Deskripsi Daerah Penelitian

A. Deskripsi Daerah Penelitian

1. Letak, Luas, dan Batas

a. Letak Daerah penelitian adalah Kota Surakarta yang merupakan salah satu kota administrasi yang terdapat di Propinsi Jawa Tengah. Kota Surakarta secara ekonomi terletak pada tiga pusat pertumbuhan kota besar yaitu Kota Semarang, Kota Yogyakarta dan Kota Surabaya. Berdasarkan letak astronomisnya Kota

Surakarta berada antara 7 0 35’ LS sampai 7 0 56’ LS dan 110 0 45’ 15” BT sampai 110 0

b. Luas

45’ 35” BT.

Kota Surakarta mempunyai luas wilayah 4404 Ha atau 44,04 Km 2

Tabel 4. Luas dan Banyaknya Kecamatan, Kelurahan, RW, RT dan Kepala

Keluarga di Kota Surakarta Tahun 2008

yang

terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Terbagi dalam 51 Kelurahan mencakup 592 RW dan 2.644 RT, dengan jumlah KK sebanyak 127.742 KK, untuk jelasnya lihat Tabel 4.

Kecamatan

Luas (Km 2 ) Kelurahan RW

3 Pasar Kliwon

51 592 2.644 127.742 Sumber : Surakarta Dalam Angka 2008 (BPS Kota Surakarta)

Kota Surakarta secara administratif mempunyai batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo. Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar,

dan Kabupaten Boyolali.

Untuk lebih jelasnya mengenai daerah administrasi kota Surakarta dapat dilihat pada Peta 1. Peta ini menampilkan kondisi secara fisiktrasi seperti letak secara astronomis, batas kota, batas kecamatan, batas kelurahan, serta lokasi kantor pemerintah kecamatan, lokasi kantor pemerintahan kelurahan, sungai, jalan, dan lain-lain.

Berdasarkan data sekunder yang dimuat Surakarta Dalam Angka Tahun 2008, diketahui bahwa secara umum penggunaan lahan di Kota Surakarta sebagian besar berupa lahan terbangun. Lahan terbangun tersebut berupa permukiman maupun fasilitas-fasilitas lainnya, seperti fasilitas jasa, perusahaan, dan industri. Sebaliknya keberadaan lahan belum terbangun berupa tanah kosong, tegalan, maupun persawahan sudah terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan non pertanian lebih luas dari pada penggunaan lahan pertanian. Dari penggunaan lahan yang telah disebutkan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu bangunan, sawah, tegalan, lain-lain, seperti dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Penggunaan Lahan (Km 2

No

) Menurut Jenisnya di Kota Surakarta Tahun 2008

Nama Kecamatan

Luas Wilayah

Sawah Tegalan Bangunan

Lain- lain

3 Pasar Kliwon

6,23 Sumber : Surakarta Dalam Angka 2008 (BPS Kota Surakarta)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di Kota Surakarta didominasi oleh bangunan yaitu sekitar 35,33 km 2 dari luas wilayah Kota Surakarta sebesar 44,04 km 2 dan sisanya merupakan penggunaan lahan

untuk sawah, tegalan dan lain-lain. Untuk memperjelas penggunaan lahan kota Surakarta, berikut ini disajikan Peta 2 yang menggambarkan detail kenampakan yang ada dengan skala 1 : 40.000.

a. Hidrologi Air tanah yang mempunyai potensi cukup besar di Kota Surakarta adalah air tanah bebas, yang saat ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan hidup. Ketersediaan air tanah dangkal sebagai sumber air bagi kepentingan penduduk sehari-hari merupakan faktor yang perlu diperhatikan dan merupakan salah satu kriteria kemampuan lahan.

Air tanah dangkal yang mengisi langsung daerah penelitian dan sekitarnya, ketersediaannya sangat bergantung dari kondisi permukaannya, yaitu :

1). Besarnya curah hujan. 2). Bentuk bentanglahan. 3). Jenis dan sifat fisik tanah/batuan. 4). Luas penutup lahan dan vegetasi. Bentuk bentanglahan yang menguntungkan bagi ketersediaan air tanah adalah bentuk dataran atau pada bagian lembah yang cukupluas. Menurut jenis dan sifat fisik tanah/batuan, daerah yang mempunyai potensi air tanah dangkal tinggi adalah pada daerah dengan tanah/batuan yang mempunyai derajat kelulusan tinggi. Sungai alam yang terdapat di Kota Surakarta antara lain : 1). Bengawan solo yaitu sungai alam yang membelah wilayah Kota Surakarta

dengan Kabupaten Karanganyar. Pada saat-saat tertentu,biasanya pada musim penghujan, sungai ini sering meluap ke daerah sekitarnya, bahkan mencapai radius ratusan meter dari induk sungainya.

2). Sungai Anyar yaitu sungai yang berada disebelah utara Kota Surakarta yang mengalir ke induk sungai (Bengawan Solo) 3). Sungai Pepe yaitu sungai yang terletak di bagian tengah Kota Surakarta yang mengalir ke induk sungai (Bengawan Solo) 4). Sungai Jenes yaitu sungai yang berada disebelah selatan Kota Surakarta

yang merupakan perbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo.

Kota Surakarta terletak diantara Gunungapi Merapi dan Gunungapi Lawu sehingga merupakan daerah relative datar. Kota Surakarta bagian utara dan timur merupakan daerah yang berombak sampai bergelombang. Kemiringan lereng Kota Surakarta adalah 0-15 %. Elevasi permukaan tanah tertinggi 108 dan terendah 86 meter di atas permukaan air laut. Kemiringan muka tanah yaitu kurang lebih 0,85 o ke selatan. Kota Surakarta bagian selatan (Kecamatan Serengan dan Kecamatan Pasar Kliwon) secara fisik berelief datar, elevasi permukaan tertinggi 98 dan terendah 86 meter di atas permukaan air laut (pada bagian timur). Kemiringan muka tanah kecil sekali yakni sebesar 0,14 o

Bemmelen (dalam Bappeda Neraca Sumber Daya Alam Spasial Daerah Kotamadya Dati II Surakarta, 1998: II-4) mengklasifikasikan Kota Surakarta dalam Zone Solo yang terbagi menjadi tiga sub-zone, yaitu :

ke arah timur. Bagian terendah berada di bagian tepi barat Bengawan Solo dan merupakan dataran banjir.

1). Di bagian Utara Kota Surakarta terdapat Sub-zone Ngawi. 2). Di bagian Selatan Kota Surakarta terdapat Sub-zone Blitar. 3). Di bagian Timur Kota Surakarta terdapat Sub-Zone Solo Sensustrichto.

Klasifikasi tersebut mengelompokkan Kota Surakarta termasuk dalam zone Solo sensustrichto. Zone ini merupakan depresi sinklinal yang pada bagian utara dibatasi pegunungan Kendeng, sebelah timur dibatasi oleh Gunungapi Lawu dan sebelah barat dibatasi oleh Gunungapi Merapi.

c. Tanah Persebaran tanah yang ada di Kota Surakarta berdasarkan peta tanah dari Bappeda skala 1 : 10.000 dengan sumber macam tanah skala 1 : 250.000 yang disusun oleh Lembaga Penelitian Tanah (LPT) Bogor adalah asosiatif grumosol kelabu tuan dan mediteran coklat kemerahan, alluvial coklat kelabu dan regosol kelabu.

Persebaran untuk asosiasi grumosol kelabu tua dan mediteran coklat kemerahan terdapat di Kota Surakarta bagian utara. Bahan induk tanah ini adalah vulkan intermediate. Tanah alluvial coklat kelabu terdapat disepanjang Bengawan Solo. Bahan induk tanah ini adalah endapan vulkan. Tanah regosol kelabu Persebaran untuk asosiasi grumosol kelabu tua dan mediteran coklat kemerahan terdapat di Kota Surakarta bagian utara. Bahan induk tanah ini adalah vulkan intermediate. Tanah alluvial coklat kelabu terdapat disepanjang Bengawan Solo. Bahan induk tanah ini adalah endapan vulkan. Tanah regosol kelabu

d. Iklim Iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata daerah yang cukup luas serta berlangsung dalam waktu yang relatif lama minimal 10 tahun dan maksimal 30 tahun. Iklim suatu tempat terbentuk dari berbagai unsur seperti tekanan udara, kelembaban udara, curah hujan, penguapan, tingkat keawanan dan radiasi. Perbedaan iklim di berbagai tempat pada dasarnya disebabkan oleh perbedaan dalam faktor letak, jarak, ketinggian tempat, keadaan morfologi, jenis tanah serta vegetasi penutup lahan. Curah hujan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menentukan iklim suatu daerah. Berkaitan dengan hal tersebut untuk menentukan tipe curah hujan daerah penelitian digunakan dasar teori dari Schmidt & Ferguson. Dalam perhitungannya dapat digunakan formula sebagai berikut : Q = nilai rata-rata bulan kering / nilai rata-rata bulan basah x 100%

Q = Quontient

Keterangan :

Bulan kering = bulan yang rata-rata curah hujannya kurang dari 60 mm. Bulan basah = bulan yang rata-rata curah hujannya lebih dari 100 mm. Bulan lembab = bulan yang rata-rata curah hujannya antara 60-100 mm.

Berdasarkan nilai Q yang diperoleh menurut Schmidt & Ferguson digolongkan tipe curah hujan menjadi delapan tipe seperti dapat dilihat dibawah ini.

Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt & Ferguson

No Tipe Curah Hujan

Sifat Curah Hujan

Nilai Q (%)

1 A Sangat basah

2 B Basah

3 C Agak basah

4 D Sedang

6 F Kering

7 G Sangat kering

8 H Luar biasa kering

Untuk mengetahui tipe iklim dan curah hujan daerah penelitian dapat dilihat dari data curah hujan selama 10 tahun terakhir di Kota Surakarta yang diperoleh dari Dinas Pertanian setempat. Dengan mengacu dari klasifikasi tipe curah hujan menurut Schmidt & Ferguson yang menggunakan rasio yaitu perbandingan antara angka rata-rata bulan kering dan bulan basah sebagai dasar klasifikasinya, maka curah hujan di Kota Surakarta dapat diketahui pada Tabel 6.

Tabel 6. Besarnya Curah Hujan di Kota Surakarta Tahun 1999-2008

No. Bulan

Curah Hujan (mm)

Jumlah

Rata- rata 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 (mm)

22408 2240.8 Bulan Basah

7 9 9 5 8 7 6 8 6 7 72 7.2 Bulan Kering

Berdasarkan nilai Q di atas, maka keadaan curah hujan di Kota Surakarta menurut Schmidt & Ferguson adalah Tipe C yang sifatnya agak basah dan mempunyai syarat nilai Q antara 33,3% sampai dengan 60,0%. Tipe curah hujan menurut Schmidt & Ferguson dapat dilihat pada Gambar 2.

Nilai Rata-rata Bulan Basah

(3,6. 7,2)

Gambar 2. Tipe Curah Hujan Menurut Schmidt-Ferguson

3. Kondisi Sosial

Untuk memberikan gambaran umum mengenai kondisi sosial di Kota Surakarta, berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah dan persebaran penduduk, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk.

Nilai Q

Menurut data yang dimuat Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 jumlah penduduk di Kota Surakarta adalah sebesar 561.464 jiwa, terdiri dari 276.900 jiwa penduduk laki-laki dan 284.564 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di 5 kecamatan yaitu Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah dan Persebaran Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2008

No Nama Kecamatan

Luas Wilayah

(Km 2

Jumlah Penduduk (jiwa)

3 Pasar kliwon

561.464 Sumber : Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 (BPS Kota Surakarta)

Dari Tabel 7 di atas ditunjukkan bahwa Kecamatan Banjarsari mempunyai jumlah penduduk terbesar yaitu 161.490 jiwa atau 28,73%, sedangkan yang mempunyai jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Serengan yaitu sebesar 62.019 jiwa atau 11,21% sebab luas wilayahnya juga paling kecil.

b. Kepadatan Penduduk Untuk mengetahui kepadatan penduduk pada suatu wilayah dapat dilakukan dengan cara membandingkan jumlah penduduk dengan luas daerah yang ditempati, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk = -------------------------

Luas Wilayah

Jebres sebagai berikut :

Kepadatan penduduk =

= 12.748 Jiwa/Km

Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8 tentang komposisi penduduk dan tingkat kepadatan tiap Kecamatan.

Tabel 8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2008

No Nama Kecamatan

Luas Wilayah

(Km 2

Jumlah Penduduk ) (jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 )

3 Pasar kliwon

72.572 Sumber : Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 (BPS Kota Surakarta)

Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2008 sebesar 561.464 jiwa, sedangkan jumlah tingkat kepadatan penduduk di Kota Surakarta sebesar 72.572

jiwa/km 2 . Jumlah kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Serengan yaitu sebanyak 19.748 jiwa/km 2

Mantra (1985: 35) mengklasifikasikan kepadatan penduduk aritmatik pada suatu daerah pada Tabel 9 .

, sedangkan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu 10.902 jiwa/km².

No Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 )

Keterangan

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Tinggi Sekali

Berdasarkan rumus dan perhitungan kepadatan penduduk di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Jebres termasuk dalam kriteria kepadatan penduduk kelompok 6 atau tinggi sekali dengan kepadatan penduduk yaitu >3000 jiwa/km².

c. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama. Komposisi-komposisi penduduk dapat menentukan kualitas penduduk dari segi kehidupannya dan dari segi sosial seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan. Komposisi penduduk dalam penelitian ini yang berkaitan atau ada relevansi dengan judul penelitian ini adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, menurut tingkat pendidikan dan menurut mata pencaharian.

1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah variabel yang penting dalam sebuah kependudukan. Karena dengan diketahuinya komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk mengetahui pertambahan penduduk, perpindahan penduduk dan dapat digunakan sebagai petunjuk atau dasar untuk menyusun beberapa kebijakan pemerintah yang dalam hal ini berkaitan dengan masalah pendidikan, penyusunan kebijakan penduduk seperti masalah keluarga berencana dan masalah ketenagakerjaan. Selain itu dengan mengetahui komposisi 1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah variabel yang penting dalam sebuah kependudukan. Karena dengan diketahuinya komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk mengetahui pertambahan penduduk, perpindahan penduduk dan dapat digunakan sebagai petunjuk atau dasar untuk menyusun beberapa kebijakan pemerintah yang dalam hal ini berkaitan dengan masalah pendidikan, penyusunan kebijakan penduduk seperti masalah keluarga berencana dan masalah ketenagakerjaan. Selain itu dengan mengetahui komposisi

Untuk mengetahui secara rinci komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kota Surakarta pada Tabel 10 .

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2008. Kelompok Umur (Tahun)

Sumber: Surakarta Dalam Angka 2008

Dari Tabel 10 diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kota Srakarta menurut umur adalah kelompok umur 0-4 tahun yaitu sebesar 26850 jiwa (19%) dan terendah adalah kelompok umur > 60 tahun yaitu sebesar 6882 jiwa (4,9%).

Jika dilihat dari jenis kelamin maka jumlah penduduk antara golongan laki-laki dan perempuan rata-rata hampir sama. Meskipun jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.

No Jenis Kelamin

Jumlah

Jiwa

Laki-laki Perempuan

Sumber: Surakarta Dalam Angka 2008

Berdasarkan Tabel 11, maka dapat diketahui bahwa penduduk di Kota Surakarta adalah laki-laki dan perempuan, penduduk perempuan yaitu sebesar 311032 (50,68%), sedangkan penduduk laki-laki sebesar 250432 (49,29%). Data tersebut dapat diketahui pada besarnya jenis kelamin atau Sex Ratio (SR) yaitu perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Perhitungan Sex Ratio dirumuskan sebagai berikut:

Sex Ratio (SR) = Keterangan :

SR = Rasio Jenis Kelamin

a = Jumlah Penduduk Laki-laki

b = Jumlah Penduduk Perempuan Dengan rumus di atas dapat dihitung besarnya rasio jenis kelamin penduduk di Kota Surakarta sebagai berikut :

Sex Ratio (SR) = 250432

Dari hasil perbandingan di atas, maka dapat diperoleh bahwa Sex Ratio

80 ini berarti bahwa untuk setiap 80 penduduk laki-laki sebanding dengan 100 penduduk perempuan. Apabila angka tersebut jauh di bawah 100, dapat menimbulkan masalah karena ini berarti di daerah tersebut kekurangan penduduk laki-laki, akibatnya antara lain kekurangan tenaga laki-laki untuk melaksanakan pembangunan.

berikut akan disajikan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kota Surakarta menurut kelompok umur tahun 2008 dalam Tabel 12.

Tabel 12. Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kota Surakarta Tahun 2008

Kelompok Umur

Penduduk Perempuan

(Jiwa)

Rasio Jenis

Sumber: Surakarta Dalam Angka 2008

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki, sehingga secara total SR (Sex Ratio) lebih kecil dari 100.

2) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah juga dapat dijadikan dasar untuk mengetahui potensi suatu daerah tentang sumberdaya manusianya. Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik itu pembangunan manusia itu sendiri maupun pembangunan ekonomi.

Pendidikan atau pembangunan diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia. Dengan mengetahui tingkat pendidikan penduduk suatu masyarakat, dapat diketahui masalah sosial apa yang harus dipecahkan serta aspek kehidupan apa yang harus dikembangkan.

pengelompokan penduduk berdasarkan pendidikannya, baik mereka yang belum sekolah maupun yang sudah lulus perguruan tinggi.

Komposisi penduduk menurut pendidikan digunakan untuk mengetahui tingkat kesadaran penduduk terhadap dunia pendidikan.

Pendidikan sangat penting karena dapat berpengaruh terhadap perkembangan diri seseorang, dengan pendidikan dapat mendewasakan seseorang karena dengan adanya pendidikan maka secara langsung akan menghadapi banyak permasalahan baik di lingkungan maupun masalah yang diberikan oleh pendidik.

Suatu komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan juga dapat memberikan gambaran tentang tingkat pendidikan di suatu daerah, tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah dapat mencerminkan status sosial masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat maka secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir dalam kehidupan bermasyarakat. Tingkat pendidikan juga berhubungan dengan pemilihan jenis aktivitas di luar sektor pertanian.

Berikut ini disajikan data komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Jebres.

Surakarta Tahun 2008 No Tingkat Pendidikan

Jumlah Orang

Tamat Akademi / PT Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah

Sumber: Surakarta Dalam Angka tahun 2008

3) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Komposisi penduduk menurut mata pencaharian adalah pengelompokan penduduk berdasarkan mata pencaharian. Komposisi ini digunakan untuk melihat dan menggambarkan struktur daerah secara umum dan lebih lanjut dapat pula menggambarkan potensi dan sumberdaya penduduk yang ada pada suatu daerah.

Di dalamnya juga memperlihatkan jenis pekerjaan yang ada di suatu daerah beserta jumlahnya. Dengan mengetahui mata pencaharian penduduk daerah tertentu akan dapat diketahui potensi yang ada di daerah tersebut. Banyak hal mengenai kehidupan sosial suatu negara/masyarakat dapat dijabarkan jika diketahui komposisi lapangan pekerjaan dari angkatan kerjanya, komposisi jenis pekerjaannya, dan fakta-fakta lain mengenai angkatan kerja.

Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa. Di Kota Surakarta jenis pekerjaan diklasifikasikan menjadi 10 pekerjaan. Jenis pekerjaan yang dimaksud

Bangunan, Pedagang, Angkutan, PNS/POLRI/TNI, Pensiunan dan lain- lain. Lain-lain pada klasifikasi mata pencaharian di Kota Surakarta maksudnya jenis pekerjaan yang belum tercakup di dalam jenis pekerjaan yang telah disebutkan.

Kondisi demikian menunjukkan bahwa Kota Surakarta mempunyai banyak potensi yang dapat dikembangkan, ini terbukti dari berbagai jenis pekerjaan ditekuni oleh penduduk setempat yang tersebar di lima kecamatan. Jumlah total penduduk yang telah termasuk dalam angkatan kerja di Kota Surakarta sebesar 434.759 jiwa. Mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada Tabel 14.

pencaharian penduduk Kota Surakarta buruh industri merupakan jenis pekerjaan yang paling banyak ditekuni yaitu sekitar 75.667 pekerja yang tersebar di 5 kecamatan, sedangkan pekerjaan yang paling sedikit adalah buruh tani dan petani. Kondisi ini disebabkan oleh semakin sedikitnya lahan pertanian yang ada telah beralih fungsi menjadi permukiman atau fasilitas lain yang berupa gedung-gedung megah. Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon tidak terdapat penduduk yang bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani sendiri atau buruh tani, sebagian besar penduduk yang bermatapencaharian sebagai petani baik sendiri atau buruh tani berada di Kecamatan Banjarsari sebesar 775 jiwa.

Jumlah pengusaha yang ada di Kota Surakarta sebanyak 8.218 jiwa, paling banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu sebesar 2.758 jiwa sedangkan paling sedikit terdapat di Kecamatan Laweyan sebesar 666 jiwa dan selebihnya terdapat di kecamatan lain. Buruh industri paling banyak berasal dari Kecamatan Banjarsari sebesar 23.587 jiwa, berikutnya Kecamatan Laweyan sebesar 19.157 jiwa dan Kecamatan Jebres sebesar 17.567 jiwa dan selebihnya berasal dari Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon. Buruh bangunan jumlah paling banyak berasal dari Kecamatan Banjarsari sebesar 18.536 jiwa dan paling sedikit berasal dari Kecamatan Serengan sebesar 5.248 jiwa.

Jenis pekerjaan pedagang komposisinya hampir merata di tiap kecamatan. Jumlah paling banyak terdapat di Kecamatan Banjarsari karena dari jumlah pedagang yang ada di Kota Surakarta sebesar 11.520 jiwa berasal dari kecamatan ini. Kondisi tersebut tidak jauh berbeda pada sektor pengangkutan sebesar 27.891 jiwa berasal dari Kecamatan Banjarsari dan selebihnya berasal dari kecamatan lain.

4. Kondisi Ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta yang disajikan secara serius memberikan gambaran kinerja ekonomi makro dari waktu ke waktu sehingga arah perekonomian regional akan lebih jelas. Kota Surakarta dalam era otonomi didukung dengan situasi yang relatif kondusif, secara makro perekonomian meningkat sebesar 5,43% pada tahun 2008 lebih besar dibanding Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta yang disajikan secara serius memberikan gambaran kinerja ekonomi makro dari waktu ke waktu sehingga arah perekonomian regional akan lebih jelas. Kota Surakarta dalam era otonomi didukung dengan situasi yang relatif kondusif, secara makro perekonomian meningkat sebesar 5,43% pada tahun 2008 lebih besar dibanding

Tabel 15. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Serta Perkembangannya di Kota Surakarta Tahun 2003-2008

Tahun

PDRB atas dasar harga berlaku

PDRB atas dasar harga konstan

Jumlah (Juta

Rupiah)

Perkembangan

Jumlah (Juta

136,02 Sumber : PDRB Kota Surakarta 2008

Pada tahun 1998 terjadi puncak krisis ekonomi, hampir semua sektor mengalami laju pertumbuhan negatif, kemudian tahun 1999 ditandai dengan mulai membaiknya perekonomian seluruh sektor ekonomi berhasil bangkit dengan laju pertumbuhan positif. Tahun 2006 sampai 2008 seluruh sektor ekonomi sudah menunjukkan pertumbuhan ke arah positif. Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi di kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 16.

3,34 -0,21 3 Industri

Listrik, gas & air

Perdagangan, hotel & restoran

Pengankutan dan komunikasi

Keuangan, persewaan & jasa perusahaan

5,15 5,43 Sumber : PDRB Kota Surakarta 2008

Berdasarkan Tabel 16 sektor listrik, gas dan air bersih mengalami pertumbuhan yang paling besar dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya yaitu sebesar 9,25%. Sektor penggalian merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah yaitu sebesar -0,21%. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sektor industri pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kota Surakarta. Hal ini ditandai dengan sumbangannya terhadap total PDRB kota Surakarta yaitu 25,11% paling tinggi dibanding sektor lain. Selanjutnya yang memberikan sumbangan terbesar setelah sektor industri pengolahan adalah sektor perdagangan, hotel & restoran dan sektor bangunan pada tahun 2008 msng- masing memberikan sumbangan sebesar 24,35% dan 13,07%. Pertambangan (penggalian) dan pertanian merupakan sektor yang memberikan sumbangan Berdasarkan Tabel 16 sektor listrik, gas dan air bersih mengalami pertumbuhan yang paling besar dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya yaitu sebesar 9,25%. Sektor penggalian merupakan sektor dengan pertumbuhan terendah yaitu sebesar -0,21%. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sektor industri pengolahan masih merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Kota Surakarta. Hal ini ditandai dengan sumbangannya terhadap total PDRB kota Surakarta yaitu 25,11% paling tinggi dibanding sektor lain. Selanjutnya yang memberikan sumbangan terbesar setelah sektor industri pengolahan adalah sektor perdagangan, hotel & restoran dan sektor bangunan pada tahun 2008 msng- masing memberikan sumbangan sebesar 24,35% dan 13,07%. Pertambangan (penggalian) dan pertanian merupakan sektor yang memberikan sumbangan

Tabel 17. Struktur Ekonomi Surakarta Tahun 2003-2008 Atas Dasar Harga Berlaku(Persen)

26,42 25,11 4 Listrik, gas & air

hotel & restoran

Pengangkutan & komunikasi

Sumber : PDRB Kota Surakarta 2008 Secara umum pendapatan perkapita Kota Surakarta meskipun belum mencerminkan tingkat pemerataan pendapatan perkapita dapat dijadikan salah satu indikator guna melihat keberhasilan pembangunan perekonomian di suatu wilayah. Perkembangan pendapatan perkapita di Kota Surakarta atas dasar harga berlaku menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 pendapatan perkapita masih mencapai angka Rp 5.336.870,05 tahun 2008 sudah menjadi Rp 10.635.848,61 atau naik sebesar 99,29%. Demikian juga pendapatan perkapita atas dasar harga konstan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir selalu mengalami peningkatan meskipun peningkatannya tidak sebesar harga berlaku.

2002 - 2008

Tahun

Pendapatan Per Kapita (Rp)

Pertumbuhan Harga Berlaku

Harga Konstan

Harga Berlaku

Harga Konstan 2000

9,74 Sumber : PDRB Kota Surakarta 2008