Pendaftaran Hak Cipta PERLINDUNGAN KARYA CIPTA SENI TARI (Studi terhadap Konsep dan Upaya Perlindungan Hak Cip - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan hak cipta tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh melawan hukum“. Sedangkan Pasal 4 ayat 2 berbunyi: “Hak cipta yang tidak atau belum diumumkan yang setelah penciptanya meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan hak cipta tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh melawan hukum“.

7. Pendaftaran Hak Cipta

Di dalam UUHC 2002 pengaturan tentang pendaftaran diatur di dalam Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 38, Pasal 39, Pasal 40, Pasal 41, 42, Pasal 43 dan Pasal 44. Sistem pendaftaran hak cipta menurut perundang – undangan Hak Cipta Indonesia yaitu Undang – undang No 19 tahun 2002 disebutkan bahwa pendaftaran ciptaan dilakukan secara pasif, artinya bahwa semua permohonan pendaftaran diterima dengan tidak terlalu mengadakan penelitian mengenai hak pemohon, kecuali sudah jelas ada pelanggaran hak cipta. Sikap pasif inilah yang membuktikan bahwa UUHC 2002 Indonesia menganut sistem pendafatarn deklaratif. Sistem pendaftaran deklaratif titik beratnya diletakkan pada anggapan sebagai pencipta terhadap hak yang didaftarkan, sampai orang dapat membuktikan sebaliknya. Dengan rumusan lain, pada sistem deklaratif sekalipun hak cipta itu didaftarkan undang – undang hanya mengakui seolah – olah yang bersangkutan sebagai pemiliknya, secara de jure harus dibuktikan lagi, jika ada orang lain yang menyangkal hak tersebut. Pada prinsipnya hak cipta diperoleh bukan karena pendaftaran, tetapi dalam hal terjadi sengketa di pengadilan mengenai ciptaan yang terdaftar dan yang tidak terdaftar, dan apabila pihak – pihak yang berkepentingan dapat membuktikan kebenarannya, hakim dapat menentukan pencipta yang sebenarnya berdasarkan pembuktian di persidangan. Namun patut diingat bahwa pada prinsipnya di dalam hak cipta berdasarkan Konvensi Bern 1986 mengandung prinsip Automatic Protection disebutkan bahwa perlindungan hak cipta diberikan secara otomatis tanpa didasarkan pada formalitas tertentu, seperti halnya pendaftaran ciptaan ataupun penggunaan copyright notice. Prinsip inilah yang mendasari perundangan hak cipta di berbagai negara di penjuru dunia yang pada umumnya memberikan pengakuan bahwa hak cipta muncul secara otomatis setelah selesainya karya dibuat dalam bentuk tertentu tangible form, tanpa diperlukan adanya tindakan seprti halnya pendaftaran. Di dalam penjelasan Pasal 35 ayat 4 juga disebutkan bahwa: ” Pendaftaran ciptaan bukan merupakan suatu keharusan bagi pencipta atau pemegang hak cipta, dan timbulnya perlindungan suatu ciptaan itu ada atau terwujud dan bukan karena pendaftaran”. Hal ini berarti suatu ciptaan baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar tetap dilindungi. A.2. Bentuk Perlindungan Hukum terhadap Karya Cipta Seni Tari menurut Undang – undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta A.2.1. Perlindungan Karya Cipta Seni Tari Menurut Undang – undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Undang – undang No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta merupakan produk hukum yang mengatur tentang perlindungan terhadap semua hasil kreatifitas dan intelektualitas manusia di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, sebagai institusi hukum yang melindungi karya seni yang diciptakan oleh seniman dan sastrawan serta karya intelektualitas seorang ilmuwan. Maka UUHC 2002 ini memberikan perlindungan hukum terhadap setiap kreatifitas manusia untuk menguasai dan menikmati secara eksklusif hasil karyanya, mengingat di dalam proses penciptaan karya cipta itu tidaklah mudah dan memerlukan pemikiran, dan biaya yang tidak sedikit maka sudah sewajarnyalah untuk melindungi karya cipta setiap orang di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Kehadiran hukum di dalam masyarakat adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan – kepentingan yang bisa bertentangan satu sama lain. Berkaitan dengan itu, hukum harus mampu mengintegrasikannya sehingga benturan – benturan kepentingan itu dapat ditekan sekecil – kecilnya. Perlindungan terhadap kepentingan – kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi kepentingan lain pihak. Undang – undang No 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta memberikan beberapa perlindungan terhadap hasil kreatifitas manusia di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, tari sebagai hasil kreatifitas manusia yang dapat disebut juga sebagai karya cipta juga diberikan perlindungan sebagaimana yang telah ditentukan oleh UUHC 2002. Berikut ini akan dipaparkan beberapa hal yang yang berkaitan dengan perlindungan karya cipta seni tari tersebut jika mendasarkan kepada UUHC 2002:

1. Berkaitan dengan Objek Perlindungan Hak Cipta

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25