KAJIAN TEORI KESEJAHTERAAN
B. KAJIAN TEORI KESEJAHTERAAN
maksimun. Selain prinsip pareto optimality, neo
SOSIAL
classical welfare theory juga menjelaskan bahwa Secara hariah, yang dimaksud dengan fungsi kesejahteraan merupakan fungsi dari kesejahteraan adalah keamanan dan keselamatan semua kepuasan individu. hidup. Kata kesejahteraan telah termasuk pengertian
Perkembangan lain dari teori kesejahteraan kemakmuran, yakni konsep yang menunjukkan
sosial adalah munculnya new contractarian keadaan dimana setiap orang baik sebagai
approach. Prinsip dalam pendekatan ini adalah individu maupun sebagai anggota masyarakat
individu yang rasional akan setuju dengan adanya dapat memenuhi kebutuhannya dengan mudah.
kebebasan maksimum dalam hidupnya. Intisari Walter A. Friedlander, Kesejahteraan sosial
pendekatan ini adalah setiap individu mempunyai adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-
konsep yang jelas mengenai barang dan jasa pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang
serta tugas-tugas dari institusi sosial yang ada. bertujuan untuk membantu individu dan
Dalam hal ini individu akan memaksimalkan kelompok untuk mencapai standar hidup dan
kebebasannya untuk mengejar konsep mereka kesehatan yang memuaskan serta relasi-relasi
tentang barang tanpa adanya campur tangan. pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka
mengembangkan kemampuannya sepenuh Berdasarkan pada beberapa pandangan mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya di atas dapat disimpulkan bahwa klasiikasi secara selaras dengan kebutuhan keluarga dan kesejahteraan ini berkaitan dengan teori
yang diintrodusi untuk masyarakat.
utilitarianisme
pertama kalinya oleh Jeremy Bentham dengan Teori kesejahteraan secara umum dapat
menggunakan kaidah “the greatest happiness diklasiikasikan menjadi tiga macam: classical of the greatest number” (kebahagian yang utilitarian, neo classical welfare theory, dan new
besar diperoleh dari jumlah bilangan yang contractarian approach. Pendekatan classical
besar pula). Menurut teori ini, tulok ukur utility utilitarian menekankan bahwa kesenangan
(keberuntungan) tidka lain dalah dua kata yang (pleasure) atau kepuasan (utility) seseorang dapat
saling berlawanan yaitu: kesenangan (pleasure) diukur dan bertambah. Tingkat kesenangan yang
dan kesedihan (pain). Semakin seseorang mampu berbeda yang dirasa oleh individu yang sama
memproduksi kesenangan dan menekan kenistaan dapat dibandingkan secara kuantitatif. Prinsip
berati ia akan lebih banyak mendapat kebahagian. bagi individu adalah meningkatkan sebanyak
Perkataan utilitarianisme berasal dari kata mungkin tingkat kesejahteraannya. Sedangkan
utility yaitu kegunaan atau keuntungan hasil dari bagi masyarakat, peningkatan kesejahteraan
Kajian Teori Kesejahteraan Sosial Dalam Pelaksanaan Wakaf Atas Tanah - Onny Medaline
pada suatu perbuatan. Teori utilitarinisme ini
kondisi sejahtera
membicarakan kegunaan atau manfaat sesuatu Secara normatif masalah kesejahteraan
perbuatan, fokus teori ini adalah kesejahteraan, diatur dalam Undang-Undang Nomor 11
kebahagiaan, manfaat, dan kegembiraan. Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (UU
Teori utilitarinisme memberikan dukungan Kesejahteraan Sosial), menggantikan Undang-
terhadap pencapaain kesejahteraan sosial Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-
yang dirasa oleh masyarakat yang menerima Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. Dalam
manfaatnya. Sehingga semakin banyak Pasal 1 ayat (1) UU Kesejahteraan Sosial
masyarakat menerima manfaat dan mendapat menegaskan bahwa: “Kesejahteraan sosial
keuntungan dari suatu objek atau proses maka adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan materil,
tercapailah tujuan yang ingin dicapai berupa spiritual, dan sosial warga negara agar dapat
kesejahteraan atau kebahagiaan hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
Kesejahteraan hidup seseorang sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.” dalam realitanya, memiliki banyak indikator Rumusan tersebut merupakan gambaran ideal keberhasilan yang dapat diukur. Thomas Suyatno suatu tatanan (tata kehidupan) yang meliputi
menyampaikan bahwa kesejahteraan masyarakat kehidupan material maupun spiritual, dengan menengah ke bawah dapat direpresentasikan tidak menempatkan satu aspek lebih penting dari tingkat hidup masyarakat ditandai oleh dari lainnya, tetapi lebih mencoba melihat terentasnya kemiskinan, tingkat kesehatan yang pada upaya mendapatkan titik keseimbangan. lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang Titik keseimbangan adalah keseimbangan lebih tinggi, dan peningkatan produktiitas antara aspek jasmaniah dan rohaniah, ataupun masyarakat. Kesemuanya itu merupakan cermin keseimbangan antara aspek material dan spiritual. dari peningkatan tingkat pendapat masyarakat Untuk mewujudkannya, perlu ada campur tangan golongan menengah kebawah.
pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan Kesejahteraan sosial memilik beberapa dan pengembangan kesejahteraan sosial secara
terencana, terarah, dan berkelanjutan. makna yang relatif berbeda, meskipun subtansinya
tetap sama. Kesejahteraan sosial pada intinya Sehingga secara jujur sejatinya mencakup tiga konsepsi, yaitu:
Indonesia adalah negara yang menganut faham “Negara Kesejahteraan” (welfare state) dengan
(1) Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan model “Negara Kesejahteraan Partisipatif” (participatory welfare state) yang dalam literatur
jasmani, rohani, dan sosial; pekerjaan sosial dikenal dengan istilah Pluralisme (2) Institusi, arena, atau bidang kegiatan yang
Kesejahteraan atau welfare pluralism. Model ini melibatkan lembaga kesejahteraan sosial
menekankan bahwa negara harus tetap ambil dan berbagai profesi kemanusiaan yang
bagian dalam penanganan masalah sosial dan menyelenggarakan usaha kesejahteraan
penyelenggaraan jaminan sosial (social security), sosial dan pelayanan sosial;
meskipun dalam operasionalisasinya tetap (3) Aktiitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau melibatkan masyarakat. usaha yang berorganisir untuk mencapai
Keterlibatan negara dalam mewujudkan
Volume 10 No. 2 Edisi Desember 2017 Hal 142 -153
kesejahteraan sosial secara yuridis normatif dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 masalah kesejahteraan merupakan bagian dari tujuan nasional Indonesia yang mencakup tiga hal, yaitu: (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, (2) memajukan kesejahteraan umum dan seluruh tumpah darah Indonesia, (3) serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Wujud nyata bentuk kegiatan sebagai usaha yang terorganisir untuk mencapai kondisi sejahtera adalah kegiatan wakaf, yang mana dalam pelaksanaannya bertujuan mencapai kesejahteraan sosial. Dengan kata lain lembaga wakaf yang diharapkan mampu membantu Pemerintah dalam rangkat mencapai kesejahteraan dan jaminan sosial masyarakat. Sebagaimana yang disebutkan dalam Undang-Undang Wakaf Nomor 41 Tahun 2006 tentang Wakaf, bahwa tujuan wakaf adalah untuk mencapai kesejahteraan umum.
Kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial yang disebutkan dalam deinisi kesejahteraan sosial dalam UU Kesejahteraan, merupakan unsur penting dalam tercapainya kesejahteraan bagi masyarakat secara keseluruhan sebagai individu maupun makhluk sosial. Selanjutnya parameter tersebut, akan menjadi acuan dalam penelitian ini menentukan ukuran ketercapaiaan kesejahteraan masyarakat terhadap keberadaan dan perkembangan wakaf di atas khususnya wakaf tanah ulayat kaum di Sumatera Barat.
Dalam perkembangan wakaf dewasa ini, masalah kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan utama yang harus dicapai dalam sistem pengelolaan wakaf secara produktif. Pasal 5 UU Wakaf ditegaskan bahwa “Wakaf berfungsi mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis
harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.” Tujuan Kesejahteraan dalam pasal tersebut, dibunyikan dengan istilah kesejahteraan umum. Pada prinsipnya penempatan istilah umum dan sosial yang berkaitan dengan kesejahteraan,
tidak memiliki perbedaan yang sikniikan. Istilah umum menunjukkan makna keseluruhan dan
tidak menyangkut hal-hal tertentu secara khusus. Pemaknaan kata umum lebih luas dari kata sosial yang hanya berkenaan dengan masyarakat. Sehingga pemaknaan kesejahteraan umum dalam UU Wakaf, dapat dipandang bahwa kesejahteraan yang akan dicapai bukan hanya ditujukan bagi subjek penerima manfaat wakaf saja, namun terjaganya objek wakaf secara berkesinambungan menjadi bagian dari kesejahteraan yang dicita- citakan dalam UU Wakaf tersebut.