TINJAUAN UMUM MUSEUM
2.2.6 Koleksi Museum
a) Pengertian koleksi
Pengertian koleksi secara harafiah adalah “kumpulan (gambar, benda – benda bersejarah, lukisan dan sebagainya) yang sering dikaitkan dengan minat atau hobby obyek (yang lengkap), berarti pula sebagai kumpulan segala hal yang berhubungan dengan studi penelitian. (KBBI,1995: 450)
b) Syarat-syarat koleksi Museum
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh koleksi Museum, yaitu antara lain:
(1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetika) (2) Dapat diidentifikasikan mengenai wujudnya (morfologi),
tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara historis dan geografis, genusnya (dalam orda biologi), atau periodenya (dalam geologi khususnya benda- benda sejarah alam dan teknologi).
(3) Harus dapat dijadikan dokumen dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya realitas dan eksistensinya bagi penelitian ilmiah.
(4) Dapat dijadikan suatu monumen atau bakal jadi monumen
dalam sejarah alam atau budaya. (5) Benda asli, replika atau reproduksi yang sah menurut
persyaratan permuseuman.
c) Jenis-jenis Koleksi Museum Terbagi dalam dua kategori:
1) Koleksi Umum, yang berkaitan dengan berbagai cabang seni,
disiplin ilmu dan teknologi
2) Koleksi Khusus, yang berkaitan dengan satu cabang seni,
disiplin ilmu dan teknologi.
Adapun koleksi dari sebuah museum itu dapat bermacam – macam bentuknya, yaitu dapat berupa :
1) Etnografika : yaitu kumpulan benda – benda hasil budaya
suku – suku bangsa
2) Prehistorika : yaitu kumpulan benda – benda prasejarah
3) Arkeologika : yaitu kumpulan benda – benda arkeologi
4) Historika : yaitu kumpulan benda – benda bernilai sejarah
5) Numistika dan heraldika, yaitu kumpulan benda – benda alat tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang, cap, lencana, tanda jasa, dan surat – surat berharga.
6) Naskah – naskah kuno dan bersejarah
7) Keramik asing
8) Buku dan majalah anti kuariat
9) Karya seni dan seni kriya
10) Benda – benda grafika, berupa foto, peta asli, atau setiap
reproduksi yang dapat dijadikan dokumen.
11) Diorama, yaitu gambaran berbentuk tiga dimensi
12) Benda – benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda batuan
maupun mineral
13) Replika yaitu tiruan dari benda sesungguhnya
14) Miniatur yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun
berukuran kecil
15) Koleksi hasil abstraksi
Alam S. Wittlin merumuskan tentang koleksi museum sebagai berikut:
1) Economic hoard collection (koleksi persediaan ekonomi).
2) Social prestige collection (koleksi kebanggaan social).
3) Magic collectioan (koleksi kepercayaan magis).
4) Collection as an expression of group loyalty (koleksi sebagai
sebuah pernyataan kesetiaan kelompok).
5) Collection stimulating curiosity and inguire (koleksi
memancing keingintahuan dan pertanyaan).
6) Collection of art stimulating emotional experience (koleksi seni
yang memancing pengalaman emosional).
Menurut Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 77, berdasarkan sumber dasar materialnya, terdiri dari dua sumber, yaitu:
1) In Organik Merupakan koleksi yang berupa batuan dan kekayaan alam. Seperti batu alam, metal, keramik, kaca,
2) Organik Merupakan koleksi yang sumber dasarnya terbuat dari tanaman dan hewan.
d) Pengadaan
Sebuah museum, untuk melengkapi koleksinya diperlukan adanya suatu proses pengadaan koleksi museum, yaitu suatu kegiatan pengumpulan benda – benda realita atau pembuatan replica, yang dapat dijadikan suatu koleksi museum dan berguna sebagai bahan pembuktian sejarah alam dan budaya manusia serta lingkungannya.
Tujuan dari pengadaan koleksi museum ini sendiri adalah
melestarikan dan mengkomunikasikan benda – benda sejarah dan budaya untuk kepentingan studi, pendidikan dan rekreasi yang sehat, sehingga terhimpunnya dan termanfaatkannya benda – benda sejarah dan budaya tersebut bagi masyarakat.
Adapun pengadaan koleksi dilakukan dengan :
1) Penemuan/penggalian.
2) Pembelian.
3) Hadiah/hibah.
4) Titipan dari perorangan atau badan hukum.
e) Konservasi Koleksi
Pada suatu bangunan museum terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian khusus, agar keutuhan koleksi didalamnya dapat terjaga dengan baik dan aman. Diantaranya hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
1) Debu dan Sinar
Debu dan sinar cahaya dalam banyak hal dapat masuk dengan mudah ke ruang-ruang penyimpanan dan ruang pameran. Hal ini dapat dihindari dengan mengadakan perbaikan-perbaikan pada bangunan, seperti dengan mengunakan penolak debu, penolak cahaya pada jendela-jendela, dan sebagainya.
2) Gas
Ada kerusakan yang disebabkan oleh gas-gas yang merusakkan yang dapat disebabkan oleh bahan vitrin atau pengyangga koleksi. Hal ini dapat dihindari dengan pemilihan bahan vitrin yang tidak mengandung asam dan pengutamaan pada ventilasi.
3) Perlindungan terhadap pencurian.
Di ruang pamer harus terdapat suatu instruksi agar para pengunjung tidak dapat memegang obyek.
4) Ruang penyimpanan
Syarat-syarat pada ruang penyimpanan, antara lain: (a) Tempatkan obyek koleksi pada lemari yang cukup vetilasi. (b) usahakan ruang gerak secukupnya untuk dapat menangani
obyek. (c) Jangan meletakkan obyek di tempat orang-orang berjalan. (d) Kumpulkan bagian obyek di satu tempat. (e) Jangan saling menumpuk obyek.
5) Sinar Cahaya dan Penolakan Sinar Matahari
Cahaya terlihat dan sinar UV dapat merusakkan obyek- obyek, seperti rapuhnya dan lunturnya warna-warna tekstil, kertas, kayu. Kerusakan ini dalam kebayakan hal permanent dan kumulatif. Banyaknya cahaya yang terlihat dinyatakan dalam Lux, banyaknya sinar UV dengan mikro-Watt per Lumen. Nilai ini diukur dengan meteran Lux dan UV. Standar yang berlaku adalah 50 Lux dan 75 Mikro Watt per lumen untuk bahan peka cahaya seperti kertas dab tekstil, maksimal 200 Lux dan 75 Mikro-Watt per Lumen untuk Cahaya terlihat dan sinar UV dapat merusakkan obyek- obyek, seperti rapuhnya dan lunturnya warna-warna tekstil, kertas, kayu. Kerusakan ini dalam kebayakan hal permanent dan kumulatif. Banyaknya cahaya yang terlihat dinyatakan dalam Lux, banyaknya sinar UV dengan mikro-Watt per Lumen. Nilai ini diukur dengan meteran Lux dan UV. Standar yang berlaku adalah 50 Lux dan 75 Mikro Watt per lumen untuk bahan peka cahaya seperti kertas dab tekstil, maksimal 200 Lux dan 75 Mikro-Watt per Lumen untuk
Penerangan didalam vitrin mempunyai kerugian tambahan, yaitu temperature dalam vitrin naik dan kelembaban udara relative turun. Tetapi kalau lampu dimatika yang terjadi kebalikannya.
Didalam ruang-ruang pameran semua museum dipakai berbagai macam lampu, dengan temperature warna berbeda. Lampu fluoresensi bertemperatur lebih tinggi dari pada lampu pijar, yang terlihat cahaya putih. Lampu pijar memberi cahaya kekuning-kuningan.
BAHAN
LEVEL CAHAYA YANG DIANJURKAN
Iluminasi
Lumen / M 2
radiasi watt/lumen
radiasi UV watt / M 2 Tidak sensitif
Logam Keramik Gelas
Sensitif Cat minyak
Sangat sensitive Lukisan Tekstil
Tabel Level Cahaya yang dianjurkan berdasarkan jenis bahan koleksi
6) Kutu dan Serangga
Di gedung-gedung banyak digunakan pemakaian bahan kimia, seperti
penyempotan insektisida, dengan memperhatikan cara pertahanan, pencegahan, dan pensialiran adanya kutu dan serangga. Di gedung-gedung tidak terdapat alat penahan masuknya insek, pintu dan jendela terbuka uantuk waktu yang lama dan bercelah-celah dibagian sambungan-sambungan dan ambang-ambang pintu. Inspeksi memang sulit karena ruangan-ruangan museum tidak teratur secara sistematis.
7) Musibah
Dilengkapi alat pemadam kebakaran pada tiap ruang dan disertai penjaga malam pada gedung. Lima menit pertama sangat menentukan apakah kebakaran tersebut menjalatr atau tidak.
2.2.7 Metode Penyajian Koleksi
a) Pengertian Metode Penyajian Koleksi
Merupakan sebuah cara yang bertujuan untuk mengkomunikasikan suatu gagasan yang berhubungan dengan koleksi terhadap pihak lain.
b) Jenis Jenis Metode Penyajian Koleksi Metode Penyajian Koleksi terbagi 3, yaitu:
1) Metode Intelektual/ Edukatif
Memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan benda tersebut, seperti proses pembuatan, penggunaan, fungsi.
2) Artistik/ Estetik
Memamerkan benda-benda yang mengandung unsur keindahan untuk mengangkat penghayatan terhadap nilai-nilai artistik dari koleksi tersebut.
3) Romantik/ Evokatif
Benda-benda yang dipamerkan disertai unsur lingkungan dimana benda tersebut berada untuk menggugah suasana penuh pengertian dan harmoni pengunjung
2.2.8 Peralatan museum
a) Pengertian Peralatan Museum
Setiap alat atau benda yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi dan teknik permuseuman
b) Jenis-Jenis Peralatan Museum Peralatan museum terbagi menjadi:
1) Peralatan kantor
Setiap benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif perkantoran museum.
2) Peralatan teknis
Setiap jenis alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan teknik permuseuman.
2.2.9 Struktur Organisasi Museum
Sistem dan Stuktur permuseuman di Indonesia diatur antara lain :
a) Keputusan Presiden RI No. 45 Th. 1974
b) Surat Keputusan Mentri P & K No. 079 / 0 / Th. 1975
Pada dasarnya museum di Indonesia ditangani langsung oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (sekarang Depdiknas) yang termasuk di dalamnya adalah Direktorat Museum, Direktorat Sejarah dan Kepurbakalaan. Sedangkan Derektorat Jendral Kebudayaan akan menugaskan kepada unit – unit pembina teknis terhadap masing – masing badan dengan bidangnya.
Bagan 2.3
Struktur Organisasi Museum Swasta Sumber : (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 39)
Bagan 2.2
Struktur permuseuman di Indonesia
DEPDIKBUD
DIREKTUR JENDRAL KEBUDAYAAN
DIREKTUR JENDRAL PENDIDIKAN
DIREKTORAT PERMUSEUMAN
DIREKTORAT PENGHAYATAN KEPERCAYAAN
DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL
BADAN PENDIRI
BADAN PENGURUS
MUSEUM
BADAN PENASEHAT
BADAN
PENGAWAS
Bagan 2.4
Struktur Organisasi Museum Pemerintah Sumber : (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 40)
Bagan 2.5
Struktur Organisasi Museum Secara Umum Sumber : (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 43)
Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum mempunyai struktur organisasi sebagai berikut :
a) Pembidangan Tata Usaha, meliputi kegiatan dalam registrasi
ketertiban/keamanan, kepegawaian dan keuangan.
b) Pembidangan Pengelolaan Koleksi yang meliputi kegiatan yang berhubungan dengan identifikasi, klasifikasi, katalogisasi koleksi sesuai dengan jenis koleksi. Menyusun konsepsi dalam kegiatan
BADAN PEMERINTAH
UNIT PEMBINAAN
MUSEUM MUSEUM
KEPALA MUSEUM
TATA USAHA
KONSEVA TOR
PERPUST
AKAAN
EDUKATOR PEMBIMBING EDUKATIF
PREPAR
ATOR STUDIO
presentasi, penelitian/pengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah dan persiapan bahan koleksi.
c) Pembidangan Pengelola Koleksi yang meliputi konservasi preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium koleksi.
d) Pembidangan Preparasi yang meliputi pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk menunjang kegiatan edukatif cultural dan penanganan bengkel reparasi.
e) Pembidangan Bimbingan dan Publikasi yang meliputi kegiatan bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah dan popular dan penanganan peralatan audiovisual.
f) Pembidangan Pengelolaan Perpustakaan yang meliputi kegiatan
penanganan kepustakaan/referensi.
Setiap pembidangan tersebut di atas dipimpin oleh kepala yang bertanggung jawab kepada kepala Museum. Susunan organisasi dan tata kerja museum, tergantung kepada tingkat kedudukan dan status museum.
2.2.10 Pengunjung Museum
2.3 Pembagian pengunjung museum Berdasarkan jumlahnya, terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1) Perorangan
(a) Pengunjung perorangan pada umumnya sudah tahu seluk
beluk mueum (b) Yang sudah biasan berurusan dengan “orang dalam” (c) Untuk keperluan studi atau riset. (d) Mengisi waktu luang dengan melihat pameran
2) Kelompok (a) Berdasarkan Status Sosial, terbagi atas: (1) Pelajar/ Mahasiswa
(2) Seniman (3) Tamu Bisnis
(b) Berdasarkan Asalnya, terbagi atas:
(1) Pengunjung Lokal, dikunjungi oleh pengunjung pada
radius 5 mil dari museum (2) Pengunjung Regional, mencakup pengunjung pada
jarak 2 jam dari sekitar museum, (3) Pengunjung Nasional, mencakup seluruh penduduk satu
negara (4) Pengunjung Internasional, untuk dikunjungi oleh pengunjung dari luar negara pada waktu-waktu tertentu.
2.4 Motivasi Pengunjung Museum
Ada tiga macam motivasi pengunjung museum:
1) Motivasi Estetik
Publik Museum yang mempnyai motivasi estetik menghendaki adanya sistem pameran benda-benda koleksi yang benar-benar terencana baik dengan latar belakang yang netral yang memberikan tempat artistic bagi koleksi yang dipamerkan, ditata seefektif mungkin.
2) Motivasi Romantik
Pengunjung yang mempunyai motivasi romantik menghendaki suatu pameran
yang menampilkan satu seri benda-benda koleksi yang secara murni menampilkan kepentingan-kepentingan manusiawi, sedemikian rupa sehingga dengan demikian dapat mengundang partisipasi dan identifikasi masyarakat yang diwakili oleh benda-benda koleksi yang dipamerkan.