberi kode nama sebagai “Titan Rain”.

100 Ibid. 101 Ibid. 102 Ibid.

Tidak diketahui dari pihak mana hacker ini berasal, namun tuduhan media internasional mengarah pada militer China (China’s People’s Liberation Army ) atau hacker yang disponsori oleh pemerintah China. Cyber-attack ini ditengarai adalah buntut ketegangan sejak tahun 2001 antara China dan AS.

c. Perang Israel – Hezbollah (2006) Perang yang terjadi antara militer Israel dan milisi Hezbollah di Lebanon pada pertengahan Juli 2014 juga terdapat cyber-attack. Pada 12 Juli 2006 pasukan Hezbollah menembakan roket pada dua kendaraan militer Israel yang sedang berpatroli di perbatasan Israel sebelah utara yang berbatasan langsung dengan wilayah Lebanon. Serangan roket itu menewaskan tiga tentara Israel dan dua lainnya luka-luka. Militer Israel kemudian membalas serangan itu dengan serangan udara dan tembakan artileri pada posisi pasukan Hezbollah serta juga melakukan serangan cyber pada website milik Hezbollah dengan menggunakan DDoS (Distributed Denial of Service ) sehingga website tersebut tidak dapat diakses. Selain itu militer Israel juga berhasil meretas (hacked) koneksi satelit TV

Hezbollah yang bernama Al Manar. 103 Hacker Hezbollah membalasnya dengan merusak website milik pemerintah dan

militer Israel. Pada waktu yang sama website milik agensi-agensi AS seperti NASA, University of California, University of Berkeley,

103 Ibid.

Microsoft juga rusak, dicurigai hal ini adalah perbuatan hacker Hezbollah karena secara politik AS mendukung aksi-aksi militer Israel di Timur Tengah.

d. Estonia (2007) Estonia adalah salah satu negara yang menerapkan sistem administrasi tanpa menggunakan kertas (paperless system) dan karena itu sangat bergantung pada data-data komputer. Namun hal ini menjadi suatu kekacauan ketika terjadi gelombang serangan

cyber 104 terhadap seluruh website di Estonia pada tahun 2007. Kegiatan-kegiatan administrasi yang menerapkan paperless system

seperti perbankan, perdagangan saham, pelayanan publik otomatis berhenti beroperasi karena data-data komputernya hilang karena

serangan DDoS. 105 Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Estonia memutus seluruh sambungan internet untuk memperbaiki

sistem jaringan yang dirusak. 106 Akibatnya memutus hubungan Estonia dari informasi dunia untuk waktu yang lumayan lama

sampai menunggu perbaikan selesai. Kejadian ini diduga disebabkan karena peristiwa relokasi tugu peringatan kemerdekaan dari pendudukan Nazi Jerman yang dibangun Uni Sovyet oleh pemerintah Estonia yang menyinggung Rusia. Meskipun begitu, pemerintah Rusia menangkis tuduhan-tuduhan itu.

104 “ Est onia Hit by M oscow Cyer War” , BBC New s, dipost ing pada 17 M ei 2007, diakses dari ht t p:/ / new s.bbc.co.uk/ 2/ hi/ europe/ 6665145.st m pada 26 April 2015 pukul 02.51 WIB.

105 Ibid. 106 Ibid.

e. The Stuxnet Worm (2010) Pada tahun 2007 - 2010 terjadi serangan cyber (cyber-attack) terhadap fasilitas pengayaan uranium Iran yang bernama “Natanz”. Sebuah worm yang dikenal dengan Stuxnet Worm berhasil memasuki sistem komputer untuk mengoperasikan reaktor tersebut tanpa terdeteksi dan memanipulasi data-data operasional mesin. Data yang dimanipulasi tersebut adalah data putaran mesin sentrifugal untuk memisahkan zat uranium, dimana rotasi per menit (rpm) putaran dinamo mesin tersebut menjadi tidak stabil (putaran awal 9000 rpm dalam 2 detik menjadi 1000 rpm kemudian naik lagi 2 detik menjadi 12000 rpm). Putaran mesin yang tidak stabil mengakibatkan getaran yang lama-kelamaan merusak mesin tersebut. Kejadian tersebut membuat fasilitas “Natanz” berhenti beroperasi selama beberapa bulan untuk memperbaiki kerusakan mesin itu. Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan oleh pemerintah Iran, worm yang bernama stuxnet itu adalah hasil pengembangan oleh militer Amerika Serikat dan Israel. Seperti diketahui bahwa Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya sangat menentang program pengayaan uranium Iran, maka itu dugaan kuat bahwa kejadian ini merupakan serangan cyber (cyber- attack ) dari Amerika Serikat dan Israel.

f. Konflik India – Pakistan (2010)

Pada 26 November 2010, ICA (Indian Cyber Army) mengklaim berhasil menyerang kurang lebih 870 website Pakistan termasuk website Angkatan Laut, Kementerian Luar Negeri, Kementerian

Ekonomi, dan 31 website lainnya milik pemerintah Pakistan. 107 Pada 3 Desember 2010 tepat pada peringatan perang India-

Pakistan, PCA (Pakistani Cyber Army) mengklaim berhasil menyerang 270 website India. 108 Hubungan diplomatik kedua

negara sudah lama terjadi ketegangan sejak sengketa wilayah dataran tinggi Kashmir yang diperebutkan kedua negara.

g. Konflik Rusia – Ukraina (2014) Saat referendum di wilayah semenanjung Crimea sedang berlangsung pada 16 Maret 2014, dilaporkan terjadi serangan terhadap website-wesbite milik Rusia dan Ukraina. Website milik pemerintah Ukraina mengalami 42 cyber-attack. Beberapa website publik milik NATO juga mengalami hal yang sama pada tanggal

yang sama karena serangan DDoS. 109 Pada tanggal 17 Maret 2014 sehari setelah referendum Crimea, 132 DDoS menyerang website-

website milik Rusia. Dapat diduga serangan tersebut merupakan bagian dari ketegangan politik antara Ukraina dan Rusia mengenai sengketa wilayah Crimea, karena serangan-serangan itu muncul

107 Sandeep Unnit han, Inside the India-Pakistan Cyber W ars, India Today, dipost ing pada 18 M aret 2011, diakses dari ht t p:/ / indiat oday.indiat oday.in/ st ory/ india-pakist an-cyber-w ar-run-by-

hired-hackers/ pada 26 Februari 2015. 108 Loc.Cit .

109 Adrian Croft , NATO W ebsite Hit in Cyber Attack Linked to Crimea Tension, Reut ers Daily, dipost ing pada 16 M aret 2014, diakses dari ht tp:/ / reut ers.com/ article/ 2014/ 03/ 16/ us-ukraine-

nat o-id pada 26 Februari 2015 pukul 17.37 WIB.

bersamaan adanya momentum politik di Crimea serta kedua pihak juga mengalami serangan (balas membalas).

Jika melihat kasus-kasus diatas terlihat bahwa cyber-attack terjadi utamanya karena adanya sebab sengketa politik yang terjadi antara dua pihak (negara dengan negara / bukan negara dengan negara).