Tinjauan Organisasi Ruang

2.3.5 Tinjauan Organisasi Ruang

Organisasi ruang tergantung pada permintaan atas program bangunan seperti : hubungan fungsional, persyaratan keluasan ruang klasifikasi hirarki ruang-ruang dan syarat-syarat penempatan pencahayaan atau pemandangan. Syarat-syarat organisasi ruang sebagai berikut :

a) Memiliki fungsi-fungsi yang khusus atau kesamaan fungsi secara

jamak.

b) Penggunaan fleksible dan dengan bebas dapat dimanipulasikan.

c) Memiliki fungsi serupa dan dapat dikelompokkan menjadi suatu cluster fungsional atau dapat diulang dalam suatu urutan linier.

 Terlalu jauhnya jarak tempuh terhadap obyek yang harus diamati pengunjung cenderung

mengabaikannya dan langsung menuju pintu keluar.

 Pengunjung memberikan banyak perhatian kepada lingkungan yang belum pernah dikenal sebelumnya.

 Ruang pamer yang cenderung monoton tidak banyak mendapat perhatian pengun jung

d) Menghendaki adanya celah terbuka untuk mendapatkan cahaya, ventilasi, pemandangan atau pencapaian keluar bangunan.

e) Pemisahan sesuai dengan fungsi ruang dan mudah dijangkau.

Bentuk organisasi ruang dapat dibedakan antara lain sebagai berikut :

No

Bentuk Organisasi Ruang

Keterangan

1 Organisasi Ruang Tertutup

a. Sebuah ruang besar dan dominan sebagai pusat ruang-ruang di sekitarnya.

A. Ruang sekitar mempunyai bentuk, ukuran dan fungsi sama dengan ruang lainnya.

B. Ruang sektar berbeda dengan

ruang yang lainnya, baik bentuk, ukuran maupun fungsi.

2 Organisasi Ruang Linier

a. Merupakan deretan ruang-ruang. b. Masing-masing dihubungkan dengan ruang lain

yang sifatnya memanjang.

c. Masing-masing ruang dihubungkan secara langsung

d. Ruang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda, tapi yang berfungsi penting diletakkan pada deretan ruang.

3 Organisasi Ruang Secara

Radial

a. Kombinasi dari organisasi yang terpusat dan

organisasi linier. b. Organisasi yang terpusat mengarah ke dalam

sedangkan yang linier mengarah keluar. c. Lengan radial dapat berbeda satu dengan yang lainnya, tegantung pada kebutuhan dan fungsi ruang.

4 Organisasi Ruang

Mengelompok

a. Organisasi ini merupakan pengulangan dari bentuk fungsi yang sama, tetapi komposisinya dari ruang-ruang yang berbeda ukurannya, bentuk dan fungsi.

b. Pembuatan sumbu membantu susunan

organisasi

5 Organisasi Ruang Secara

Grid

ruangnya tersusun dengan pola grid. b. Organisasi ruang terbentuk hubungan antara

ruang dari seluruh fungsi posisi dan sirkulasi. c. Penggunaan ruang yang disusun secara grid banyak dijumpai pada interior ruang perkantoran yang terdiri dari banyak devisi.

Tabel 2.11

Bentuk Organisasi Ruang

Sumber: (Francis D.K Ching, Arsitektur, Bentuk Ruang dan Susunannya,1996: 205)

2.3.4 Komponen Pembentuk Ruang

a. Lantai pada umumnya:

a) lantai harus kuat dan dapat menahan beban di atasnya

b) mudah dibersihkan

c) kedap suara

d) tahan terhadap kelembaban

e) memberikan rasa hangat pada kaki, dsb Menurut Pamudji Suptandar, lantai ruang pamer seharusnya tidak licin dan ekonomis dalam pemasangan atau perawatannya. Perlu diingat warna permukaan yang mengkilat akan memantulkan cahaya, permukaan yang terlalu gelap akan menyerap cahaya dan akan mengkontraskan

kecemerlangan yang akan mempengaruhi penglihatan, demikian pula jika permukaannya terlalui terang. Lantai ruang pamer seharusnya tampak baik secara umum dan fungsi. Menurut Francis DK Ching lantai yang berwarna terang akan meningkatkan tingkat kekuatan cahaya dalam suatu ruang, sedangkan lantai yang berwarna gelap akan menyerap sebagaian besar cahaya yang jatuh di atas permukaannya. Lantai menyalurkan kualitas fisiknya – tekstur dan kepadatannya – langsung kepada kita ketika kita berjalan

di atas permukaannya.

b. Dinding Dinding adalah elemen utama yang dengannya kita membentuk ruang interior. Dinding mengendalikan ukuran dan bentuk ruang, dinding juga dapat dilihat sebagai penghalang yang merupakan batas sirkulasi kita, memisahkan satu ruang dengan ruang disebelahnya dan menyediakan privasi visual maupun akustik bagi pemakainya sebuah ruang. ( Francis DK Ching,1996:180) Fungsi dinding dalam bangunan antara lain :

1) Untuk menahan tepi dari urukan atau tumpukan tanah

2) Untuk menyokong atau menopang balok, lantai dan langit – langit.

3) Sebagai penyekat atau pembagi ruang

4) Sebagai pelindung apai dari bahaya kebakaran

5) Sabagai latar belakang dari benda dalam ruangan

6) Sebagai unsur dekorasi dalam tata ruang. Persyaratan dinding adalah :

1) Keras dan kuat

2) Tahan terhadap panas dan dingin

3) Tidak terpengaruh dengan alam dan tahan lama

4) Warna tidak berubah

5) Tahan terhadap AC

6) Tahan terhadap air dan kelembaban

7) Kedap suara

8) Mudah dalam pemeliharaan

9) Tidak tembus cahaya dan tembus pandang

10) Cukup tahan getaran dan tidak retak Dalam sebuah museum tentu dinding memberikan peranan penting dalam memberikan suatu suasana dan kesan pada ruang pamer, sehingga pengolahan dinding dalam ruang pamer merupakan faktor penting untuk memvisualisasikan benda koleksi secara maksimal.

Beberapa cara peletakan materi koleksi yang terletak di dinding adalah menggunakan :

1) Dinding galeri kayu dilapisi pabrik

2) Rel gantung

3) Draperis ( sebagai latar belakang obyek yang berdiri bebas )

c. Langit – langit Istilah langit – langit, ceiling berasal dari istilah “ceil” yang berarti melindungi dengan suatu bidang penyekat antara lantai dengan atap, sehingga terbentuklah suatu ruang. (Pamudji Suptandar,1999:56)

Dalam buku yang sama, Pamudji Suptandar mengatakan tentang bentuk dan fungsi langit – langit, sebagai berikut :

1) Penampilan dari langit – langit bisa bervariasi, misalnya dengan

penurunan, bergelombang dan sebagainya.

2) Sebagai bidang penutup, pembatas, pembentuk pada bagian atas

ruang.

3) Tinggi rendah langit – langit bisa memberikan kesan luas dan

sempitnya ruang

4) Untuk menempatkan titik pencahayaan dan penghawaan suatu

ruang. Persyaratan langit – langit adalah :

1) Mudah pemeliharaannya

2) Meredam suara / akustik

3) Menunjang aspek dekoratif

4) Tahan terhadap kelembaban

5) Memperlihatkan kesan atau sifat ruangan tertentu

6) Mencerminkan unsur kemegahan dari bangunan itu

7) Pemasangannya harus disesuikan dengan sistem pencahayaan atau penghawaan baik secara alami maupun buatan. Pada ruang pamer, agar dapat menarik pegunjung dibuat ceiling yang kontras, saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan memberi kesan mewah. (Pamudji Suptandar, 1999 : 132)

Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi, telah memberikan penemuan – penemuan di bidang industri, khususnya terciptanya bahan – bahan bangunan termasuk bahan untuk langit – langit, sehingga memungkinkan untuk memenuhi segala jenis ruang, khusus untuk museum, ruang pamer yang menggunakan pencahayaan buatan memerlukan ketinggian antara 12 –14 kaki. Apabila diterapkan penggunaan skylight adalah antara 18 – 19 kaki. Sedangkan apabila diterapkan keduanya ( mixed lighting ), ketinggian langit – langit dapat bervariasi. Dari aspek konstruksi harus dipertimbangkan penempatan ducting udara, sirkuit lampu serta segi keamanannya karena mungkin terdapat berbagai peralatan elektrik, AC, lampu, dll.

2.3.5 Sistem Interior

a. Pencahayaan

1) Sumber Pencahayaan

Sumber pencahayaan ada dua, yaitu :

a) Sistem pencahayaan alami

Sistem pencahayaan alami ini merupakan sistem yang sangat sederhana, yaitu dengan mengandalkan cahaya matahari pada siang hari. Sifat dari sistem pencahayaan alami ini antara lain : (1) Cahaya alami siang tidak kontinyu (2) Cahaya matahari dapat merusak sebagaian benda – benda

koleksi museum, karena tingkat iluminasinya, dan komposisi spectrum cahaya.

Cahaya campuran, yaitu sebagaian dari cahaya matahari dan sebagaian dari cahaya lampu yang biasa dipakai saat siang hari. Namun yang banyak adalah lampu, karena bagaimanapun bentuk ruangannya, selalu ada lampu yang mendukung. Ilmu pengetahuan museum saat ini lebih menekankan lampu buatan di ruang pamer sehingga tidak Cahaya campuran, yaitu sebagaian dari cahaya matahari dan sebagaian dari cahaya lampu yang biasa dipakai saat siang hari. Namun yang banyak adalah lampu, karena bagaimanapun bentuk ruangannya, selalu ada lampu yang mendukung. Ilmu pengetahuan museum saat ini lebih menekankan lampu buatan di ruang pamer sehingga tidak

b) Sistem Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan yang sering digunakan dapat dibagi dua macam yaitu :

(1) lampu fluoresensi, di sini proses pengubahan energi listrik menjadi energi cahaya yang berlangsung dalam suatu gas dalam tingkat atom, dan tidak disertai oleh penghasilan energi panas, biasanya lampu ini berbentuk pipa.

(2) Lampu pijar yang terangnya datang dari benda kawat yang panas, dimana sebagaian energi berubah menjadi energi panas dan sebagian menampakkan diri sebagai energi cahaya. Di sini energi cahaya timbul dari energi listrik yang berlangsung pada tingkat molekul dan disertai pengeluran energi panas.

Suatu ruang pamer museum membutuhkan pencahayaan buatan dengan kualitas sebaik mungkin, dengan indeks penampakan warna maksimal 90, suhu warna ± 4000 Kelvin. Untuk itu dapat digunakan pencahayaan umum, berupa lampu

– lampu TL putih yang mempunyai arus cahaya khusus. Meskipun pemakaian lampu atau penerangan lain

“menghidupkan” benda – benda yang sedang dipamerkan, pengaruhnya terhadap koleksi yang berada di ruang penyimpanan dalam jangka waktu yang lama dapat berakibat buruk. Para kurator sepakat untuk menghindari pemakaian cahaya yang langsung menyinari tempat penyimpanan barang seperti lemari kava, vitrin dan lain – lain. Bila pencahayaan ini memang diperlukan, maka pemakaian filter yang menyerap radiasi sinar ultra violet sangat disarankan, sehingga diperoleh cahaya dengan intensitas sebesar + 100 foot candles saja.

Intensitas sebesar inilah yang terbaik baagi benda – benda yang mudah rusak oleh pengaruh cahaya.

OBYEK

MAKSIMUM ILLUMINASI

Benda – benda yang tidak sensitive terhadap cahaya antara lain : logam, batu, kaca, keramik, barang perhiasan (batu – batu intan, berlian, dan sebagainya), tulang.

Bebas dari ukuran cahaya

Benda – benda yang sensitive terhadap cahaya : lukisan, lukisan dinding, kulit, tanduk.

150 LUX Benda – benda yang sangat sensitive terhadap cahaya : tekstil, pakaian, seragam, lukisan cat air, lukisan tempera, printing dan drawing, naskah, benda – benda etnografi dan yang sejenis dengan itu

50 LUX

Tabel 2.12

Ukuran penggunaan illuminasi cahaya terhadap benda – benda koleksi museum. ( Sumber : VJ. Herman,1981: 72 )

2) Sistem Peletakan Sumber Pencahayaan Buatan

a) Pencahayaan Buatan Umum

Berfungsi untuk menerangi seluruh ruang bagi kegiatan Ruang Pamer. Ada empat macam sistem pencahayaan secara umum, yaitu :

(1) Sistem Pencahayaan Langsung. (2) Sistem Pencahayaan Semi Langsung. (3) Sistem Pencahayaan Semi Tak Langsung. (4) Sistem Pencahayaan Tak Langsung

Gambar 2.5

Beragam Sistem Pencahayaan yang digunakan dalam ruang

Sumber: John E. Flynn & Segil, 1970 : 141

Lampu buatan langsung, digunakan untuk penerangan obyek, diantaranya : (1) Instalasi loteng (Attic Instalation). Lampu dengan

reflector ini diletakkan di bawah kaca atap. Lampu pijar ditempatkan di empat baris paralel dengan empat dinding.

(2) Kaca atap buatan/palsu (False Skylight). Alat untuk mendapat efek kaca atap tanpa penggunaan kaca atap. Mengurangi pembukaan atap. Lebih baik dan ekonomis daripada kaca atap.

(3) Spotlight. (4) Lampu Hias (Louvered Lights). Menggunakan satu atau (3) Spotlight. (4) Lampu Hias (Louvered Lights). Menggunakan satu atau

(5) Atap Hias (Louvered Ceiling). Atap gantung terbuat dari lembaran metal atau plastik yang berwujud persegi, bersilang –silang. Lampunya secara tidak langsung akan menyinari ruangan tanpa menyilaukan.

(6) Lampu palung (Trough Lights). Baik yang terbuka maupun lensa penutup. Dengan lensa biasa palung harus dimiringkan untuk mengarahkan cahaya. Sistem ini lazim dipakai di Galery.

(7) Lampu Troffer adalah panel cahaya yang diletakkan tinggi di langit –langit. Untuk ruang pamer, panel ini ditutup oleh lensa langsung khusus yang menempatkan cahaya di sudut dinding atau tempat lain yang diinginkan.

(8) Lampu Polarisasi, masih terbatas, mengurangi silau, akan

menolong penglihatan. (9) Lampu Kasus (Cases Lighting), bentuk umum dalam

pencahayaan obyek langsung.

Lampu buatan tidak langsung, untuk ruang bukan langsung obyek: (1) Lampu terpasang gantung (suspended fixture) jenis ini

tidak langsung atau semi tidak langsung menggunakan lampu pijar. Lampu ini menjaga mata dari kesilauan dengan mengarahkan cahaya ke langit-langit. Bayang- bayang yang tidak menyenangkan di langit-langit dikurangi dengan penggunaan alat-alat lain yang memantulkan sedikit cahaya ke bagian luar peralatan yang sudah terpasang itu.

(2) Lampu ke atas tersembunyi (concealed uplights) digunakan untuk mencurahkan cahaya ke langit-langit dari atas kotak, layar atau barang lain. Jenis portable (2) Lampu ke atas tersembunyi (concealed uplights) digunakan untuk mencurahkan cahaya ke langit-langit dari atas kotak, layar atau barang lain. Jenis portable

Gambar 2.6

Sumber pencahayaan yang dipasang pada sudut langit-langit atas ruangan.

(1) Teluk lampu (lighting cases) dengan tempat kecil horizontal di dinding yang menyembunyikan sumber cahaya sangat efektif untuk pencahayaan tidak langsung, cocok untuk ruang sedang atau besar (aula)

(2) Panel Lampu (lighting panels) papan yang diangkat terbuka dengan lampu palung yang tersembunyi di tepinya. Panel langit-langitnya berbentuk variatif (bulat, persegi, bujur sangkar atau bebas)

Gambar 2.7

Sumber Pencahayaan yang ditutupi panel atau kaca tembus cahaya yang

berfungsi sebagai pembagi cahaya.

b) Pencahayaan Buatan Khusus

Pencahayaan khusus adalah pencahayaan yang ditujukan terhadap benda pamer museum.

Gambar 2.8

Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan.

Pencahayaan harus disesuaikan dengan sifat benda, yang dalam hal ini dapat dibagi menjadi :

(1) Pencahayaan khusus terhadap benda koleksi dua

dimensi. (2) Pencahayaan khusus terhadap benda koleksi tiga

dimensi.

Penerapan pencahayaan khusus terhadap benda koleksi dua dimensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

(a) Untuk benda pamer pada bidang vertikal. Peletakan benda pamer pada bidang vertikal, sebaiknya sumber cahayanya memiliki sudut 30 derajat dari bidang tempat pemasangan benda pamer tersebut.

(b) Untuk benda pamer pada bidang horizontal Benda pamer yang terletak pada bidang horizontal, sebaiknya peletakan pencahayaan ada di luar daerah refleksi. Hal ini disebabkan oleh sering terjadinya kesilauan yang mengganggu pengunjung.

Gambar 2.9

Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan.

(c) Untuk mengatasi timbulnya kesilauan perlu dibuat daerah gelap pada langit-langit atau lantai yang berada pada benda pamer tersebut. Hal ini berguna untuk menyerap pantulan yang terjadi.

Gambar 2.10

Daerah refleksi pencahayaan terhadap benda pamer pada bidang vertikal.

Untuk pencahayaan khusus terhadap benda koleksi tiga dimensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (1) Untuk benda pamer pada kotak terbuka.

Benda pamer yang terletak pada kotak tanpa penutup, dibutuhkan peletakan sumber cahaya dengan tingkat iluminasinya yang tinggi dengan tujuan untuk menonjolkan benda pamer serta menghilangkan bayangan. Salah satu cara yang tepat dalam hal ini adalah dengan dua buah lampu sorot dengan sudut 30 derajat dari titik pusat benda. Namun apabila ingin mendapatkan efek cahaya yang istimewa dapat dicoba dengan mengubah-ubah letak sumber pencahayaannya.

Gambar 2.11

Letak sumber pencahayaan terhadap benda pamer 3D

(2) Untuk benda pamer dalam kotak kaca

Benda pamer dalam kotak kaca harus menghindari penyilauan. Hal ini karena sifat kaca yang menimbulkan refleksi, menyebabkan pengamat menjadi silau. Untuk mengatasi refleksi pada bidang kaca ada tiga cara, yaitu :

(a) Peletakan bidang kaca dengan arah vertikal. Refleksi dapat diatasi dengan memberikan latar belakang yang gelap atau menggunakan lampu yang tersembunyi di bawah ambalan.

Gambar 2.12

Penempatan kisi-kisi di bawah lampu untuk mengatasi pengaruh refleksi cahaya

(b) Peletakan bidang kaca miring ke arah vertikal. Untuk peletakan bidang kaca dengan arah miring ke arah vertikal, refleksinya dapat diatasi dengan meletakkan lampu yang dilengkapi penutup di bagian dalam kotak (pada bagian atas) dan meletakkan cermin

Gambar 2.13

Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah Vertical

(c) Peletakan bidang kaca miring ke arah horisontal

Gambar 2.14

Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah horizontal

Sistem Penyerapan Cahaya, dibagi menjadi :

(1) Difusi, cahaya alami diserap dengan kaca difusi untuk mengurangi silau dan juga menyebarkan pemantulan khususnya dari langit – langit dan dinding

(2) Layar (screening) dengan tirai ,kre (venetian blinde), diafragma. Sulit bila jendela tinggi tapi dapat diatasi dengan kre (venetian blinde)

b. Penghawaan

1) Penghawaan alami Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (Natural).

Dalam buku “Pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan“ dikatakan bahwa, bila harus menggunakan sistem penghawaan alami di dalam suatu ruangan, maka harus diperhatikan ventilasi horizontal yang Dalam buku “Pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan“ dikatakan bahwa, bila harus menggunakan sistem penghawaan alami di dalam suatu ruangan, maka harus diperhatikan ventilasi horizontal yang

Untuk Indonesia secara umum, tingkat suhu udara yang cocok dalam ruangan penyimpanan adalah antara 20 o

C dan 24 o C, sedangkan tingkat kelembaban antara 45% dan 60%. Penggunaan AC tidak dianjurkan untuk menggunakan ventilasi yang baik sehingga suhu di dalam dan di luar gedung tetap sama. Dengan ventilasi saja, dapat terjadi tingkat kelembaban di dalam ruangan menjadi tingkat kelembaban relatif di dalam ruang penyimpanan, dapat digunakan alat dehumidifier.

Kemungkinan yang terjadi pada sistem ventilasi silang

Sumber : (Y.B Mangunwijaya, 1997 : 149)

A N G IN M A T I

DAERAH UDARA MATI

Keterangan gambar :

a. tak ada arus, karena tidak ada jalan keluar.

b. Lubang keluar dan masuk sama luasnya, arus ventilasi baik untuk kedudukan tubuh manusia. Lebih baik bila jalan keluar diperluas.

c. Lubang masuk tinggi lubang keluar rendah, tidak baik, karena menimbulkan daerah udara mati di bawah lubang masuk, yang justru merupakan tempat yang baik dan dibutuhkan oleh tubuh manusia.

d. Lubang – lubang yang luas, ventilasi baik sekali

e. Pada lubang masuk diberikan semacam ovestek dan angin langsung keluar lewat lubang ats di sisi keluar.

f. Pada sisi keluar ditambahkan satu lubang di bagian bawah, dan terjadilah perbaikan aliran udara pada daerah tubuh manusia.

g. Dengan melepas sedikit overstek, aliran udara menjadi lebih baik lagi.

h. Dengan kasa – kasa ventilasi dapat lebih diperbaiki lagi. Atau untuk menyerap kelembaban yang terjadi di dalam lemari, rak atau peti penyimpanan, penggunaan silica gel sangat membantu. Dapat juga dengan pemakaian polyethylene. Untuk mencegah terjadinya goresan pada benda koleksi, disarankann agar benda-benda tersebut sebelum dibungkus dengan lembaran tipis polyethelene lebih dahulu diantari dengan anyaman kapas (cotton webbing)

Apabila suhu di dalam ruang penyimpanan ruang terlalu tinggi dan udara terlalu kering, dapat dikurangi dengan pemakaian alat humidifer. Sedangkan untuk mengurangi pencemaran yaitu menyaring debu gas yang dihasilkan zat-zat kimia, debu garam yang dibawa air laut, menggunakan airlocks. Pemakaian airlocks ini sangat membantu kebersihan ruangan gedung secara keseluruhan.

2) Penghawaan Buatan Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan manusia. Sistem penghawaan buatan yang umum digunakan di dalam sebuah museum adalah :

a) Sistem Heating atau Radiator, fungsinya untuk meninggikan suhu dengan cara sistem pemanasan air. Sistem ini biasa digunakan di daerah yang beriklim sub tropis.

b) Air Conditioning (AC), berfungsi untuk memenuhi kebutuhan temperature, kelembaban, aliran udara dan untuk menjaga kualitas udara yang betul terpelihara. Sistem penggunaan AC ini pada umumnya dipakai pada daerah yang beriklim tropis. ( Vail, Coleman Laurence,1950: 150 )

c. Akustik

Pengkondisian suara bertujuan mengurangi gangguan bunyi yang ditimbulkan oleh suara baik dari dalam maupun dari luar bangunan museum.

Gangguan bunyi khususnya pada suatu museum, biasanya diakibatkan oleh dua faktor, yaitu faktor kebisingan dari luar ( berupa keramaian kendaraan pada jalur transportasi atau areal parkir ) serta faktor dari dalam ruang itu sendiri ( karena aktifitas / kegiatan yang berlangsung di dalamnya seperti bunyi langkah kaki dan pembicaraan pengunjung atau bunyi yang ditimbulkan oleh perangkat sound system pada ruang audio visual / auditorium serta materi koleksi peragaan pada ruang pamer yang menggunakan efek sound system ).

Isolasi bunyi merupakan cara untuk menanggulangi terjadinya kebisingan atau gangguan bunyi dengan pengurangan atau pemisahan sumber bunyi dari yang lain, sehingga terjadi penyerapan dan pemantulan bunyi. Dalam hal ini, penerapan pemakaian bahan – bahan material interior pada komponen – komponen pembentuk ruang ( lantai, dinding, langit – langit ) sangat Isolasi bunyi merupakan cara untuk menanggulangi terjadinya kebisingan atau gangguan bunyi dengan pengurangan atau pemisahan sumber bunyi dari yang lain, sehingga terjadi penyerapan dan pemantulan bunyi. Dalam hal ini, penerapan pemakaian bahan – bahan material interior pada komponen – komponen pembentuk ruang ( lantai, dinding, langit – langit ) sangat

Cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi bunyi, diantaranya dengan pemilihan bahan yang berstandar akustik yang baik, misalnya pemilihan bahan yang kurang kepadatannya, sebab semakin lunak / berpori / berbentuk serabut, maka akan semakin banyak menyerap bunyi dan semakin sedikit memantulkan bunyi.

Klasifikasi bahan penyerap bunyi, diantaranya yaitu :

1) Bahan berpori Karakteristik dari bahan berpori :

(a) Penyerapan bunyi lebih efisien pada frekuensi tinggi

dibanding frekuensi rendah. (b) Efisiensi akustiknya membaik dengan bertambah tebalnya lapisan penahan dan bertambahnya jarak dari lapisan penahan.

Contohnya : papan serat (fiber board), mineral woods, selimut isolasi ( semacam jaringan seluler dengan pori – pori saling berhubungan ), plester lembut (soft plester).

2) Penyerap panel

Tiap bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang yang padat tetapi terpisah oleh suatu ruang udara, akan berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk oleh gelombang bunyi. Getaran lentur dari panel tersebut yang akan menyerap energi bunyi yang datang dan mengubahnya menjadai energi panas.

Karakteristik dari penyerap panel yaitu merupakan penyerap bunyi yang efisien pada frekuensi rendah. Contohnya : panel kayu (hardboard), plastic board, langit – langit plesteran yang digantung, gypsum board, lantai kayu / panggung, pelat logam.

3) Resonator rongga (helmh oltz)

Resonator rongga terdiri dari jumlah udara tertutup yang dibatasi oleh dinding tegar dan dihubungkan oleh lubang / celah sempit ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat.

Karakteristik dari resonator rongga yaitu menyerap energi bunyi maksimal pada frekuensi rendah yang sempit. Contoh : resonator rongga individual ( balok beton standar, soundbox), resonator berlubang ( lembaran asbestos semen, hardboard msonite, lembaran baja / aluminium polos), resonator celah ( batasan beton berongga khusus rusuk / slat kayu ).

Selain itu, penggunaan bahan-bahan akustik dalam perancangan interior, juga memultifungsikan bahan antara fungsi penyerapan bunyi sekaligus penyelesaian interior.

Oleh karena itu, pemilihan bahan-bahan dengan petimbangan-pertimbangan di luar segi akustik juga perlu diperhatikan, diantaranya :

(a) Penampilan bahan (ukuran tepi, warna, sambungan) (b) Daya tahan terhadap kebakaran, kelembaban, temperatur

dan kondensasi ruang. (c) Biaya dan kemudahan instalasi. (d) Mudah dalam perawatannya. (e) Kesatuan dengan elemen-elemen ruang (pintu, jendela dan

lighting). (f) Keawetan (daya tahan terhadap tumbukan dan goresan) (g) Pemantulan cahaya dan ketebalan/berat.

2.3.6 Sistem Keamanan

Arti pengamanan ruang pamer secara singkat adalah berupa usaha melindungi gedung museum, segala isinya, staf karyawan dan pengunjung ruang pamer dari kerusakan dan gangguan yang Arti pengamanan ruang pamer secara singkat adalah berupa usaha melindungi gedung museum, segala isinya, staf karyawan dan pengunjung ruang pamer dari kerusakan dan gangguan yang

Tujuan pengamanan museum ialah terciptanya suatu museum yang utuh, lengkap dan tentram dimana para pengunjung museum merasa tentram, nyaman dan tenang selama berada dan menikmati benda – benda yang dipamerkan. Demikian pula para staf museum yang terdiri dari kurator, educator, preparatory, konservator serta tenaga administrasi dapat bekerja dengan tenang, karena museum bebas dari gangguan keamanan, baik yang datang dari luar maupun dalam. Sifat kerja pengamanan museum adalah dinamis. Di dalam pelaksanaan teknisnya, sifat kerja pengamanan museum dapat dibedakan atas dua macam yaitu: yang bersifat stasis, dan yang bersifat dinamis / mobile (keliling). Sifat pengaman museum statis ditujukan khusus pada pengunjung museum. Ia melaksanakan tugas pengawasan yaitu mengawasi para pengunjung yang sedang melihat pameran di ruang pameran tetap, jadi tugasnya menjaga ruangan pameran. Pengamanan museum yang kedua bersifat dinamis atau mobile (keliling) tugasnya melakukan pemeriksaan keliling ke ruangan – ruangan, pameran tetap, auditorium, ruang admistrasi, ruang kuratorial, ruang preparasi, ruang edukasi, ruang konservasi dan laboratorium serta kompleks museum dimana terdapat koleksi – koleksi yang terbuka.

Adapun waktu pengamanan museum tersebut adalah ketika museum akan dibuka, museum sedang dibuka, maupun ketika museum menjelang ditutup serta pada malam hari.

Ada beberapa faktor unsur pengamanan museum yang perlu diperhatikan antara lain :

a) Manusia, meliputi :

Banyaknya pengunjung museum yang datang dengan tujuan serta kepentingan yang berbeda satu sama lain, sebagai contoh, misalnya ada pengunjung museum yang memanfaatkan Banyaknya pengunjung museum yang datang dengan tujuan serta kepentingan yang berbeda satu sama lain, sebagai contoh, misalnya ada pengunjung museum yang memanfaatkan

b) Fisik bangunan, meliputi :

(1) Bahan – bahan kimia untuk laboratorium dan konservasi tidak disimpan di tempat yang baik dan aman. (2) Pintu jendela dan lemari – lemari koleksi tidak terpasang

dengan kunci – kunci yang baik dan kuat (3) Pemilihan serta penentuan bahan – bahan bangunan sebaiknya memilih bahan yang tidak mudah terbakar oleh api.

c) Peralatan dan Sarana, meliputi :

(1) Belum tersedianya alat pemadam api, sehingga bila timbul bahaya kebakaran akan berakibat fatal dan tidak tertolong lagi.

(2) pada umumnya saluran air dari hydrant (wall dan freezing hydrant ) sulit diperoleh, karena jaraknya yang terlalu jauh atau hanya pada lokasi gedung yang ada di kota besar saja yang sudah ada jaringan saluran dari PAM. dll

d) Alam dan Lingkungan, meliputi :

(1) udara di daerah itu sangat lembab, sehingga bisa merusak

koleksi. (2) gangguan hewan atau binatang sejenis insect yang menyerang dan merusak koleksi jenis kayu, kain, kertas dan koleksi. (2) gangguan hewan atau binatang sejenis insect yang menyerang dan merusak koleksi jenis kayu, kain, kertas dan

(3) terjadinya bencana alam yang secara tiba – tiba dan tak terduga yang bisa berakibat rusaknya bangunan museum maupun koleksi di dalamnya. Dll

Cara pengamanan benda – benda koleksi dapat dilakukan dengan cara :

a) Pengamanan Umum Melalui Tata Kerja dan Tata Ruang

Untuk menjamin keamanan benda – benda koleksi ini maka perlu ada pembagian tugas dan kewajiban yang tegas dan ketat diantara para petugas. Adapun tugas – tugas itu antara lain:

(1) Memeriksa ruang – ruang penyimpanan secara rutin /

berkala (2) Menyelenggarakan pengamanan umum bagi seluruh

fasilitas penyimpanan. (3) Membuat peraturan yang ketat

Dan dalam perencanaan sebuah gedung harus diperhatikan hubungan antara ruang – ruang penyimpanan dan bagian gedung lainnya agar tidak memudahkan terjadi pencurian atau perusakan oleh tangan – tangan jahil. Pengunjung ruang penyimpanan harus diantar oleh seorang petugas kurator dan harus melalui ruang registrasi yang merupakan ruang pengawasan.

b) Pengamanan Terhadap Pencurian dan Tangan – tangan

Jahil

Ada dua jenis pengamanan untuk maksud ini. Dan alat tersebut sebaiknya dipakai di seluruh bangunan. Alat yang dimaksud adalah:

(1) Sistem Perlindungan Sekitar (Perimeter Protection Systems) Sistem ini dipakai untuk melindungi bangunan terhadap bahaya dari luar. Penekanan pengamanan terutama (1) Sistem Perlindungan Sekitar (Perimeter Protection Systems) Sistem ini dipakai untuk melindungi bangunan terhadap bahaya dari luar. Penekanan pengamanan terutama

Didalam ruang pamer ada beberapa kekuatiran dan kerusakan benda koleksi pameran, seperti yang dikemukakan oleh Dadang Udansyah dalam bukunya berjudul Sarana Pameran di Museum, antara lain yaitu :

(a) Vandalisme

Kebiasaan Vandalisme ini banyak terjadi karena keisengan dan kurangnya kesadaran akan benda – benda yang bernilai sejarah dan kurangnya apresiasi kepada nilai – nilai kebudayaan bangsa kebiasaan ini misalnya, menusuk – nusuk, menggoresi benda koleksi, mencorat – coret, dan sebagainya.

(b) Touch Complex (penyakit ingin meraba) Umumnya orang tidak puas melihat saja, mereka masih penasaran apabila tidak meraba benda – benda koleksi yang dilihatnya

(c) Kelalaian yang dilakukan oleh pengunjung Bersandar pada benda koleksi, panil atau benda lainnya, membuang sampah sembarangan, meludah, menaikkan kaki pada benda koleksi merupakan sedikit contoh kelalaian yang sering dilakukan oleh pengunjung.

(d) Kebiasaan merokok

Didamping asap rokok yang bisa menyebabkan polusi udara, terutama apabila ruangan tersebut menggunakan AC, abu rokokpun menyebabkan ruangan menjadi kotor, apalagi bila membuang puntung rokok tidak pada tempatnya, apabila puntung rokok tersebut masih menyala dapat mengakibatkan kebakaran.

(e) Pencurian

Meskipun pencurian jarang terjadi, tetapi apabila ini sampai terjadi akan sangat merugikan sekali Meskipun pencurian jarang terjadi, tetapi apabila ini sampai terjadi akan sangat merugikan sekali

(2) Sistem Perlindungan Dalam (Interior Protection Systems) Jenis ini sangat bermanfaat dalam pengamanan gedung, apabila ternyata sistem perimeter gagal berfungsi, misalnya bila pencuri / penjahatnya telah berhasil menyelinap masuk dan bersembunyi di dalam gedung sebelumnya saatnya pintu – pintu ditutup. Contoh yang paling sederhana dari jenis ini ialah kunci.

Kalau alat diatas banyak pula ragamnya. Ada yang bekerja secara mekanis, ada yang secara elektris. Diantaranya adalah:

(a) Saklar magnetic ( magnetic contact switch ) (b) Pita kertas logam (metal foil tape) (c) sensor pemberitahuan / pencegahan bila kaca pecah

(glass breaking sensor) (d) Kamera pemantau (photoelectronic eyes) (e) Pendeteksi getaran (vibration detectors) (f) pemberitahuaan/peringatan getaran (internal vibration

sensor ) (g) alat pemasuk data pada pintu (acces control by remote

door control ) (h) pengubah sinar infra merah (passive infra – red)

c) Pengaman Terhadap Kebakaran

Perlindungan terhadap bahaya kebakaran dapat dimulai dengan pemasangan kontruksi bangunan tahan api terutama di ruangan yang mudah terbakar. Ruangan juga perlu memliki pintu – pintu api. Juga dapat pula digunakan dinding – dinding khusus.

Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian bencana (api) adalah dengan menempatkan tangga pada tempat Bagian penting dalam perencanaan pengisolasian bencana (api) adalah dengan menempatkan tangga pada tempat

Berkaitan dengan bencana kebakaran, ruangan museum terbagi dua: (1) Ruangan – ruangan di mana air untuk memadamkan api dapat

juga merusak seperti halnya api itu sendiri Contoh : Ruang Pamer, Ruang Kuratorial, Ruang Penyimpanan.

(2) Ruang yang bila ada kerusakan tidak akan terlalu serius. Contoh : Bengkel mekanik, penyimpanan barang persediaan peralatan, peti.

Ruang yang disebutkan pertama sebaiknya tidak menggunakan air sebagai pemadam tapi CO 2 yang dapat

dipasang otomatis ataupun portable.

Ruangan yang punya perlindungan air otomatis biasanya adalah basement sehingga dapat dipasang instalasi air di sana. Sedangkan ruang bagian atas basement tidak memerlukanya tetapi perlu diawasi atau dijaga jika ada keadaan darurat. Juga dipasang alarm api atau alat deteksi. Di bagian – bagian tertentu harus disediakan selang air dan perlengkapan kebakaran yang lain.

Berkaitan pula dengan perlindungan terhadap api adalah masalah yang timbul akibat resiko perang dan juga gempa bumi. Resiko bahaya dari hal ini dapat muncul dengan pemakaian kaca di atas kepala yang terlalu berlebihan atau kontruksi lain yang rendah tingkat keselamatannya.

Ada dua sistem alat pendeteksi yang dikenal, yaitu : (1) Pendeteksi panas ( thermal detector ), yang akan bereaksi

terhadap perubahan suhu. (2) Pendeteksi asap ( smoke detector ), yang bereaksi terhadap gas atau aerosol yang keluar pada saat kebakaran.

Mengenai alat pemadam kebakaran dapat dipilih di bawah ini : (1) Sistem penyemprotan ( sprinkle system ) (2) Sistem pemadaman dengan gas (gas system) (3) Tabung pemadaman api (portable fire extinguisher)

Untuk ruang penyimpanan koleksi seperti ini, maka portable fire extinguisher, yaitu dari jenis dry chemical extinguisher kiranya paling menguntungkan, karena tepung residu yang ditinggalkan tidak merusak semua jenis benda.

2.3.7 Sistem Display Pameran

Display pameran menyangkut beberapa hal, diantaranya: a) Benda koleksi

Sistem display pada museum menyangkut beberapa hal, yaitu mudah tidaknya barang pajang dapat dinikmati pada suatu pameran dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu : (1) Ukuran barang detail kritisnya. (2) Kontras benda-benda dengan latar belakangnya dan kontras

sekitarnya. (3) Penerangan dan kecerahan benda tersebut. (4) Warna cahaya yang menerangi benda itu. (5) Waktu saat melihat

b) Faktor Penglihatan Yaitu mudah tidaknya barang pajang dapat dinikmati pada

suatu pameran, dapat ditinjau dari berbagai faktor, yaitu: (1) Ukuran barang detail kritisnya (2) Kontras benda – benda dengan latar belakangnya dan kontras

sekitarnya (3) Penerangan dan kecerahan benda tersebut (4) Warna cerah yang menerangi benda itu (5) Waktu saat melihat

Gambar 2.16

Jarak dan Sudut Pandang yang Baik

Sumber: (Julius Panero, Human Dimension and Interior Space, 1979 : 195)

Gambar 2.17

Daerah Visual Manusia dalam Bidang Horizontal dan Vertical Sumber : (Julius Panero, Human Dimension and Interior Space, 2003 : 290)

Gambar 2.18

Gerakan Kepala Manusia Horizontal dan Vertical dalam Mengamati Materi Koleksi Sumber : (Julius Panero Human Dimension and Interior Space, 2003 : 290)

Garis pandang baku berada pada garis horizontal 0 derajat, tapi pada kenyataanya garis pandang alami berada di bawah garis horizontal dan sedikit beragam dan tergantung pada masing-masing orang. Saat berdiri garis pandang normal berada pada 10 o , saat duduk 15 o , saat rileks 30 o dan 38 o di bawah garis horizontal.

Keterbatasan jarak pandang mata manusia berupa batas pandangan mata manusia tanpa menggerakkan bola matanya (Polychromatic) . Batas pandangan itu dalam bidang vertikal dan horisontal. Batas pandangan mata manusia normal yaitu: Vertikal

- max.50 , min 27 di atas sumbu mata - max 40 , min 10 di bawah sumbu mata

Horizontal

- max 79  di bawah sumbu mata Gerakan kepala pada garis horizontal, tersusun berdasar rotasi leher dan gerak sekitar 45 o kekiri dan kanan, dapat dicapai tanpa kesulitan oleh semua orang.

c) Sistem Penyajian Materi Koleksi Pengelompokan benda – benda menurut jenis dan bentuknya dapat mempermudah pemilihan sistem penyimpanan yang paling sesuai untuknya. Kelompok yang ada misalnya: benda – benda keramik / batuan, lukisan / foto, senjata / peralatan, pakaian, buku – buku dan barang cetak, film / video cassette dan lain – lain.

Bentuk penyajian berbeda – beda pula, ada yang berupa lemari berpintu, rak terbuka, laci – laci atau gantungan yang dapat digeser – geser. Berapa banyak yang diperlukan untuk setiap kelompok tergantung dari jumlah benda yang ada atau yang akan ada.

Cara penyajian materi koleksi dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni : (1) Berdasarkan Bentuk Penyajian ( wadah materi koleksi yang

ditampilkan ). (a) Bentuk sistem panel ( Panel System )

Gambar 2.19

Penyajian untuk benda 2 D : Gambar, bagan, grafik, lukisan, stiker, dan foto

(b) Bentuk sistem boks khusus

Gambar 2.20

Penyajian untuk benda 2D dan 3D : gambar, foto, benda – benda kecil yang berharga, benda – benda dari kulit dan tekstil, palaentologi dan geologi, dan lain - lain.

(c) Bentuk sistem boks standar (stand box)

Gambar 2.21

Penyajian untuk benda 3D : batuan, peralatan, miniatur, replika, patung, dan sebagainya .

(d) Bentuk vitrin

Gambar 2.22

Penyajian benda 3D : Benda – benda kecil yang berharga, benda – benda dari kulit, paleontologi dan geologi, dan lain - lain.

MATERI 3D TEKS DATA KOLEKSI

KACA

MATERI 2D

BOX KHUSUS STANDART

(e) Bentuk sistem diorama

Gambar 2.23

Penyajian untuk benda 3D : Diorama suatu peristiwa / kisah, diorama, suatu tema pameran, dll.

(2) Berdasarkan Aspek Aksentualisasi yang ditampilkan.

Aksentualisasi dari materi yang ditampilkan dapat dilakukan dengan beberapa cara, hal ini dimaksudkan agar :

(a) Benda / materi koleksi dapat sebagai point of interest (b) Aspek estetika lebih ditonjolkan pada materi koleksi

sehingga akan menambah daya tarik pengamat. (c) Persepsi dan penghayatan komunikasi dapat lebih detail

dan telliti. Adapun cara yang dilakukan adalah dengan : (a) Perbedaan tinggi lantai (split level)

Penyajian untuk benda 3D: peralatan, miniatur, replika patung, dll. Aksentualisasi yang ditampilkan : - materi koleksi sebagai point of interest - kecenderungan komunikasi visual lebih detail

Gambar 2.24

(b) Sistem mezanin

Dipakai pada ruang pamer yang multi level

sehingga memungkinkan terjadinya interaksi pengamat dari ruang atas dengan materi koleksi di ruang bawah. Penyajian untuk benda 3D : peralatan, miniatur, replika patung,dll. Aksentualisasi yang ditampilkan. - mengurangi penggunaan sekat dinding sehingga kebebasan ruang terbentuk .

Gambar 2.25

(c) Memasukkan dalam dinding dengan dekorasi mural.

Penyajian untuk benda 2D dan 3D yang berkaitan dengan dekoratif mural.. Aksentualisasi yang ditampilkan. - materi koleksi diperagakan pada lubang dinding dengan penerangan diatasnya yang terfokus -

aksentualisasi menunjukkan materi koleksi lebih menonjol.

Gambar 2.26

(d) Split level plafon/langit – langit

Penyajian untuk benda 2D dan 3D Aksentualisasi yang ditampilkan. - penurunan celling pada materi koleksi dengan fokus penerangan dapat meningkatkan daya tarik obyek pamer. - materi koleksi sebagai pusat utama

Gambar 2.27

MATERI KOLEKSI

(3) Berdasarkan Faktor Teknologi

Penggunaan teknologi modern sangat mendukung fungsi dan suasana yang ingin ditampilkan, yaitu bersifat informatif, edukatif, dan rekreatif. Hal ini akan menimbulkan persepsi pengamatan yang lebih detail dan teliti.

(a) Sistem display film/sinematografi

Penyajian berupa teater film / multi media yang menggambarkan suatu peristiwa / kisah yang sesuai dengan tema museumnya. Gambar 2.28

(b) Sistem display komputer / monitor tv Gambar 2.29 Penyajian menggunakan program komputer, baik dengan sistem layar lebar atau tidak.

(c) Sistem display remote kontrol dan tata lampu

Gambar 2.30

Penyajian materi dapat berupa materi koleksi 2D ( grafik, bagan interktif ) dengan dilengkapi tombol pengatur. Atau materi 3D ( miniatur suatu proses produksi, maket) yang dilengkapi display tata lampu yang menarik

R. PROYEKTOR

SCREEN

CONTROL PROGRAMING

TV LAYAR LEBAR

(d) Sistem materi koleksi berputar

Gambar 2.31

Penyajian berupa materi 3D dengan ukuran kecil dan sedang ( 0,5 m² - 3,0m²) serta persyaratan berat maksimum 150 kg

(4) Berdasarkan Kronologis

Yaitu koleksi yang dipamerkan disusun dari yang muda usianya.

d) Persyaratan Media Display Koleksi Kerangka ( penutup ) rak, tembaga atau aluminium ditutup satin atau dicat ( mesti jarang ). Kerangka harus kuat, tahan debu dan kutu, tahan lembab, aman terhadap pencuri namun mudah dibuka dan baik kelihatannya. Penutupnya harus terkunci atau didukung dengan sekrup supaya tidak banyak kunci. ( Vail, Coleman Laurence,1950:235)

Pencahayaan dengan membuat isi rak lebih bercahaya dari pada sekelilingnya, yaitu cara penggunaan lampu dalam frame atau kerangka tetapi model ini akan memancarkan udara dan merusak obyek, usaha lain adalah dengan lampu TL dan juga lampu yang diberi filter.

Rak kelompok, rak untuk diorama atau kelompok lingkungan tertentu. Rak ini dipasang tertanam di dinding. Dapat pula digunakan rak – rak diorama kecil. Lampu rak ini mempunyai peran penting sebagai kesan dramatis.

Lampu pameran, perlu untuk memberi tambahan permukaan pameran dan juga untuk membagi panjang dinding dan membagi lantai ruangan. Besar ukuran layar harus selaras dengan skala

REMOTE CONTROL

PETA TEKTONIK

LAMPU

galeri lukisan. Juga dapat disediakan kursi – kursi kecil yang dapat diputar untuk orang – orang yang duduk dekat obyek di display vertikal. Kursi kecil dari meja untuk kelompok umur yang berukuran

sesuai, diperlukan di museum umum.

Persyaratan – persyaratan dalam perencanaan pembuatan vitrin sebagai berikut : 1) Keamanan benda koleksi harus terjamin.

2) Memberi kesempatan kepada pengunjung agar lebih leluasa dan mudah serta enak melihat koleksi yang ditata di dalamnya.

3) Pengaturan cahaya dalam vitrin tidak boleh menggangu

koleksi maupun menyilaukan pengunjung.

4) Bentuk vitrin harus disesuaikan dengan dinding. Menurut bentuknya vitrin terbagi atas dua macam, yaitu:

1) Vitrin tunggal

2) Vitrin ganda

2.3.8 Furniture

Furniture merupakan bagian penting dalam interior, dan secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu :

a) Barang-barang bergerak bebas, dalam arti ini tidak menyatu atau tidak terlihat pada elemen-elemen ruang, misalnya kursi dan meja.

b) Barang-barang yang masih terikat dengan ruang dimana barang itu berada (built-in). Contohnya : rak, lemari yang menyatu dengan dinding, tempat duduk yang menjadi satu dengan lantai.

Furniture yang dibutuhkan dapat ditentukan melalui macam kegiatannya untuk itu perlu adanya pengelompokan furniture seperti dibawah ini :

a) Sifat Peletakan.

Terdiri dari Bulit – in dan Furniture yang bergerak bebas.

b) Ukuran.

Ukuran adalah penting terutama dalam penyesuaian dengan besaran ruang dan kebutuhan dalam penggunaan.

c) Bentuk.

d) Fungsional/Struktural, adalah furniture yang didesain atas dasar kepentingan fungsi dan pemanfaatan bahan dan teknik yang maksimal.

e) Tema, adalah kelompok furniture yang secara visual memberi

suatu tema tertentu.

f) Khusus, adalah furniture yang direncanakan khusus guna suatu

kepentingan.

Penyusunan letak furniture (lay-out furniture) dilakukan dengan pertimbangan yang seksama dari pokok-pokok permasalahan berikut ini :

a) Penentuan daerah aktif dan pasif.

(1) Daerah aktif adalah daerah dimana terjadi kegiatan dengan frekuensi tinggi dan bersifat cepat, misalnya jalan untuk lalu lintas (flow), gang (lorong), daerah depan pintu, dan sebagainya.

(2) Daerah pasif adalah daerah yang mempunyai kegiatan dengan frekuensi rendah dan bersifat lambat dan lama. Daerah ini sesuai digunakan untuk kegiatan seperti untuk tempat duduk.

b) Bentuk Kegiatan.

Bentuk kegiatan menentukan susunan letak serta kelengkapan furniture.

c) Ukuran Gerak.

Ukuran gerak dimaksudkan untuk memperhitungkan ruang/jarak yang dibutuhkan oleh sikap gerak/kegiatan manusia.

2.3.9 Pertimbangan Desain

a) Bentuk

Ciri – ciri visual bentuk dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Wujud adalah ciri – ciri pokok yang memvisualkan bentuk. Wujud ialah hasil konfigurasi tertentu dari permukaan dan sisi suatu bentuk

(2) Dimensi adalah panjang, lebar dan tinggi. Dimensi – dimensi ini memerlukan adanya proporsi, adapun skalanya ditentukan oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap

bentuk – bentuk lain disekelilingnya. (3) Warna adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu benda atau bentuk. Warna adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual suatu bentuk.

(4) Tekstur adalah karakter permukaan suatu bentuk, tekstur mempengaruhi baik perasaan kita pada waktu menyentuh maupun kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaan bentuk tersebut.

(5) Posisi adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu

lingkungan atau medan visual. (6) Orientasi adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah mata angin atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya.

(7) Inertia visuil adalah derajat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita. (Francis DK Ching, 1996: 50)

b) Unsur – unsur desain

Ada beberapa unsur dasar di dalam desain yang meliputi unsur visual ( unsur yang dapat dilihat ) serta unsur yang tidak

Unsur – unsur yang melebur dalam desain membentuk satu kesatuan atau unity. Kesatuan bentuk dapat pula diperoleh dari pertimbangan :

(1) Proporsi yaitu hubungan antara ukuran bagian terhadap keseluruhan,

antara bagian yang satu dengan yang lain.

(2) Keseimbangan yaitu suatu kondisi atau kesan berat, tekanan, tegangan, sehingga memberi kesan kestabilan, tenang dan seimbang.

(3) Irama dapat diartikan sebagai pengulangan garis, bentuk, wujud, dan warna secara teratur dan harmonis. (4) Emphasis atau tekanan adalah suatu bentuk yang mendapat perhatian atau tingkat kekuatan tertentu, atau penonjolan bagian tertentu.

c) Warna

Warna penting dalam desain karena warna membawa misi untuk masing – masing benda yang selalu ada warna yang menyertai keberadaanya. Warna dapat pula menggambarkan perasaaan psikologis seseorang, seperti perasaan takut, ragu – ragu, berani, tenang dan sebagainya. Warna juga sering difungsikan sebagai alat untuk merekayasa suatu ruang sehingga tampak luas atau sempit. Warna juga dipengaruhi oleh cahaya, baik cahaya alami maupun cahaya buatan.

Disamping itu secara psikologis warna memiliki pengaruh terhadap perasaan manusia seperti yang diuraikan di bawah ini: (1) Biru, umumnya dinamakan warna menjauh, bersifat dingin,

baik dan tenang (2) Hijau, menyejukkan dan dapat mengurangi ketegangan

hidup. (3) Kuning, merangsang dan menarik perhatian. (4) Merah, menyenangkan dan merangsang otak memberi kesan

mewah dan kebahagiaan.

(5) Abu – abu, memberi efek dingin, sebaiknya dikombinasikan

dengan warna lain. (6) Orange, merangsang, dapat menimbulkan rasa sakit dan

kejenuhan. (7) Coklat, memberi pengaruh rasa segar, tenang, dan hangat. (8) Putih dapat mematikan semangat jika tidak dikombinasikan

dengan warna – warna emas. (9) Hitam, cenderung memberi pengaruh menekan, bila digunakan dengan warna lain berfungsi menunjang intensitas warna tersebut.

d) Elemen Estetis

Aksesoris dalam Desain Interior merujuk pada benda- benda yang memberi kekayaan estetika dan keindahan dalam ruang, benda-benda tersebut dapat menimbulkan kegembiraan visual untuk mata, tekstur yang menarik untuk diraba atau sebagai stimulan perasaan. Pada akhirnya, baik sendiri-sendiri atau bersama-sama, aksesoris adalah bukti jelas hunian.

Kekayaan visual dan rasa pada suatu tatanan interior dapat berupa : (1) Manfaat : alat-alat dan objek-objek yang memang berguna. (2) Incidental

: Elemen-elemen dan kelengkapan arsitektur

(3) Dekoratif

: benda seni dan tanaman. (Francis DK

Ching, 1996: 272-275).

e) Tema

Dalam suatu perancangan desain interior, tema memegang peranan yang penting, karena tema dapat memberikan suatu suasana tertentu dan membentuk karakter ruangan tertentu.

Sebuah tema harus dapat menjawab dan memberikan pemecahan bagi permasalahan desain, sehingga tampilan desain yang dihasilkan dapat memenuhi tuntutan kegiatan dan fungsi ruang yang sesungguhnya.

Dalam buku Interior design in the 20 th Century disebutkan bahwa tema yang sesungguhnya adalah suatu elemen utama Dalam buku Interior design in the 20 th Century disebutkan bahwa tema yang sesungguhnya adalah suatu elemen utama

Secara garis besar tema yang diterapkan pada museum harus disesuaikan dengan karakteristik dari kegiatan museum itu sendiri, yakni bersifat non formal. Tema dan nuansa yang hendak dicapai diaplikasikan melalui penggunaan bahan dan warna unsur pembentuk ruang, pengisi ruang maupun elemen estetis yang mendukung suasana.

2.4.1 Tinjauan Umum Kota Surabaya

Peta Kota Surabaya

Data Singkat Kota Surabaya

Hari jadi

Kabupaten / Kota

29 kabupaten / 9 kota

Kepadatan Penduduk

37.070.731 jiwa (2005)

Suku bangsa Jawa, Madura, Tionghoa, Arab Bahasa

Indonesia, Jawa

Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hucu

Zona waktu

WIB

Kode telepon 031

Tabel 2.13 Data Kota Surabaya

Sumber : http://www.surabaya.go.id

Kota Surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. Kata Surabaya konon berasal dari cerita mitos pertempuran antara sura (ikan hiu) dan baya (buaya) dan akhirnya menjadi kota Surabaya. Sumber: http://www.surabaya.go.id

2.4.2 SEJARAH KOTA SURABAYA

Nama Surabaya muncul sejak awal pertumbuhan kerajaan Majapahit. Nama Surabaya diambil dari simbol ikan Sura dan Buaya. Simbol itu sesungguhnya untuk menggambarkan peristiwa heroik yang terjadi di kawasan Ujung Galuh (nama daerah Surabaya di masa silam), yakni pertempuran antara tentara yang dipimpin Raden Widjaja dengan pasukan tentara Tar Tar pada tanggal 31 Mei 1293. Tanggal itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Surabaya.

Awalnya Kota Surabaya adalah kawasan perkampungan atau pedesaan di pinggiran sungai. Nama-nama kampung yang kini masih ada seperti Kaliasin, Kaliwaron, Kalidami, Ketabangkali, Kalikepiting, Darmokali, dan sebagainya adalah bukti yang menjelaskan bahwa kawasan Surabaya adalah kawasan yang memiliki banyak aliran air / sungai. Secara geografis kawasan Surabaya merupakan kawasan yang berada di dekat laut dan aliran sungai besar (Brantas, dengan anak kalinya).

Lokasi Surabaya yang berada di pinggir pantai, menjadi lintasan hilir mudik manusia dari berbagai wilayah. Surabaya, menjadi pertemuan antara orang pedalaman pulau Jawa dengan orang dari luar. Kemudian pada tahun 1612 Surabaya sudah merupakan bandar perdagangan yang sangat ramai. Peranan Kota Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat penting sejak lama. Saat itu sungai Kalimas merupakan sungai yang Lokasi Surabaya yang berada di pinggir pantai, menjadi lintasan hilir mudik manusia dari berbagai wilayah. Surabaya, menjadi pertemuan antara orang pedalaman pulau Jawa dengan orang dari luar. Kemudian pada tahun 1612 Surabaya sudah merupakan bandar perdagangan yang sangat ramai. Peranan Kota Surabaya sebagai kota pelabuhan sangat penting sejak lama. Saat itu sungai Kalimas merupakan sungai yang

barang berharga dari pedalaman. Kota Surabaya juga sangat berkaitan dengan revolusi kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak penjajahan Belanda maupun Jepang, rakyat Surabaya (Arek Suroboyo) bertempur habis-habisan untuk merebut kemerdekaan. Puncaknya pada tanggal 10 Nopember 1945, Arek Suroboyo berhasil menduduki Hotel Oranye (sekarang Hotel Mojopahit) yang saat itu menjadi simbol kolonialisme. Karena kegigihannya itu, maka setiap Tanggal 10 Nopember, Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pahlawan. Hingga saat ini bekas-bekas masa penjajahan terlihat dengan masih cukup banyaknya bangunan kuno bersejarah di sini.

Sumber: http://www.surabaya.go.id

2.5 Tinjauan 3 Dinasti

2.5.1 Dinasti Ming

Dinasti Ming (1368 - 1644) adalah dinasti satu dari dua dinasti yang didirikan oleh pemberontakan petani sepanjang sejarah Cina. Dinasti ini adalah dinasti bangsa Han yang terakhir memerintah setelah Dinasti Song. Pada tahun 1368 Zhu Yuanzhang berhasil mengusir bangsa Mongol kembali ke utara dan menghancurkan Dinasti Yuan yang mereka dirikan. Ia mendirikan dinasti Ming, dengan ibukotanya di Yingtian (sekarang Nanjing) sebelum putranya, Zhu Di, yang menjadi kaisar ke-3 memindahkan ibukota ke Shuntian (sekarang Beijing). Yingtian kemudian berganti nama menjadi Nanjing (ibukota selatan).

Awal Dinasti Ming ditandai dengan masa-masa ketenangan dan kemakmuran di bawah Kaisar Hongwu, Zhu Yuanzhang. Kaisar Hongwu melakukan reformasi pada sistem pemerintahan dan birokrasi dengan membentuk organ birokrasi baru yang saling mengimbangi untuk Awal Dinasti Ming ditandai dengan masa-masa ketenangan dan kemakmuran di bawah Kaisar Hongwu, Zhu Yuanzhang. Kaisar Hongwu melakukan reformasi pada sistem pemerintahan dan birokrasi dengan membentuk organ birokrasi baru yang saling mengimbangi untuk

Di penghujung Dinasti Ming, pemberontakan marak di seluruh negara dan pada puncaknya, Beijing jatuh ke tangan pemberontak yang dipimpin oleh Li Zicheng. Kekalahan ini menyebabkan Chongzhen menggantung diri di bukit di belakang Kota Terlarang. Li yang bersengketa dengan Wu Sangui menangkapi keluarganya di Beijing menyebabkan Wu memutuskan untuk menyerah kepada suku Manchu yang kemudian menaklukkan Li Zicheng dan menguasai Beijing pada tahun 1644.

Setelah Beijing dikuasai oleh suku Manchu, mereke kemudian mendirikan Dinasti Qing yang menandai runtuhnya Dinasti Ming. Sisa- sisa kekuatan yang setia kepada Dinasti Ming kemudian mengungsi ke selatan Cina dan meneruskan perlawanan secara terpisah. Dalam sejarah, kekuatan ini dikenal sebagai Ming Selatan. Ming Selatan kemudian berhasil dihancurkan oleh Kaisar Kangxi pada tahun 1683.

a. Awal Berdiri

Dinasti Yuan adalah dinasti yang didirikan oleh bangsa Mongol yang dianggap sebagai bangsa asing oleh suku Han. Diskriminasi kekaisaran terhadap suku Han yang mayoritas sangat kentara dengan pembagian kasta yang didasarkan atas etnisitas. Suku Han dialokasikan di dua kasta terendah pada zaman tersebut.

Penghujung Dinasti Yuan juga ditandai dengan pemerintahan yang korup, pajak dan inflasi yang tinggi. Hal ini diperparah dengan tingkah laku bangsawan Mongol yang sewenang-wenang. Kekaisaran kemudian mengganti mata uang yang telah beredar sejak zaman Kublai Khan dengan mata uang baru. Mata uang baru ini kemudian dicetak dalam jumlah besar Penghujung Dinasti Yuan juga ditandai dengan pemerintahan yang korup, pajak dan inflasi yang tinggi. Hal ini diperparah dengan tingkah laku bangsawan Mongol yang sewenang-wenang. Kekaisaran kemudian mengganti mata uang yang telah beredar sejak zaman Kublai Khan dengan mata uang baru. Mata uang baru ini kemudian dicetak dalam jumlah besar

Tahun 1351, Sungai Kuning meluap menyebabkan banjir besar. Bencana ini memperparah kondisi perekonomian yang telah sangat kacau. Kekaisaran kemudian memerintahkan seluruh ratusan ribu petani dan tentara untuk memperbaiki bendungan Sungau Kuning. Kerja paksa ini menyebabkan ketidakpuasan rakyat mencapai puncaknya.

b. Pemberontakan Petani

Hiperinflasi dan ketidakpuasan atas kerja paksa menanggulangi bencana banjir Sungai Kuning menyebabkan pecahnya pemberontakan petani secara massal. Pemberontakan ini dikenal dengan Pemberontakan Serban Merah yang meletus pada bulan Mei 1351.

Tahun berikutnya, Guo Zixing memimpin pemberontakan dan berhasil menguasai wilayah Haozhou (sekarang Kabupaten Fengyang, Anhui). Pada saat ini, Zhu Yuanzhang ikut berpartisipasi dan berjasa dalam beberapa pertempuran. Jasa Zhu kemudian menarik perhatian Guo yang akhirnya menikahkan putri angkatnya kepada Zhu. Setelahnya, Zhu kemudian meninggalkan Haozhou dan memperkuat diri sendiri. Tahun 1356, dengan kekuatannya sendiri, ia berhasil menaklukkan Jiqing (sekarang Nanjing, Jiangsu) dan mengganti nama menjadi Yingtian. Yingtian inilah yang kemudian menjadi ibukota yang baru setelah Dinasti Ming berdiri.

c. Berdirinya Dinasti Ming

Zhu Yuanzhang kemudian memutuskan untuk berbasis di Yingtian untuk memusatkan kekuatan demi mempersatukan daratan Cina. Pada awalnya, situasi Zhu di wilayah Yingtian sangat tidak strategi buat mengumpulkan kekuatan dalam waktu singkat. Kemudian ia menerima nasihat Zhu Sheng untuk memperkuat pertahanan dan memusatkan perhatian pada perbaikan logistik dan tidak terlalu gegabah untuk mengangkat diri sendiri menjadi raja.

Kebijakan ini menyebabkan Zhu dapat memperkuat dirinya dalam waktu singkat. Ia kemudian menyerang kekuatan pemberontak lainnya,

Chen Youliang pada tahun 1360. Ia kemudian berhasil memukul mundur pasukan Chen ke Jiangzhou, wilayah pesisir sebelah timur Yingtian. Dalam waktu tiga tahun, Zhu berhasil menghancurkan kekuatan Chen.

Tahun 1367, Zhu berhasil menaklukkan Zhang Shicheng, pemberontak lainnya dan menguasai Pingjiang (sekarang Suzhou, Jiangsu). Dalam tahun yang sama, Zhu juga menghancurkan kekuatan Fang Guozhen yang pada saat itu menguasai wilayah pesisir Zhejiang. Setelah keberhasilan ini, Zhu Yuanzhang mengangkat diri sebagai kaisar pada tahun 1368, memulai sejarah Dinasti Ming selama 300 tahun ke depan. Ia menetapkan Hongwu sebagai tahun pemerintahan sehingga ia dikenal juga sebagai Kaisar Hongwu. Di tahun itu juga, Kaisar Hongwu melakukan ekspedisi ke utara untuk mempersatukan Cina. Kekaisaran Yuan yang saat itu telah melemah tidak dapat menghambat tentara Ming yang saat itu bermoral tinggi karena kemenangan demi kemenangan. Ibukota Yuan, Dadu berhasil dikuasai dan dibumi-hanguskan atas perintah Kaisar Hongwu. Suku Mongol kemudian berhasil diusir kembali ke padang rumput Mongol. Setelah berhasil menghancurkan Dinasti Yuan, Kaisar Hongwu menaklukan pemberontak Ming Yuzhen di Sichuan pada tahun 1371. Sepuluh tahun kemudian, hancurnya kekuatan Raja Liang dari Dinasti Yuan di Yunnan mengukuhkan penyatuan Cina daratan di bawah Dinasti Ming. (Sumber :Ivan Taniputera, History Of China, Bab 15, Halaman 461)

2.5.2 Dinasti Qing

Dinasti Qing (1644 - 1911), dikenal juga sebagai Dinasti Manchu dan adalah satu dari dua dinasti asing yang memerintah di Cina setelah dinasti Yuan Mongol dan juga adalah dinasti yang terakhir di Cina. Asing dalam arti adalah sebuah dinasti pemerintahan non-Han yang dianggap sebagai entitas Cina di zaman dulu. Dinasti ini didirikan oleh orang Manchuria dari klan Aisin, kemudian mengadopsi tata cara pemerintahan dinasti sebelumnya serta meleburkan diri ke dalam entitas Cina itu sendiri.

a. Masa Keemasan

Dinasti Qing mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Kaisar Kangxi (memerintah 1662 - 1722), Yongzheng (1723 - 1735) dan Qianlong (1735 - 1796).Pada tahun 1661 kaisar Shunzhi meninggal pada usia 24 tahun dan digantikan oleh putra keempatnya, Aixinjueluo Xuanyue sebagai Kaisar Kangxi. Pada masa awal pemerintahannya, Kaisar Kangxi dibantu oleh 4 Mentri Wali dan dibina oleh neneknya, Ibusuri Xiaozhuang. Pada tahun 1669, Kaisar Kangxi berhasil menggagalkan rencana salah satu Mentri Walinya, Aobai yang ingin memberontak. Ia juga berhasil meredam Pemberontakan Tiga Raja Muda (salah satunya adalah Wu Sangui, yang diberi wilayah dan gelar pangeran karena jasanya) dan pemberontakan suku-suku dari Mongolia. Taiwan yang dikuasai keluarga Zheng yang setia pada dinasti Ming, berhasil dikuasai pada tahun 1683. Perjanjian perbatasan dengan Rusia juga dibuat tahun 1689. Sepeninggal Kaisar Kangxi pada tahun 1722, putranya yang keempat pangeran Yong (terlahir Aixinjueluo Yinzhen) naik tahta sebagai Yongzheng. Pemerintahannya diwarnai dengan sengketa antara pangeran, yang merasa naiknya Kaisar Yongzheng adalah rekayasa. Kaisar Yongzheng dikenal sebagai kaisar yang pekerja keras. Pada masa pemerintahannya ekonomi negara Qing menguat.

Pangeran Bao (Aixinjueluo Hongli) menggantikan ayahnya dengan era Qianlong pada tahun 1735. Pada masa pemerintahannya wilayah Qing Raya diperluas oleh kesuksesan Kampanye-kampanye Militernya yang dikenal sebagai Sepuluh Kampanye Besar. Sayangnya masa-masa akhir pemerintahannya tercemar oleh praktek korupsi oleh para pejabat, salah satunya oleh menteri kesayangannya Heshen. Demi menunjukkan baktinya pada kakeknya kaisar Kangxi, kaisar Qianlong turun tahta sebelum lamanya memerintah menyamai kaisar Kangxi dan menyerahkan tahta pada putranya yang kelimabelas Pangeran Jia (Aixinjueluo Yongyan). Pangeran Jia menjadi Kaisar Jiaqing dan ia sendiri menjadi kaisar emeritus (Taishanghuang) tetapi tetap memegang kendali pemerintahan sampai meninggal. Sepeninggal ayahnya, Kaisar Jiaqing kemudian mengeksekusi

Heshen dengan tuduhan korupsi dan menyita kekayaannya. Korupsi yang mulai merajalela dalam pemerintahan pada masa akhir kaisar Qianlong, menandakan mulai melemahnya dinasti Qing.

b. Wilayah

Luas wilayah Dinasti Qing pada masa puncaknya pernah mencpai

12 juta kilometer persegi. Pada akhir abad ke-16, Ketsaran Rusia mengadakan ekspansi ke timur. Pada waktu tentara Dinasti Qing menyerbu masuk ke pedalaman, pasukan Ketsaran Rusia dengan menggunakan kesempatan itu menduduki Yaksa dan Nibuchu. Pemerintah Dinasti Qing berkali-kali menuntut agresor Ketsaran Rusia menarik diri dari wilayah Tiongkok. Tahun 1685 dan 1686, Kaisar Kangxi memerintahkan tentara Dinasti Qing dua kali menyerbu pasukan Ketsaran Rusia di Yaksa. Ketentaraan Rusia terpaksa menyetujui mengadakan perundingan untuk menyelesaikan masalah perbatasan sektor timur Tiongkok-Rusia. Tahun 1689, wakil-wakil Tiongkok dan Rusia mengadakan perundingan di Nichersink. Dan secara resmi menandatangani perjanjian perbatasan pertama, yaitu Perjanjian Nibuchu.

c. Sosial Budaya dan Agama

Dalam pemerintahan Dinasti Qing mempunyai kebudayaan yang unik, yang mana kebudayaan tersebut mengikuti kebudayaan masyarakat Manchu. Masyarakat Manchu memiliki gaya rambut yang istimewa. Mereka menggunting semua rambut di bagian depan kepala dan menjadikan rambut di bagian belakang kepala sebagai tocang yang panjang. Akan tetapi hal tersebut menjadi sebuah perdebatan, karena hal tersebut sangatlah menghina bangsa Han, yang mana bangsa mereka sangatlah menjunjung atau menganggap bahwa rambut adalah suatu turunan dari leluhur yang memang patut untuk dilestarikan.

Dalam hal arsitektur, pemerintahan Qing pada umumnya mewarisi tradisi dari Dinasti Ming, yang mana mereka beranggapan bahwa bangunan adalah sesuatu hal yang penting dalam teknologi pembinaan dan kemegahannya. Beijing, ibunegara Dinasti Qing telah memelihara pada asasnya keadaan asalnya daripada Dinasti Ming. Di dalam kota terdapat 20 Dalam hal arsitektur, pemerintahan Qing pada umumnya mewarisi tradisi dari Dinasti Ming, yang mana mereka beranggapan bahwa bangunan adalah sesuatu hal yang penting dalam teknologi pembinaan dan kemegahannya. Beijing, ibunegara Dinasti Qing telah memelihara pada asasnya keadaan asalnya daripada Dinasti Ming. Di dalam kota terdapat 20

Dalam periode tersebut, pembinaan Cina juga telah menggunakan kaca dari luar negara. Selain itu, rumah penduduk yang bergaya bebas dan beraneka ragam telah banyak digunakan. Bangunan Agama Budhha Tibet yang bergaya unik telah banyak digunakan dalam period tersebut. Bahkan bangunan kuil telah mereka perbarui. Mereka telah menciptakan seni bangunan yang beraneka ragam, contohnya adalah bangunan Kuil Yonghe dan beberapa kuil agama Budha Tibet yang digunakan di Chengde, Provinsi Hebei Cina. Pada periode akhir Dinasti Qing, bangunan yang dibina dengan seni bina Cina dengan barat juga telah digunakan di Cina.

Dinasti Qing juga mengadopsi cara-cara dari dinasti Ming terutama anutan Konghucu. Walaupun pada awalnya pembauran antara bangsa Han dan Man dilarang demi untuk mempertahankan budaya dan ciri bangsa Manchu, pada akhir abad ke 19 bangsa Manchu sudah sangat membaur dengan bangsa Han dan kehilangan banyak identitas mereka, contohnya bahasa Manchu yang lama kelamaan digantikan hampir sepenuhnya dengan bahasa Mandarin, bahkan dalam lingkungan keluarga kerajaan.

Bahkan pakaian Cina tradisional atau yang sering disebut Hanfu, juga digantikan dengan pakaian gaya Manchu, yaitu Qipao (pakaian akar panji panji) dan Tangzhuang. Budaya tersebut harus diikuti oleh rakyat Cina. Dan apabila ada rakyat Cina yang tidak menggunakannya maka akan dikenakan hukuman. Dan hukuman bagi yang tidak mematuhi undang- undang itu adalah hukuman mati. (Sumber : Ivan Taniputera, History Of China, Bab 16, Halaman 495)

2.5.3 Dinasti Shang (1600—1046 SM)

Dinasti yang mengantikan Dinasti Xia dalam sejarah Cina. Sekitar tahun 1600 SM, Dinasti Shang didirikan oleh pemimpin suku Shang, Tang Dinasti yang mengantikan Dinasti Xia dalam sejarah Cina. Sekitar tahun 1600 SM, Dinasti Shang didirikan oleh pemimpin suku Shang, Tang

a. Asal Usul Dinasti Shang

Akhir dari pemerintahan Dinasti Xia, kekacauan dalam pemerintahan Dinasti Xia sendiri tidak pernah terkendali, ganguan dan serangan dari luar juga tidak pernah berhenti, setelah naik takhta, Jie juga tidak berusaha mengubah kondisi, malahan semakin lalim dan kejam, sehingga para bangsawan akhirnya mulai memberontak. Pada sekitar tahun 1600 SM, pemimpin dari suku Shang, Tang bergabung dengan suku bangsa lainnya mengulingkan Dinasti Xia, dan mendirikan Dinasti Shang. Pada awalnya suku Shang ber-ibukota di Bo (sekarang Shangqiu Propinsi Henan), setelah mengalahkan Dinasti Xia, memindahkan ibukota ke barat dan tetap disebut dengan nama Bo (sekarang Yanshi Propinsi Henan).

Setelah naik takhta, Tāng memerintah dengan bijaksana terhadap rakyatnya, dengan bantuan dari menteri-menteri berbakat seperti Yiyin dan

Zhòngyuán, negara semakin kuat dan makmur. Setelah Tāng meninggal, oleh karena putra sulungnya Dading mati muda, maka singgasana

diwariskan kepada adik Dading, Waibing; setelah Waibing meninggal, digantikan oleh adiknya Zhongren dan setelah Zhongren meninggal, singgasana diwariskan kembali kepada putra dari Dàdīng, Tàijiǎ. Tahun ketiga pemerintahan Tàijiǎ, oleh karena memerintah dengan tidak benar dan tidak bermo ral, Tàijiǎ diasingkan oleh Yiyin ke istana Tonggong. Setelah tiga tahun tinggal di istana Tonggong, Taijia merasa sangat menyesal, sehingga akhirnya Yiyin menjemput dan menyerahkan kembali kekuasaan kepadanya.

Pada mulanya, Dinasti Shang beberapa kali memindahkan ibukota- nya, sampai terakhir pada masa pemerintahan Pangeng, menetapkan ibukota di Yin (sekarang Anyang Propinsi Henan), sehingga Dinasti Shang sering juga disebut sebagai Dinasti Yin. Setelah Pángeng memindahkan ibukota ke Yin, ekonomi masyarakat Dinasti Shang mengalami Pada mulanya, Dinasti Shang beberapa kali memindahkan ibukota- nya, sampai terakhir pada masa pemerintahan Pangeng, menetapkan ibukota di Yin (sekarang Anyang Propinsi Henan), sehingga Dinasti Shang sering juga disebut sebagai Dinasti Yin. Setelah Pángeng memindahkan ibukota ke Yin, ekonomi masyarakat Dinasti Shang mengalami

Setelah Wǔdīng meninggal, Dinasti Shang mulai mundur dan melemah. Raja terakhir Dinasti Shang, Dìxin atau Zhouwang berhasil

memajukan hubungan perekonomian dan kebudayaan dengan membuka hubungan dengan Cina bagian tenggara, perairan Sungai Huáihé dan Chángjiāng tetapi karena selalu terlibat dalam peperangan dan

membangun istana dalam skala besar, yang sangat menguras dan menghabiskan sumber daya manusia maupun kekayaan rakyat, sehingga menimbulkan kekecewaan dalam hati rakyat. Zhouwang mengerahkan 300 kereta perang, 3000 pasukan serangan depan, 4500 prajurit, dan bergabung dengan suku Qiang、Mao、Lu dan sebagainya, serentak menyerang Zhouwang, dan berhasil menyerang sampai ibukota Dinasti Shang, Chaoge (sekarang Kabupaten Qíxiàn, Kota Hèbì, Propinsi Henan).

Pada saat itu pasukan Shang sedang berperang melawan suku bangsa kecil di timur laut, sehingga terpaksa memakai budak dan prajurit tahanan untuk menghadapi perang di daerah Muye , 70 lǐ (satuan jarak) dari Cháogē. Para budak tidak ingin berperang untuk raja Shāng Zhouwang yang jahat dan lalim, sehingga pada saat-saat kritis, pasukan

Shāng tiba-tiba memutar arah, menyerang pasukan sendiri. Ternyata pasukan yang membelot adalah budak-budak dan prajurit tahanan yang sudah lama membenci Shang Zhouwang. Pasukan Shang menjadi kacau dan dengan mudah dihancurkan.

Setelah Pertempuran Mùyě, Shang Zhouwang yang sadar akan kekalahannya, tidak ingin pasukan Zhōu merebut dan memiliki istana dan

hartanya, ia memerintahkan bawahannya untuk mengumpulkan semua harta istana, dan membungkus diri dengan kain, berbaring diatas semua barang berharga tersebut, dengan api, membakar dan menghabisi hidupnya yang penuh dosa. Zhōu Wǔwáng atas dukungan dari berbagai suku bangsa

d an negara kecil, mendirikan Dinasti Zhōu, dinasti masyarakat budak d an negara kecil, mendirikan Dinasti Zhōu, dinasti masyarakat budak

Keluarga kerajaan yang selamat kemudian menjadi aristokrat dan sering membantu keperluan administrasi untuk pemerintah Dinasti Zhōu. Zhōu Chéngwáng melalui mangkubuminya, yang merupakan pamannya

sendiri, Zhōu Gōngdàn, menganugerahkan kepada saudara Shāng Zhòuwáng, Wéizǐ daerah bekas ibukota lama Dinasti Shāng商dan sekitarnya menjadi negara Sòng. Negara Sòng dan keturunan Dinasti Shāng masih meneruskan ritual kepada raja-raja Dinasti Shāng yang

meninggal dan bertahan sampai tahun 286sm. Antara legenda Korea and Cina menyatakan bahwa salah seorang pangeran Dinasti Shāng yang tidak puas, bernama Jīzǐ (Kija), menolak menyerahkan kekuasaannya kepada Dinasti Zhōu, memilih meninggalkan

Cina dengan sisa tentaranya dan mendirikan Gija Joseon dekat Pyongyang sekarang yang menjadi salah satu dari awal negara Korea (Go-, Gija-, dan Wiman- Joseon). Meskipun demikian Jīzǐ jarang sekali disebut dalam sejarah, dan ada yang menganggap cerita kepergiannya ke Joseon hanyalah mistik.

b. Wilayah Kekuasaan

Daerah kekuasaan Dinasti Sh āng timur mencapai lautan, barat mencapai bagian barat propinsi Shanxi, timur laut mencapai propinsi Liáoníng, selatan hingga sekitar Jiāngnán (tidak termasuk Propinsi Sìchuān、Yúnnán Guìzhōu dan daerah sekitar barat daya), dan merupakan salah satu kerajaan terbesar di dunia pada waktu itu, tetapi daerah pemerintahan utama masih di sekitar Zhōngyuán Mendirikan ibukota di Bò (sekarang Kabupaten Cáoxiàn Propinsi Shāndōng), dan beberapa kali pindah ibukota, terakhir Pángēng memindahkan ibukota ke Yīn (sekarang Desa Xiǎotúncūn, Ānyáng Propinsi Hénán), dan oleh karena itu, maka Dinasti Shāng sering juga disebut sebagai Dinasti Yīn.

c. Pemerintahan

Dinasti Shāng menetapkan beberapa struktur kenegaraan yang lebih sempurna. Pemerintah pusat membentuk dua departemen penting

yaitu departemen sekretariat urusan negara dan departemen tata hukum negara. Daerah-daerah diserahkan kepada para bangsawan, guna memperkuat pemeritahan didaerah, dan masih banyak pejabat dan pengawal istana. Sedangkan kekuasaan militer dan peralatan perang tetap ditangan keluarga kerajaan langsung, para negarawan juga menetapkan Xíngfá (hukuman) dan Jiānyù (penjara) yang sangat kejam. Selain itu, juga

menggunakan kepercayaan agama untuk memperkokoh kekuasaan pemerintah, raja Dinasti Shāng 商 bahkan menyebut diri sendiri sebagai

wakil dari Tuhan didunia ini, mengabungkan kekuasaan ketuhanan dan kekuasaan kerajaan.

d. Kondisi Ekonomi

Pertanian Dinasti Shāng sudah lebih maju, sudah bisa menggunakan berbagai jenis tanaman untuk diciptakan menjadi arak, sudah sanggup menciptakan peralatan perunggu yang lebih rapi dan bagus serta sudah bisa membuat keramik putih atau porselin. Oleh karena sangat berkembangnya pertukaran barang, sehingga telah muncul kota pada awal peradaban manusia, dan merupakan kerajaan yang sangat makmur pada

waktu itu. Oleh karena perdagangan Dinasti Shāng sangat maju, hubungan dagang dengan negara disekitarnya juga sangat banyak, sebutan pedagang

dalam bahasa Cina, Shāngrén (pedagang), adalah berasal dari sebutan orang-orang di negara sek itarnya terhadap orang dari Dinasti Shāng. Pertanian adalah bagian paling penting dalam bidang ekonomi, tanah pertanian lebih tertata dan teratur, jenis pertanian juga lebih banyak. Usaha pertenunan juga mengalami perkembangan ; peternakan sangat makmur, selain enam jenis ternak utama, juga berhasil memelihara ternak gajah.

e. Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan

Pada zaman Dinasti Shāng, mulai dikembangkan kemampuan kerajinan besi, kerajinan keramik dan porselin, perdagangan juga sangat pesat. Dari hasil penemuan tulang ramalan (Jiǎgúwén) membuktikan Pada zaman Dinasti Shāng, mulai dikembangkan kemampuan kerajinan besi, kerajinan keramik dan porselin, perdagangan juga sangat pesat. Dari hasil penemuan tulang ramalan (Jiǎgúwén) membuktikan

musik dan seni tari; seperti Diāosù yang merupakan salah satu seni paling terkenal pada masyarakat perbudakan Dinasti Shāng. (Sumber : History Of

China, Bab 3, Halaman 61)

2.6 TINJAUAN TENTANG MODERN

Arsitektur modern memiliki ornamen yang minim dan fungsional. Pada arsitektur modern fungsi lebih diutamakan dalam menentukan bentuk, ukuran dan bahan. Di Indonesia rumah-rumah dengan gaya arsitektur modern mulai banyak diterapkan pada awal tahun 70-an.

Gaya arsitektur modern muncul sebagai gaya internasional yang cukup memiliki kemiripan di semua tempat, semua negara. Setidaknya, gaya modern tetap mengusung fungsi ruang sebagai titik awal desain. Di Indonesia, gaya modern dipandang sebagai gaya dimana fungsi ruang juga merupakan titik awal desain.

Gaya modern adalah gaya yang simple, bersih, fungsional, stylish, trendy, up-to-date yang berkaitan dengan gaya hidup modern yang sedang berkembang pesat. Gaya hidup modern ditopang oleh kemajuan teknologi, dimana banyak hal yang sebelumnya tidak bisa dibuat dan didapatkan menjadi tersedia bagi banyak orang.

Dalam arsitektur, gaya hidup modern berimbas kepada keinginan untuk memiliki bangunan yang simple, bersih dan fungsional, sebagai simbol dari semangat modern. Namun, gaya hidup semacam ini hanya dimiliki oleh sebagian masyarakat saja, terutama yang berada di kota besar, dimana kehidupan menuntut gaya hidup yang lebih cepat, fungsional dan efisien.

Untuk menyebut gaya modern yang berornamen tersebut sebagai gaya modern murni bukanlah hal yang tepat, lagipula proses berkembang gaya ini tidak terjadi di Indonesia. Untuk menyebutnya sebagai gaya postmodern, apalagi, di Indonesia bahkan istilah ini cenderung dihindari untuk menghindari ketidak-fahaman masyarakat. Sehingga gaya arsitektur modern di Indonesia akan muncul sebagai gaya khas "Modern Indonesia" dengan karakter sebagai berikut:

a. Memiliki perhatian yang besar terhadap fungsi ruang, yang didapatkan dari pola aktivitas penghuni.

b. Memiliki perhatian yang besar terhadap material bangunan yang digunakan untuk mendapatkan hasil akhir (estetika) yang diinginkan.

c. Memiliki analogi mesin dalam penataan dan pengembangan ruang-ruang.