Distribusi Hotel Menurut Jenis
a. Distribusi Hotel Menurut Jenis
Jenis hotel pada penelitian dibedakan menjadi 2 kategori yaitu hotel bintang dan non bintang (melati). Persentase jumlah hotel dengan jenis melati lebih besar dibandingkan dengan jumlah persentase jumlah hotel jenis bintang.
Hotel dengan jenis melati persentasenya sebesar 84,43%, sedangkan persentase jumlah hotel dengan jenis bintang hanya sebesar 15,57%. Hal ini berkaitan erat dengan jenis wisatawan yang singgah di Kota Surakarta, kebanyakan bertujuan untuk sekedar mampir sehingga mereka cenderung lebih memperhitungkan agar biaya tidak terlalu besar namun dari segi pelayanan juga tidak terlalu buruk yang umumnya ditawarkan hotel-hotel dengan jenis melati.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPC PHRI diketahui hotel-hotel yang berjenis bintang meliputi 19 hotel dimana lokasinya berada/dekat dengan pusat kota, selebihnya yaitu sebanyak 100 hotel merupakan hotel dengan jenis melati yang berkembang pesat di lingkungan stasiun dan terminal. Maraknya perkembangan hotel di Kota Solo tentu saja tidak lepas dari citra Kota Solo di mata orang luar. Ada nilai-nilai spesifik yang menjadi perhatian untuk dikembangkan mengingat tingkat okupansi hotel di Solo saat ini masih lumayan, rata-rata berkisar 70 persen . Perkembangan ini kiranya juga perlu mendapat perhatian agar tidak sampai terjadi antara demand dan supply tidak seimbang. Jika sampai terjadi, hal itu akan mendorong terjadinya persaingan yang tidak sehat, yang pada gilirannya mendorong terjadinya perang tarif dan pada akhirnya berakibat bergugurannya hotel-hotel yang baru tumbuh tersebut. Dari penelitian didapat sejumlah hotel Melati yang sudah tidak dapat ditemukan diduga karena gulung tikar atau merger, seperti Hotel SukaMarem I, Karya Asri, Banon Cinawi. Dalam hal ini, Pemkot Surakarta harus merumuskan rencana strategi infrastruktur yang tidak hanya berorientasi bisnis semata, melainkan juga berorientasi sosial dan ekologis jadi sudah barang tentu Pemkot pun harus mengeluarkan regulasi Berdasarkan data yang diperoleh dari BPC PHRI diketahui hotel-hotel yang berjenis bintang meliputi 19 hotel dimana lokasinya berada/dekat dengan pusat kota, selebihnya yaitu sebanyak 100 hotel merupakan hotel dengan jenis melati yang berkembang pesat di lingkungan stasiun dan terminal. Maraknya perkembangan hotel di Kota Solo tentu saja tidak lepas dari citra Kota Solo di mata orang luar. Ada nilai-nilai spesifik yang menjadi perhatian untuk dikembangkan mengingat tingkat okupansi hotel di Solo saat ini masih lumayan, rata-rata berkisar 70 persen . Perkembangan ini kiranya juga perlu mendapat perhatian agar tidak sampai terjadi antara demand dan supply tidak seimbang. Jika sampai terjadi, hal itu akan mendorong terjadinya persaingan yang tidak sehat, yang pada gilirannya mendorong terjadinya perang tarif dan pada akhirnya berakibat bergugurannya hotel-hotel yang baru tumbuh tersebut. Dari penelitian didapat sejumlah hotel Melati yang sudah tidak dapat ditemukan diduga karena gulung tikar atau merger, seperti Hotel SukaMarem I, Karya Asri, Banon Cinawi. Dalam hal ini, Pemkot Surakarta harus merumuskan rencana strategi infrastruktur yang tidak hanya berorientasi bisnis semata, melainkan juga berorientasi sosial dan ekologis jadi sudah barang tentu Pemkot pun harus mengeluarkan regulasi
Tabel 20. Distribusi Hotel Berdasarkan Jenis di Kota Surakarta
No
Jenis Hotel
2 Non Bintang (Melati)
100,00 Sumber : Analisis Data Primer 2008
JENIS HOTEL
Bintang
Melati
Gambar 3. Grafik Jumlah Hotel Berdasarkan Jenis di Kota Surakarta Tahun 2008
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa persentase hotel bintang relatif lebih sedikit bahkan hanya 1/5 dari persentase jumlah hotel melati. Bisa dikatakan distribusi hotel menurut jenis banyak didominasi oleh hotel-hotel non bintang meskipun distribusinya tidak merata pada tiap-tiap tempat. Kondisi demikian tidak berarti bahwa hotel bintang memiliki pasar yang kurang bagus dibandingkan hotel melati ataupun sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari didirikannya 2 hotel berbintang baru di Kota Surakarta yaitu Ibis ( yang sudah mulai beroperasi) dan Best Western (yang mulai beroperasi tahun 2009 mendatang ). Dalam hal tingkat okupansi, hotel dengan jenis bintang juga lebih tinggi tingkat huniannya daripada hotel melati. Distribusi hotel untuk jenis Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa persentase hotel bintang relatif lebih sedikit bahkan hanya 1/5 dari persentase jumlah hotel melati. Bisa dikatakan distribusi hotel menurut jenis banyak didominasi oleh hotel-hotel non bintang meskipun distribusinya tidak merata pada tiap-tiap tempat. Kondisi demikian tidak berarti bahwa hotel bintang memiliki pasar yang kurang bagus dibandingkan hotel melati ataupun sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari didirikannya 2 hotel berbintang baru di Kota Surakarta yaitu Ibis ( yang sudah mulai beroperasi) dan Best Western (yang mulai beroperasi tahun 2009 mendatang ). Dalam hal tingkat okupansi, hotel dengan jenis bintang juga lebih tinggi tingkat huniannya daripada hotel melati. Distribusi hotel untuk jenis
b. Distribusi Hotel Menurut Kelas
Kelas hotel dibedakan berdasarkan fasilitas/jasa yang ditawarkannya, biasanya dilambangkan dengan angka jadi semakin besar angka maka otomatis semakin bagus fasilitas/jasa yang disediakan bagi para penginap.
Dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 8 kelas yaitu hotel bintang
1, hotel bintang 2, hotel bintang 3, hotel bintang 4, hotel bintang 5, hotel melati 1, hotel melati 2, hotel melati 3. Untuk mengetahui jumlah hotel berdasarkan klasifikasi di atas dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Distribusi Hotel Berdasarkan Kelas Di Kota Surakata
No
Kelas Hotel
Jumlah
Buah
1 Bintang 5
2 Bintang 4
3 Bintang 3
4 Bintang 2
5 Bintang 1
6 Melati 3
100,00 Sumber : Analisis Data Primer 2008
KELAS HOTEL
Bintang 1 Bintang 2 Bintang 3 Bintang 4 Bintang 5 Melati 1 Melati 2 Melati 3
Gambar 4. Grafik Jumlah Hotel Berdasarkan Kelas
di Kota Surakarta 2008
Berdasarkan Tabel 21 dan Gambar 3 dapat diketahui bahwa secara umum hotel kelas melati 1 mempunyai persentase paling banyak yaitu sebesar 44,26% dari total hotel sebanyak 119 unit. Hotel kelas ini mengelompok di lingkungan stasiun Balapan dan terminal Tirtonadi. Kelas hotel ini umumnya dimaksudkan agar dapat menjaring penginap yang sedang melakukan perjalanan jauh dan memerlukan tempat bermalam dalam waktu cepat karena kedatangannya ke kota Surakarta hanya dalam rangka singgah sebentar sebelum sampai tujuan sebenarnya. Distribusi hotel yang sama di tempat yang merupakan jalur keluar masuk para pendatang akan memberikan kemudahan bagi para calon penginap yang belum begitu mengenal daerah yang dikunjungi dibandingkan jika hotel hanya diletakkan pada tempat yang dekat dengan pusat kota saja.
Selain hotel kelas melati 1 juga terdapat melati 2 dan melati 3 dengan persentase masing-masing 25,41% dan 14,75%. Hotel dari kedua kelas ini selain mengelompok di lingkungan stasiun Balapan dan terminal Tirtonadi juga tersebar di pusat kegiatan yang ramai dengan aktivitas manusia sebagai contoh hotel yang
Tujuan pemilihan lokasi kedua kelas hotel ini untuk melayani mereka yang singgah sekaligus menikmati keramaian kota dengan harga relatif murah namun fasilitas/pelayanan yang didapat juga tidak terlalu jelek. Para wisatawan umumnya lebih tertarik kepada aspek kemudahan, kenyamanan dan keamanan di tempat yang baru mereka datangi. Mereka cenderung lebih senang menghabiskan waktu di pusat-pusat keramaian jadi dalam memilih tempat menginap juga umumnya mencari yang ada di pusat kota.
Hotel dengan kelas bintang 1, bintang 2, dan bintang 3 mempunyai presentase sama yaitu masing-masing 4,09%. Keberadaannya menempati ruas- ruas jalan besar seperti Jalan Slamet Riyadi, Jalan Dr Rajiman, Jalan Ahmad Yani. Hotel kelas ini umumnya menawarkan pelayanan/fasilitas menengah dengan tarif yang berkelas menengah pula. Para penginap yang sedang bepergian dengan keluarga atau mereka yang melakukan perjalanan bisnis umumnya menjadi pelanggan hotel kelas ini.
Kelas hotel yang mempunyai persentase paling sedikit namun pelayanan/jasa yang ditawarkan berkelas mewah (otomatis dengan tarif yang juga relatif mahal) yaitu hotel bintang 4 dan bintang 5. Hotel dengan kelas ini memang diperuntukkan bagi mereka yang benar-benar mencari kesempurnaan dalam berwisata. Lokasi pendirian hotel kelas ini umumnya memilih di daerah yang dekat dengan luar kota tetapi juga tidak terlalu jauh dari pusat keramaian. Dalam penelitian ini menempati ruas Jalan Slamet Riyadi, Jalan Sugiyopranoto, Jalan Gajahmada, Jalan Ahmad Yani.
Distribusi hotel berdasarkan jenis dan kelasya dapat dilihat pada Peta 4.
c. Distribusi Hotel Menurut Lokasi (Situation)
Pada umumnya hotel terletak pada suatu unit aktivitas baik secara ekonomi atau sosial di daerah tertentu. Distribusi hotel berdasarkan situasinya (lokasi) adalah mengenai sebaran suatu lokasi hotel secara relatif dilihat terhadap wilayah sekitarnya. Sebagai contoh hotel yang berlokasi di Jalan Tirtonadi berarti hotel tersebut termasuk dalam kawasan terminal. Kawasan yang diidentifikasi sebagai situation (lokasi) pada wilayah penelitian terdiri dari kawasan simpul transportasi (stasiun/ terminal), kawasan wisata, kawasan perdagangan dan jasa. Distribusi hotel berdasarkan lokasinya dapat dilihat pada Tabel 22.