Distribusi Hotel Ditinjau Dari Status Jalan di Kota Surakarta
Tabel 24. Distribusi Hotel Ditinjau Dari Status Jalan di Kota Surakarta
Tahun 2008
No
Aksesibilitas Berdasarkan
Status Jalan
Jumlah
Buah
1 Jalan Arteri
2 Jalan Kolektor
3 Jalan Lokal
38 31,9 Jumlah
100,00 Sumber : Analisis Data Primer 2008
STATUS JALAN
Jalan Arteri
Jalan kolektor
Jalan lokal
Gambar 5.Grafik Distribusi Hotel Ditinjau Dari Segi Status Jalan di Kota Surakarta Tahun 2008
Dari Tabel 24 distribusi hotel berdasarkan aksesibilitas dan analisis peta jaringan jalan daerah penelitian diketahui bahwa bangunan hotel sebesar 49,6% Dari Tabel 24 distribusi hotel berdasarkan aksesibilitas dan analisis peta jaringan jalan daerah penelitian diketahui bahwa bangunan hotel sebesar 49,6%
Distribusi hotel disepanjang jalan kolektor ditujukan untuk menjangkau mereka yang biasanya lebih menyukai suasana tenang sehingga lebih memilih hotel yang agak menjauhi pusat kota dan sedang melakukan perjalanan di sekitar Kota Surakarta, selain itu keadaan jalan juga cenderung tidak terlalu padat. Distribusi hotel dijalan kolektor lebih besar dibandingkan dengan distribusinya di jalan arteri karena fasilitas perdagangan dan jasa relatif banyak disepanjang jalan kolektor di Kota Surakarta.
Distribusi hotel di jalan arteri yaitu jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna jumlahnya paling sedikit sebesar 18,5%. Hotel yang terletak di sepanjang jalan arteri selain dimanfaatkan oleh mereka yang memang mempunyai kepentingan untuk mengunjungi Kota Surakarta juga tidak menutup kemungkinan digunakan oleh para pengguna jalan berasal dari luar kota yang melakukan perjalanan jauh (musim liburan) kebetulan melewati Kota Surakarta. Kebanyakan dari pengguna jasa hotel lebih cenderung memanfaatkan jasa hotel daripada jasa akomodasi lainnya dikarenakan lebih merasakan kenyamanan maupun keamanan.
Penempatan lokasi hotel dikawasan jalan arteri sangat membantu sekali bagi para pengguna yang tidak tahu tentang daerah setempat karena biasanya lokasi hotel letaknya dipinggir jalan dalam wilayah pusat kota. Hal ini akan sangat memudahkan mereka yang baru pertama kali berkunjung ke Kota Surakarta.
angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi) jumlahnya sedang yaitu sebesar 31,9%. Distribusinya paling banyak terdapat sekitar Satasiun Balapan yaitu sepanjang Jalan Kestalan,dan sekitar Terminal Tirtonadi yaitu di Jalan Merak, Jalan Cinderejo, Jalan Margorejo, jalan Tirtonadi. Di jalan tersebut sangat ramai dilewati oleh kendaraan baik roda 2 atau roda empat. Karena lokasi simpul transportasi merupakan lokasi yang potensial dalam pemanfaatan hotel untuk menjangkau mereka yang lebih menyukai jasa angkutan umum dibanding dengan angkutan pribadi, oleh karena itu penempatan lokasi hotel di kawasan ini sangat cocok (strategis) ditinjau dari segi aksesibilitasnya (tingkat kemudahan dalam pencapaian lokasi hotel).
Pada umumnya aksesibilitas yang tinggi identik dengan mobilitas tinggi pula. Kondisi demikian mendorong perkembangan suatu daerah kearah kemajuan yang cukup pesat. Lokasi di pinggir jalan yang mempunyai akses tinggi merupakan tempat strategis penempatan lokasi hotel. Karena lokasinya di pinggir jalan memberikan kemudahan bagi para pengguna jasa untuk mengenali dan memanfaatkan hotel, sehingga dimungkinkan jumlah pengguna jasa hotel dalam periode waktu tertentu akan terus meningkat dan optimalisasi pemanfaatannya juga dapat tercapai. Pendirian bangunan hotel dilokasi terbuka dan akses mudah akan lebih sering dikunjungi oleh penginap dibandingkan dengan lokasi hotel yang berada di dalam komplek pinggiran permukiman. Sebagai contoh lokasi hotel yang terletak dipinggir Jalan Slamet Riyadi banyak sekali dikunjungi oleh penginap dari berbagai latar belakang, berbeda dengan lokasi hotel di sekitar Stasiun Balapan dan Terminal Tirtonadi yang hanya dimanfaatkan oleh sebagian besar mereka yang berasal dari satu jenis pekerjaan (supir,sales)dari luar Kota Surakarta akan tetapi tidak menutup kemungkinan masyarakat umum yang menggunakan hotel tersebut.
Di wilayah penelitian hotel banyak sekali terdapat di daerah simpul transportasi. Lokasi-lokasi tersebut sangat mudah dijangkau oleh para pengguna jasa hotel dan dirasa cukup aman dan nyaman bagi sebagian besar kalangan Di wilayah penelitian hotel banyak sekali terdapat di daerah simpul transportasi. Lokasi-lokasi tersebut sangat mudah dijangkau oleh para pengguna jasa hotel dan dirasa cukup aman dan nyaman bagi sebagian besar kalangan
b. Agihan Kelas Harga Lahan Harga lahan merupakan suatu pengukuran atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal dalam satuan mata uang untuk satuan luas pada pasar lahan. Harga lahan berbeda antara lokasi satu dengan lainnya tergantung faktor kelengkapan fasilitas yang tersedia dan kemudahan jangkauan. Harga lahan di kota tentu jauh lebih tinggi daripada di pinggiran kota. Harga lahan akan menurun seiring dengan bertambahnya jarak dari pusat kota. Kemudian wilayah tanpa sarana transportasi akan memiliki harga lahan yang rendah.
Menurut data yang diperoleh dari http://asaki.or.id (Sumber : Survei Properti Indonesia, C-21 Joglosemar dan Ray White Solo ) di daerah penelitian harga lahan bervariasi dari yang murah hingga mahal. Untuk lahan harga murah biasanya lokasinya jauh dari pusat kota, lahan pertanian non produktif. Kendati berada di daerah pinggiran, ada beberapa lokasi yang mempunyai harga lahan di atas Rp. 1.000.000,-, tepatnya di pinggir jalan kolektor terutama sisi Jalan Adi Sucipto. Harga tanah di Jalan Adi Sucipto di km 1 hingga km 5 semeter perseginya mencapai Rp 2.000.000,- (Kecamatan Banjarsari). Adapun km 5 hingga km 9 harganya turun sedikit menjadi Rp 1.500.000,- per m 2
Berdasar data yang didapat
(Kecamatan Laweyan).
http://asaki.or.id (Sumber : Survei Properti Indonesia, C-21 Joglosemar dan Ray White Solo ) terlihat bahwa agihan kelas harga lahan di Kota Surakarta dibagi menjadi 4 kelas, yaitu :
a. Kelas 1 (sangat tinggi) : harga lahan Rp. 1.000.000,- – Rp. 1.5000.000,-
per m 2
b. Kelas 2 (tinggi) : harga lahan Rp. 500.000,- – Rp. 1.000.000,- per m 2
c. Kelas 3 (sedang): harga lahan Rp. 250.000,- – Rp. 500.000,- per m 2
d. Kelas 4 (rendah): harga lahan Rp. 50.000,- – Rp. 250.000,- per m 2 d. Kelas 4 (rendah): harga lahan Rp. 50.000,- – Rp. 250.000,- per m 2
Sebaran distribusi hotel akan menurun seiring menurunnya kelas lahan, perkecualian untuk kelas lahan 1, dimana orientasi penggunaan lahannya adalah lahan kegiatan komersial. Untuk kelas harga lahan 4 dimana penggunaan lahannya adalah lahan pertanian, hanya ditempati oleh 15% komplek hotel. Hal itu dapat disebabkan oleh sulitnya ijin dalam pembebasan lahan pertanian, letaknya yang jauh dari keramaian dan fasilitas. Lokasi tersebut mempunyai aksesibilitas yang kurang baik. Dengan demikian sebaran hotelnya sedikit jumlahnya.
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pola sebaran hotel juga ikut ditentukan oleh agihan kelas harga lahan.
4. Karakteristik Penginap Hotel
Data karakteristik ini diperoleh dari responden yang telah ditentukan sebelumnya. Responden yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah penginap hotel yang ada di Kota Surakarta. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dari responden adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan usia.
Untuk selengkapnya mengenai data dari responden dapat dilihat pada tabel hasil wawancara pada lembar lampiran. Penjelasan lebih lanjut mengenai variabel penginap hotel adalah sebagai berikut :