Karakteristik Pedagang
B. Karakteristik Pedagang
1. Umur Pedagang
Umur merupakan salah satu unsur demografi yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai pengukur motivasi seseorang dalam suatu hal. Seseorang yang berumur produktif lebih cenderung memiliki motivasi lebih tinggi dalam bekerja. Seseorang yang telah berumur produktif tapi belum berkeluarga memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja sebagai persiapan untuk berkeluarga. Bagi seseorang yang sudah berumur produktif dan sudah berkeluarga memiliki motivasi tinggi Umur merupakan salah satu unsur demografi yang sangat penting karena dapat digunakan sebagai pengukur motivasi seseorang dalam suatu hal. Seseorang yang berumur produktif lebih cenderung memiliki motivasi lebih tinggi dalam bekerja. Seseorang yang telah berumur produktif tapi belum berkeluarga memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja sebagai persiapan untuk berkeluarga. Bagi seseorang yang sudah berumur produktif dan sudah berkeluarga memiliki motivasi tinggi
Tabel 4.7 Pedagang yang Bekerja Pada Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Menurut Umur (dalam Orang)
No
Umur (Tahun)
Sumber: Data primer, diolah, 2012 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa di daerah penelitian usia
pedagang paling tua adalah 71 tahun dan yang paling muda adalah 28 tahun. Dari tabel di atas dapat pula diketahui bahwa usia pedagang
didominasi antara
tahun yaitu sebesar 21,11% atau sebanyak 19 pedagang. Sedangkan untuk proposi di bawahnya yaitu sebesar 18,89% atau sebanyak 17 pedagang adalah pedagang dengan usia antara 48 -- <
54 tahun. Berdasarkan keadaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pedagang di daerah penlitian didominasi oleh pedagang dengan usia antara tahun. Hal tersebut dikarenakan pedagang di daerah penelitian melakukan usaha berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan dapat disimpulkan bahwa 100% pedagang di daerah penelitian sudah memenuhi batas minimum usia kerja yaitu lebih dari atau sama dengan 20
2. Jenis Kelamin dan Status Perkawinan Pedagang
Jenis kelamin dan status perkawinan dapat menjadi salah satu indikator apakah pekerjaan yang mereka tekuni sekarang merupakan jenis usaha pokok ataupun sampingan. Berikut tabel yang menggambarkan sejumlah responden di daerah penelitian berdasar jenis kelamin dan status perkawinan:
Tabel 4.8 Pedagang yang Bekerja Pada Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan (dalam Orang)
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Berdasar tabel 4.8 dapat diketahui bahwa proporsi pedagang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Pedagang laki-laki berjumlah 65 orang sedangkan pedagang berjenis kelamin wanita berjumlah 25 orang dengan persentase pedagang yang sudah menikah mencapai 81%, pedagang dengan status janda 13%, dan sisanya pedagang dengan status belum menikah 1% serta status duda 4%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden di daerah penelitian melakukan aktivitas berdagang sebagai
No
Status
Jenis Kelamin
1 Belum Kawin
2 Sudah Kawin
3 Duda
4 janda
Jumlah
3. Tingkat Pendidikan Pedagang
Tingkat pendidikan dapat menggambarkan seberapa besar tingkat kemajuan penduduk suatu daerah. Pendidikan merupakan salah satu jalan di mana seseorang memiliki pengetahuan sehingga dapat lebih produktif dan inovatif serta menjadi indikator kualitas sumber daya manusia. Berikut tabel yang mengambarkan tingkat pendidikan pedagang di daerah penelitian:
Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian (dalam Orang)
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa sebanyak
45 pedagang dari 90 pedagang sudah memenuhi program wajib belajar 9 tahun. Tingkat pencapaian pendidikan formal tertinggi berada pada tingkat pendidikan SMA dengan persentase sebesar 35,56% atau sebanyak 32 pedagang dari total keseluruhan 90 pedagang. Pendidikan formal tingkat
SMP menduduki peringkat kedua setelah SMA dengan persentase 32,22%
No
Tingkat pendidikan Frekuensi Persentase %
1 TIDAK SEKOLAH
2 SD
3 SMP
4 SMA
5 DIPLOMA
6 STRATA
Jumlah
pendidikan SD yaitu 12 pedagang dengan persentase 13,33%, Tingkat pendidikan Diploma yaitu 10 pedagang dengan persentase 11,11%, sedangkan pedagang dengan tingkat pendidikan akhir setara Strata (baik Strata 1 maupun Strata 2) berjumlah 5 pedagang dari total 90 pedagang dengan persentase 5,56%.
4. Modal Usaha
Modal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah modal usaha berupa modal lancar dalam pendirian usaha awal. Berikut tabel mengenai tingkatan modal usaha pedagang.
Tabel 4.10 Tingkat Permodalan Pedagang yang Bekerja di Sektor
Perdagangan di Daerah Penelitian
No
Besar Modal (Rp)
Frekuensi Persentase ( %)
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden di daerah penelitian didominasi oleh pedagang dengan tingkat modal antara 1.000.000 -- < 6.500.000 yaitu sebesar 41,11% atau sebanyak 37 pedagang. Disusul dengan tingkat modal antara 6.500.000 -- < 13.000.000 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden di daerah penelitian didominasi oleh pedagang dengan tingkat modal antara 1.000.000 -- < 6.500.000 yaitu sebesar 41,11% atau sebanyak 37 pedagang. Disusul dengan tingkat modal antara 6.500.000 -- < 13.000.000
pedagang. Tingkat modal antara 19.500.000 -- < 26.000.000 yaitu sebesar 7,78% atau sebanyak 7 pedagang. Tingkat modal antara 26.000.000 -- < 32.500.000 yaitu sebesar 3,33% atau sebanyak 3 pedagang. Tingkat modal antara 32.500.000 -- < 39.000.000 yaitu sebesar 1,11% atau sebanyak 1 pedagang. Pada umumnya modal yang dipergunakan oleh pedagang dalam menjalankan usahanya sangat bervariasi. Modal yang digunakan mulai dari yang terkecil sebesar 1.000.000 sampai dengan yang paling besar., yaitu sebesar 50.000.000.
5. Tingkat Keuntungan Pedagang
Tabel 4.11 Tingkat Keuntungan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Sebelum Revitalisasi dalam Rupiah (Tiap Bulan)
Sumber: Data primer, diolah, 2012
No
Besar Keuntungan (Rp) Frekuensi Persentase ( %)
2 1.000.000 -- < 1.500.000
3 1.500.000 --< 2.000.000
4 2.000.000 -- < 2.500.000
5 2.500.000 -- < 3.000.000
6 3.000.000 -- < 3.500.000
7 3.500.000 --< 4.000.000
8 4.000.000 --< 4.500.000
9 4.500.000 --< 5.000.000
Jumlah
Merujuk pada tabel di atas, keuntungan pedagang sebelum adanya revitalisasi terbesar berada pada kisaran Rp.1.500.000 -- <
2.000.000/bulan yaitu sebesar 23,33% dengan jumlah responden sebanyak
21 pedagang. Dan keuntungan pedagang pada kisaran keuntungan Rp. 500.000 --< 1.000.000 yaitu sebesar 23,33% dengan jumlah responden sebanyak 21 pedagang. Kemudian keuntungan pedagang berada pada kisaran keuntungan Rp. 1.000.000 -- < 1.500.000 yaitu sebesar 21,11% dengan jumlah responden sebanyak 19 pedagang. Sedangkan pada kisaran keuntungan Rp. 1,11% dari total keseluruhan keuntungan atau sebanyak 1 pedagang.
Tabel 4.12 Tingkat Keuntungan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Setelah Revitalisasi dalam Rupiah (Tiap Bulan)
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Merujuk pada tabel di atas, keuntungan pedagang setelah
No
Besar Keuntungan (Rp) Frekuensi Persentase ( %)
2 1.000.000 -- < 1.500.000
3 1.500.000 --< 2.000.000
4 2.000.000 -- < 2.500.000
5 2.500.000 -- < 3.000.000
6 3.000.000 -- < 3.500.000
7 3.500.000 --< 4.000.000
8 4.000.000 --< 4.500.000
9 4.500.000 --< 5.000.000
Jumlah
2.000.000/bulan yaitu sebesar 18,89% dengan jumlah responden masing- masing sebanyak 17 pedagang. Keuntungan pedagang terbesar selanjutnya
berada pada kisaran keuntungan Rp. 2.500.000 -- < 3.000.000, Rp.500.000 < 1.000.000 dan Rp.1.000.000 -- < 1.500.000 yaitu sebesar 17,78% dengan jumlah responden sebanyak 16 pedagang. Kemudian keuntungan pedagang berada pada kisaran keuntungan Rp. 2.000.000 -- < 2.500.000 yaitu sebesar 13,33% dengan jumlah responden masing-masing sebanyak
12 pedagang. Sedangkan pada kisaran keuntungan Rp. memiliki persentase terkecil yaitu sebesar 3,33% dari total keseluruhan keuntungan atau sebanyak 3 pedagang.
6. Jenis Barang yang Diperdagangkan
Tabel 4.13 Jenis Barang yang Diperdagangkan Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Jenis barang yang diperdagangkan oleh responden di daerah penelitian didominasi oleh antik sebanyak 48 pedagang dengan persentase sebesar 53,33% atau separuh dari total keseluruhan responden. Jenis barang berupa onderdil kendaraan memiliki persentase sebesar 27,78% atau sebanyak 25 pedagang, jenis barang berupa alat pertukangan berada
No.
Jenis Barang
Jumlah Persentase (%)
1 Antik
2 Onderdil Kendaraan
3 Alat Petukangan
4 Makanan
Jumlah
sebesar 2,22% atau sebanyak 2 pedagang.
7. Lokasi Kios Pedagang
Tabel 4.14 Lokasi Kios Pedagang yang Bekerja di Sektor Perdagangan di Daerah Penelitian Setelah Revitalisasi
No.
Lokasi Kios
Jumlah Persentase (%)
1 Lantai Atas
2 Lantai Bawah
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Sebelum adanya revitalisasi, kios pedagang tersebar secara acak di sejumlah bagian di daerah penelitian. Setelah adanya revitalisasi lokasi kios yang pada awal mulanya tersebar ditata dan ditempatkan pada bagian lantai dasar/bawah dan bagian atas.
Lokasi kios yang berada di lantai atas berjumlah 32 kios atau memiliki persentase sebesar 35,56% dengan aneka barang yang diperdagangkan. Lokasi kios yang berada di lantai bawah berjumlah 58 kios atau memiliki persentase sebesar 64,44% dari total keseluruhan kios yang berada di daerah penelitian.
Tabel 4.15 Hubungan Lokasi Kios Pedagang dengan Tingkat Keuntungan yang diperoleh Responden Setelah Revitalisasi di Daerah Penelitian
No.
Fluktuasi
Lokasi Kios
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Peletakan kios mempengaruhi tingkat keuntungan pedagang. Pada tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa kios yang berada di lantai bawah cenderung mengalami peningkatan keuntungan dibandingkan dengan kios lantai atas yang memiliki kecenderungan penurunan keuntungan. Peningkatan keuntungan terbesar diperoleh dari pedagang dengan kios yang berada di lantai bawah dengan jumlah 30 kios dari 36 sedangkan sisanya mengalami penurunan keuntungan. Penurunan keuntungan terbanyak berada pada kios-kios dengan lokasi yang berada di atas dengan jumlah 22 kios dari 35 kios yang berada di lantai atas maupun dari total keseluruhan responden yang berjumlah 90 pedagang. Sedangkan pedagang dengan tingkat keuntungan yang stabil berjumlah 19 responden dari total keseluruhan jumlah responden. Pedagang dengan lokasi kios di lantai atas dengan tingkat keuntungan stabil berjumlah 4 kios/pedagang dan pedagang dengan lokasi kios di lantai bawah dengan tingkat keuntungan stabil berjumlah 19 kios/pedagang. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak semua pedagang mengalami peningkatan keuntungan Peletakan kios mempengaruhi tingkat keuntungan pedagang. Pada tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa kios yang berada di lantai bawah cenderung mengalami peningkatan keuntungan dibandingkan dengan kios lantai atas yang memiliki kecenderungan penurunan keuntungan. Peningkatan keuntungan terbesar diperoleh dari pedagang dengan kios yang berada di lantai bawah dengan jumlah 30 kios dari 36 sedangkan sisanya mengalami penurunan keuntungan. Penurunan keuntungan terbanyak berada pada kios-kios dengan lokasi yang berada di atas dengan jumlah 22 kios dari 35 kios yang berada di lantai atas maupun dari total keseluruhan responden yang berjumlah 90 pedagang. Sedangkan pedagang dengan tingkat keuntungan yang stabil berjumlah 19 responden dari total keseluruhan jumlah responden. Pedagang dengan lokasi kios di lantai atas dengan tingkat keuntungan stabil berjumlah 4 kios/pedagang dan pedagang dengan lokasi kios di lantai bawah dengan tingkat keuntungan stabil berjumlah 19 kios/pedagang. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak semua pedagang mengalami peningkatan keuntungan
8. Hambatan Usaha Setelah Revitalisasi
Hambatan usaha yang dialami oleh pedagang di Pasar Antik Windujenar secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam, yaitu: (i) lokasi tidak strategis (ii) kurangnya promosi Pemkot Surakarta (iii) kurangnya permodalan (iv) tingkat persaingan. Berikut adalah rincian karakteristik pedagang menurut hambatan yang dialami :
a. Lokasi Kios tidak strategis Lokasi kios memegang peranan penting dalam proses perdagangan di Pasar Antik Windujenar karena dengan dipindahkannya lokasi kios yang berbeda dengan mempengaruhi intensitas pelanggan yang akan melaksanakan transaksi jual beli.
Tabel 4.16 Karakteristik Pedagang Menurut
Tata Letak Kios Hambatan
Jumlah Persentase
Ada
Tidak Ada
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang memiliki hambatan berupa peletakan kios yang tidak strategis sebanyak 54 orang atau 60% Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang memiliki hambatan berupa peletakan kios yang tidak strategis sebanyak 54 orang atau 60%
b. Kurangnya promosi dari pemerintah Kota Surakarta
Promosi merupakan salah satu cara untuk memperkenalkan Pasar Antik W indujenar ke masyarakat umum. Dengan banyaknya informasi dan penyelenggaraan kegiatan sehubungan dengan eksistensi Pasar Antik Windujenar diharapkan dapat mendongkrak penjualan dan transaksi jual beli menjadi lebih meningkat.
Tabel 4.17 Karakteristik Pedagang Menurut Kurangnya Promosi
oleh Pemkot
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang berpendapat bahwa Pemkot Surakarta kurang memberi promosi sebanyak 25 orang atau
27,78% dari total responden. Sedangkan sisanya 65 orang atau sekitar 72,22% berpendapat bahwa Pemkot Surakarta telah menjalankan fungsinya dengan memberikan apresiasi terhadap adanya Pasar Antik Windujenar dengan adanya program promosi.
c. Kurang Permodalan
Modal merupakan salah satu faktor untuk melakukan usaha. Sebab dengan adanya modal yang besar pedagang atau pengusaha akan
Tidak Ada
65 72,22
Total
90 100
dapat menjalankan usahanya, sehingga keuntungan yang diperoleh akan semakin besar
Tabel 4.18 Karakteristik Pedagang Menurut Terbatasnya
Modal
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang mempunyai hambatan berupa terbatasnya modal sebanyak 39 orang atau 43,33% dari total responden. Sedangkan sisanya 51 orang atau sekitar 56,67% mengaku tidak mempunyai hambatan
d. Tingkat Persaingan
Para pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta dapat dikatakan mengalami persaingan yang tinggi. Hal ini dikarenakan
barang yang dijual oleh pedagang-pedagang di Pasar Antik Windujenar Surakarta memiliki karakteristik yang sama. Selain itu terdapat pula persaingan yang berasal dari pedagang di luar pasar yang memiliki karakteristik barang dagangan yang serupa seperti beberapa pedagang onderdil dan klithikan di Pasar Notoharjo. Semakin tinggi tingkat persaingannya maka kemungkinan memperoleh laba juga semakin kecil.
Hambatan
Jumlah Persentase
Ada
39 43,33
Tidak Ada
51 56,67
Total
90 100
Tabel 4.19 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Persaingan yang
Tinggi
Hambatan
Jumlah Persentase
Ada
Tidak Ada
Sumber: Data primer, diolah, 2012
Dari tabel di atas terlihat bahwa pedagang yang mempunyai hambatan berupa tingkat persaingan yang tinggi sebanyak 43 orang atau
47,78% dari total responden. Sedangkan sisanya 47 orang atau sekitar 52,22% menyatakan tidak memiliki hambatan dalam hal tingkat persaingan.