TEORI KESEJAHTERAAN SOSIAL DALAM KEBIJAKAN DI INDONESIA

C. TEORI KESEJAHTERAAN SOSIAL DALAM KEBIJAKAN DI INDONESIA

Dalam Sila Kelima Pancasila bahwa “keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia,” selanjutnya dalam pembukaan UUD 1945 mengamanatkan negara untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan

sosial. Dalam UUD 1945, Kesejahteraan Sosial menjadi judul khusus Bab XIV “Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial”,

ketentuan-ketentuan yang menyangkut tentang kesejahteraan sosial sebagaimana yang disebutkan dalam isi Pasal 33 dan 34 UUD 1945, sebagai berikut:

(1) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi ekonomi dengan

Kajian Teori Kesejahteraan Sosial Dalam Pelaksanaan Wakaf Atas Tanah - Onny Medaline

prinsip kebersamaan, eisiensi, keadilan, satu aspek lebih penting dari yang lain, tetapi kelanjuan, berwawasan lingkungan, lebih mencoba melihat pada upaya mendapatkan

kemandirian, serta menjaga keseimbangan tititk keseimbangan. Titik keseimbangan yang kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional; dimaksud adalah keseimbangan antara aspek

sosial, material, dan spiritual. Ada cukup banyak (2) Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

kebutuhan manusia dalam rangka melanjutkan dan oleh negara;

menghayati kehidupannya di dunia ini. Diantara (3) Negara mengembangkan sistem

berbagai kebutuhan itu terdapat tiga kebutuhan jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

yang sangat mendasar, yakni: kebutuhan material, memberdayakan masyarakat yang lemah

kebutuhan sosial, dan kebutuhan spiritual. Ketiga dan tidak mampu sesuai dengan martabat

jenis kebutuhan ini disebut sebagai kebutuhan kemanusiaan;

dasar karena hal-hal inilah yang membuat (4) Negara bertanggung jawab atas manusia dapat hidup secara manusiawi. penyediaan pelayanan kesehatan dan

Kebutuhan material mencakup sandang, fasiltas pelayanan umum yang layak.

pangan, papan, pendidikan, transformasi, jaminan Isi beberapa pasal tersebut diatas berkaitan kehidupan, serta harta benda yang memadai, dengan sistem perekonomian dan sistem jaminan dan semua barang dan jasa yang membantu sosial. Ini berarti bahwa kesejahteraan sosial memberikan kenyamanan dan kesejahteraan riil. merupakan bagian dari sistem ekonomi dan Kebutuhan spiritual menurut Umer Chapra, sistem jaminan sosial di Indonesia. Secara teknis mencakup ketakwaan kepada Allah swt, normatif, pemerintah Republik Indonesia pada kedamaain

kabahagiaan tahun 1974 telah mengundangkan Undang- bathin, keharmonisan keluarga serta Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang ketentuan-

ikiran

(budi),

masyarakat, dan tiadanya kejahatan anomi. ketentuan pokok kesejahteraan sosial. Oleh karena

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan rohani sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan manusia berupa kebahagian, kedamaian, iman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan akan Tuhan, kesucian, hubungan komunikasi yang bernegara, maka pada tahun 2011 diundangkanlah baik dengan Tuhan, maaf memaafkan, dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang kata lain kebutuhan spiritual berorientasi pada Kesejahteraan Sosial.

suatu hal yang tidak terbatas didunia. Kebutuhan Dalam Pasal 1 menyebutkan bahwa sosial yang dimaksud disini bukan hanya sekedar

“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi bisa hidup bersama orang lain, melainkan juga terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan bersama tuntutannya, agar hidup bersama itu sosial warga negara agar dapat hidup layak dan berlangsung secara indah dan menyenangkan. mampu mengembangkan diri, sehingga dapat Manusia adalah makhluk sosial, yang mutlak melaksanakan fungsi sosialnya.” Rumusan membutuhkan kebersamaan atau lebih tepat tersebut menggambarkan kesejahteraan sosial hidup saling ketergantungan satu sama lain. sebagai keadaan yang secara ideal suatu tatanan

Ketiga kebutuhan tersebut di atas (tata kehidupan) yang meliputi kehidupan material merupakan satu kesatuan yang seimbang, maupun spiritual, dengan tidak menempatkan tidak ada bagian yang diutamakan atau

Volume 10 No. 2 Edisi Desember 2017 Hal 142 -153

menonjol. Dengan terpenuhinya kebutuhan- menyelenggarakan usaha kesejahteraan kebutuhan inilah akan membuat manusia

sosial dan pelayanan sosial. dapat menjalankan kehidupannya dengan lebih

c. Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan bermakna dan bahagia. Ketiga kebutuhan dasar

atau usaha yang terorganisir untuk manusia tersebut selayaknya berjalan secara

mencapai kondisi sejahtera. seimbang, sehingga akan mencapai tingkat

Ketiga inti dari konsepsi kesejahteraan kepuasaan (pleasure) pemenuhan kehidupan

sosial tersebut membentuk suatu sistem guna jasmani maupun rohani. Menurut Chapra,

mencapai suatu tujuan agar terpenuhinya ‘sejahtera’ bukan berarti ‘yang kaya’ namun ‘yang

kebutuhan material, spiritual, dan sosial secara ideal’ yaitu keadaan dimana terjadi keseimbangan

berimbangan dalam masyarakat. Tujuan antara keadaan material dan spiritual yang

penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang diperoleh dari sumber-sumber daya yang ada.

disebutkan dalam Pasal 3 UU Kesejahteraan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Sosial, adalah untuk:

memberi batasan kesejahteraan sosial sebagai

a. meningkatkan taraf kesejahteraan, kegiatan-kegiatan yang terorganisasi yang

kualitas, dan kelangsungan hidup; bertujuan untuk membantu individu atau

masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan

b. memulihkan fungsi sosial dalam rangka dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras

mencapai kemandirian;

c. meningkatkan ketahanan sosial Deinisi ini menekankan bahwa kesejahteraan

dengan kepentingan keluarga dan masyarakat.

masyarakat dalam mencegah dan sosial adalah suatu institusi atau bidang kegiatan

menangani masalah kesejahteraan sosial; yang melibatkan aktivitas terorganisir yang

d. meningkatkan kemampuan, kepedulian diselenggarakan baik oleh lembaga-lembaga

dan tanggung jawab sosial dunia usaha pemerintah maupun swasta yang bertujuan

dalam penyelenggaraan kesejahteraan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan

sosial secara melembaga dan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial,

berkelanjutan;

dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.

e. meningkatkan kemampuan dan kepe- dulian masyarakat dalam penye-

Dengan demikian, kesejahteraan sosial lenggaraan kesejahteraan sosial secara

memiliki beberapa makna yang relatif berbeda, melembaga dan berkelanjutan; dan

meskipun substansinya tetap sama. Kesejahteraan sosial pada intinya mencakup tiga konsepsi, yaitu:

f. meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

a. Kondisi kehidupan atau keadaan sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-

Pembangunan kesejahteraan sosial kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 11 Tahun sosial.

2009 tentang Kesejahteraan Sosial dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan yang layak dan

b. lnstitusi, arena atau bidang kegiatan yang bermartabat, serta untuk memenuhi hak atas

melibatkan lembaga kesejahteraan sosial kebutuhan dasar warga negara demi tercapainya

dan berbagai profesi kemanusiaan yang

Kajian Teori Kesejahteraan Sosial Dalam Pelaksanaan Wakaf Atas Tanah - Onny Medaline

kesejahteraan sosial, negara menyelenggarakan berkepentingan dengan wakaf, adalah: pelayanan dan pengembangan kesejahteraan

a.

Sertiikat tanah wakaf. Walaupun sosial secara terencana, terarah, dan berkelanjutan. dalam hukum Islam, wakaf adalah

Materi pokok yang diatur dalam Undang- sah jika hanya dilakukan secara

Undang ini, antara lain pemenuhan hak atas lisan tanpa dicatatkan secara resmi

kebutuhan dasar, penyelenggaraan kesejahteraan kepada administrasi pemerintahan.

sosial secara komprehensif dan profesional, Namun pola sertiikasi tanah-tanah serta perlindungan masyarakat. Untuk

atau benda lainnya merupakan upaya menghindari penyalahgunaan kewenangan

memperbaharui paradigma baru dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial,

dalam pelaksanaannya perwakafan di Undang-Undang ini juga mengatur pendaftaran

Indonesia.

dan perizinan serta sanksi administratif bagi

b. Pertukaran benda wakaf. Dalam Pasal lembaga yang menyelenggarakan kesejahteraan

41 UU Wakaf telah memberikan sosial. Dengan demikian, penyelenggaraan

legalitas terhadap tukar menukar kesejahteraan sosial dapat memberikan keadilan

benda wakaf setelah terlebih dahulu sosial bagi warga negara untuk dapat hidup secara

meminta izin kepada Menteri Agama layak dan bermartabat.

RI dengan dua alasan, yaitu: karena tidak sesuai dengan tujuan wakaf

D. PARADIGMA WAKAF PRODUKTIF

dan demi kepentingan umum. Secara

MENUJU KESEJAHTERAAN SOSIAL

subtansial, benda-benda wakaf boleh diberdayakan secara optimal untuk

Semangat baru yang terdapat dalam UU Wakaf dan peraturan pelaksananya

kepentingan umum dengan jalan tukar menukar.

untuk menjadikan wakaf sebagai instrumen untuk menyejahterakan masyarakat muslim. c. Pola seleksi yang dilakukan oleh Achmad Djunaidi dan kawan-kawan, menawarkan

para nazhir wakaf atas pertimbangan aspek-aspek yang berkaitan dengan pengembangan

manfaat. Memang sistem yang paradigma baru wakaf di Indonesia, adalah: (1)

diterapkan oleh para nazhir wakaf pembaharuan/reformasi pemahaman mengenai

di Indonesia tidak seluruhnya wakaf; (2) sistem manajemen pengelolaan yang

menggunakan pola penyeleksian profesional; (3) sistem manajemen ke-nazhir-

secara ketat agar benda-benda yang an/manajemen sumber daya insani; dan (4)

ingin diwakafkan oleh masyarakat sistem rekrutmen wakif. Lebih lanjut dijelaskan

dapat memberi manfaat secara mengenai aspek pengembangan paradigma baru

maksimal.

wakaf, sebagai berikut:

d. Sistem ikrar yang dilakukan oleh para

1. Pembaharuan paham tentang wakaf calon wakif diarahkan kepada bentuk ikrar wakaf untuk umum, tanpa

Paling tidak, pelaksanaan pembaharuan paham yang selama ini sudah dan

menyebutkan yang bersifat khusus seperti yang selama ini terjadi. Karena

sedang dilakukan oleh para pihak yang bentuk menyebutan peruntukan benda

Volume 10 No. 2 Edisi Desember 2017 Hal 142 -153

wakaf secara khusus (tertentu) oleh

2. Sistem Manajemen Pengelolaan calon wakif akan sangat memberatkan

Bila dalam paradigma lama wakaf lebih pihak pengelolan (nazhir) dalam

menekankan pentingnya pelestarian memberdayakan secara maksimal.

dan keabadian benda wakaf, maka Dengan bentuk ikrar yang bersifat

dalam pengembangan paradigma baru khusus tersebut, maka pihak nazhir

wakaf lebih menitikberakan pada aspek bisa memberikan perkiraan sesuai

pemanfaatan yang lebih nyata tanpa pengelolaan dan pemberdayaan demi

kehilangan eksistensi benda wakaf kepentingan masyarakat banyak

itu sendiri. Untuk meningkatkan dan secara lebih nyata.

mengembangkan aspek kemanfaatannya,

e. Perluasan benda yang diwakafkan tentu yang sangat berperan sentral adalah (mauquf alaih). Sebelum lahirnya

sistem manajemen pengelolaan yang lebih UU Wakaf, pengaturan wakaf hanya

profesional dan modren. mengangkut perwakafan benda

3. Sistem Manajemen Kenazhiran tidak bergerak. Namun saat ini, Dalam rangka pengembangan paradigma

setelah lahirnya UU Wakaf telah wakaf baru, profesionalisme nazhir

dikembangkan bentuk perwakafan menjadi ukuran yang paling penting dalam

dengan objek benda tidak bergerak. mengelola wakaf. Nazhir memegang

Tentu saja ini merupakan terobosan yang cukup signiikan dalam dunia posisi penting dalam sebagai pengelolan

harta wakaf dan mendistribusinya hasil perwakafan, karena wakaf seperti

pengelolaan harta wakaf tersebut kepada uang, saham, atau surat berharga

masyarakat. Berikut secara singkat lainnya merupakan variable penting

digambarkan bahwa peran nazhir dalam dalam pengembangan ekonomi.

mewujudkan kesejahteraan sosial.

Lembaga Wakaf Kesejahteraan Sosial

Nsazhir

Pekerja Sosial

Bagan. 4

Peran nazhir sebagai pekerja sosial untuk mewujudkan kesejahteraan sosial

Kajian Teori Kesejahteraan Sosial Dalam Pelaksanaan Wakaf Atas Tanah - Onny Medaline

Dari bagan di atas menjelaskan bahwa benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% kedudukan nazhir sama dengan kedudukan (sepuluh persen).” Masalah imbalan bagi para pekerja sosial yang bekerja secara profesional nazhir ini menimbulkan beberapa pertanyaan untuk melaksanakan tugas-tugasnya untuk yang menggelitik, bagaimana bila harta wakaf mengelola dan mengembangkan harta benda yang dikelola oleh para nazhir tersebut belum wakaf sesuai dengan peruntukannya sehingga produktif atau belum menghasilkan keuntungan berdampak memberikan kesejahteraan sosial. (proit)? Pertanyaan selanjutnya, dari manakah Pandangan ini berlawanan dengan referensi sumber pendanaan untuk membayar imbalan

iqih klasik, yang menyatakan bahwa peranan jasa nazhir yang mempunyai tugas untuk nadzir tidak begitu dianggap penting dan tidak meningkatkan pengelolaan wakaf menjadi wakaf

termasuk salah satu rukun wakaf. Namun melihat produktif? Lantas, apakah keprofesionalan tujuan dan kecenderungan pengembangan seorang nazhir akan berubah kedudukannya dari serta pemberdayaan wakaf yang diintensifkan pekerja sosial profesional menjadi relawan sosial saat ini, sudah saatnya nadzir ini mendapatkan yang bekerja atas kehendaknya sendiri dan tanpa perhatian khusus dan lebih bahkan sudah saatnya mengharapkan imbalan? Pertanyaan-pertanyaan dimasukkan ke dalam salah satu rukun wakaf.

tersebut menjadi permasalah tersendiri yang terjadi dalam pelaksanaan wakaf.

Mengenai kewajiban dan hak nadzir yang lebih diperjelas, termasuk sanksi yang diberikan

Dari hasil wawancara dengan narasumber, apabila ada pelanggaran dalam pelaksanaan tugas didapati bahwa kebanyakan nazhir yang bertugas tersebut. Dalam Pasal 42 UU Wakaf dijelaskan menjaga dan memelihara harta wakaf hanya bahwa nadzir berkewajiban mengelola dan berkedudukan sebagai relawan (volunteer), mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan artinya terhadap kegiatannya tersebut nazhir tujuan, fungsi, dan peruntukannya, dan pada tidak mendapat upah yang berikan secara berkala pasal selanjutnya ditekankan bahwa pengelolaan sebagai bentuk imbalan jasa atas kewajibannya tersebut harus sesuai dengan ketentuan syariah 1 tersebut. Data lapangan juga menunjukkan dan dilakukan secara produktif, bahkan bilamana bahwa tidak ada ketentuan yang mengatur batasan diperlukan lembaga penjamin, juga diperkenankan

minimun wilayah kerja atas tugasnya sebagai asalkan lembaga penjamin tersebut juga yang nazhir, artinya seorang nazhir bisa memiliki tugas berdasar syariah. Disamping itu nadzir juga harus dan tanggung jawab mengelolaa tanah wakaf melakukan pengadministrasian, mengawasi dan dibeberapa lokasi wakaf. Sehingga memberikan melindungi harta benda wakaf, serta melaporkan

kesan, bahwa nazhir tidak mungkin menjalankan pelaksanaan tugasnya kepada BWI.

tugas besarnya mengelola tanah wakaf secara Atas tugas-tugasnya tersebut nadzir dapat maksimal bila ia memiliki beberapa objek wakaf

yang harus dikelola secara produktif. Maka menerima imbalan sebagai haknya, sebagaimana

yang disebutkan dalam Pasal 12 UU Wakaf, keberadaan pengaturan mengenai batas minimun seorang nazhir menjalankan profesionalitasnnya

bahwa “nazhir dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta harus ditetapkan, ini dibutuhkan untuk menjaga

eksistenasi kenazhiran yang diembannya.

1 Hasil wawancara dengan beberapa nazhir di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh 9 September 2015

Volume 10 No. 2 Edisi Desember 2017 Hal 142 -153

Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, 2 atau dianggap terpandang di masyarakat, dan mengatakan ada persyaratan umum lain bagi perspektif lain yang sejenis. Seharusnya dalam

nazhir, antara lain: pengelolaan wakaf produktif, seorang nazhir selain harus amanah, juga harus memiliki

1. Nazhir adalah pemimpin umum dalam kompetensi yang professional. Profesionalisme

wakaf. Oleh karena itu nazhir harus yang dimaksud juga bergantung kepada ikrar

berakhlak mulia, amanah, berpengalaman, wakaf ketika diucapkan. Professional yang

menguasai ilmu administrasi dan keuangan dimaksud itu artinya pihak nazhir dipandang

yang dianggap perlu untuk melaksanakan memiliki kompetensi yang tepat dalam mengelola

tugas-tugasnya sesuai dengan jenis wakaf aset wakaf sesuai dengan peruntukannya. Lebih

dan tujuannya; lanjut beliau mengakui bahwa terdapat cukup

2. Nazhir bisa bekerja selama masa kerjanya banyak kasus dimana pengelolaan wakaf dinilai

dalam batasan undang-undang wakaf tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh

sesuai dengan keputusan organisasi sosial pemerintah. Hal ini disebabkan oleh banyak

dan dewan pengurus. Nazhir mengerjakan faktor, dan peran nazhir lagi-lagi berperan

tugas harian yang menurutnya baik dan penting. Oleh karena itu lanjutnya, pemerintah

menentukan petugas-petugasnya, serta terus merumuskan dan melakukan pembinaan

punya komitmen untuk menjaga keutuhan yang intensif untuk membentuk nazhir yang

harta wakaf, meningkatkan pendapatannya, professional, amanah, dan mandiri.

menyalurkan manfaatnya. Nazhir juga BWI sebagai institusi baru yang dilahirkan

menjadi utusan atas nama wakaf terhadap pihak lain ataupun di depan mahkamah oleh UU Wakaf mempunyai tanggung jawab

yang besar dalam rangka melakukan peningkatan (pengadilan);

sumber daya nazhir. Sebagaimana yang

3. Nazhir harus tunduk kepada pengawasan disebutkan dalam UU Wakaf, bahwa tugas dan

Kementerian Agama dan Badan Wakaf tanggung jawab BWI mencakup: pertama, tugas

Indonesia, dan memberikan laporan BWI yang kaitan nazhir, yaitu pengangkatan,

keuangan dan administrasi setiap pemberhentian, dan pembinaan nazhir. Kedua,

seperempat tahun minimal, tentang wakaf tugas BWI berkaitan dengan objek wakaf, yaitu

dan kegiatannya; pengelolaan dan pengembangan objek wakaf

4. Nazhir bertanggung jawab secara pribadi yang berskala nasional atau internasional, serta atas kerugian atau hutang yang timbul pemberian persetujuan atas pertukaran harta dan bertentangan dengan undang-undang benda wakaf. Ketiga, tugas BWI yang berkaitan wakaf.

dengan pemerintah, yaitu memberi saran dan Kasubdit Pembinaan Nazhir Kementerian pertimbangan kepada pertimbangan dalam

Agama, Mardjuni 3 mengatakan bahwa selama ini penyusunan kebijakan di bidang perwakafan. tidak jarang penunjukan nazhir oleh pihak wakif

Dalam menjalankan tugasnya BWI terkadang hanya melihat dari satu sudut pandang, bersifat independen dan dapat melakukan kerja misalnya semata-mata karena ketokohan, sama dengan instansi pusat dan daerah, organisasi

2 www.bwi.or.id 3 www.bimasislam.kemenag.go.id

Kajian Teori Kesejahteraan Sosial Dalam Pelaksanaan Wakaf Atas Tanah - Onny Medaline

masyarakat, para ahli, badan internasional, dan Suharto, Edi, 2009, Membangun Masyarakat dan pihak lain yang dipandang perlu. Disamping

memberdayakan Rakyat, Kajian Strategi itu BWI juga harus meperhatikan saran dan

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan pertimbangan Menteri Agama dan Majelis Ulama

Pekerjaan Sosial, Cetakan Ketiga, Raika Indonesia dalam melaksanakan tugasnya.

Aditama, Bandung Suyatno, Thomas, dkk., 2005, Kelembagaan

Daftar Pustaka

Perbankan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Buku

Yasid, Abi, 2014, Islam Moderat, Erlangga, Atosokhi Gea, Antonius dan Antonina Panca

Jakarta

Yuni Yulandari, 2006, Relasi dengan Dunia