5. Pengecualian di dalam Hak Cipta
UUHC 2002 memberikan beberapa pembatasan terhadap pemanfaatan hak cipta, beberapa pembatasan terhadap
pemanfaatan tersebut diatur di adalam Pasal 14, Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, dan Pasal 18.
Adapun yang menjadi rumusan pembatasan – pembatasan hak cipta sebagaimana yang diatur menurut UUHC 2002 Pasal 14
sampai dengan pasal 18 adalah berkisar terhadap hal – hal sebagai berikut:
219
a. Mengenai substansinya Bahwa yang dianggap bukan pelanggaran hak cipta adalah;
lambang Negara atau lagu kebangsaan, segala sesuatu yang diperbanyak atau diumumkan pemerintah, berita
aktual, program komputer, ciptaan di bidang ilmu pengetahuan seni dan sastra dalam huruf braille.
b. Mengenai cara – cara yang lazim dilakukan Adapun yang dianggap bukan sebagai pelanggaran
terhadap hak cipta dengan cara – cara yang lazim digunakan adalah berupa; reproduksi atau perbanyakan, pengumuman
atau publikasi, pengambilan ciptaan, perubahan ciptaan, pembuatan salinan, penerjemahan ciptaan.
219
Loc Cit.
c. Mengenai tujuan – tujuan tertentu yang dibolehkan. Bukan dianggap sebagai pelanggaran terhadap hak cipta
adalah berkaitan dengan; untuk kepentingan pendidikan, kepentingan penelitian, kepentingan penulisan karya ilmiah,
kepentingan penyusunan laporan, kepentingan penulisan kritik, kepentingan peninjauan suatu masalah, kepentingan
pembelaan di dalam atau di luar pengadilan, kepentingan ceramah, kepentingan pertunjukan atau pementasan yang
tidak dipungut bayaran, kepentingan aktivitasnya bagi perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan, pusat
dokumentasi, kepentingan pembuatan salinan atau cadangan program komputer oleh pemilik program,
kepentingan non komersial, kepentingan nasional.
6. Pengalihan Hak Cipta
Di dalam UUHC 2002 bahwa ketentuan yang berkaiatan tentang pengalihan hak cipta diatur di dalam Pasal 3 dan Pasal
4. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat 2 UUHC 2002 disebutkan bahwa; “Hak cipta dapat beralih atau dialihkan, baik
seluruhnya maupun sebagian karena: Pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis atau sebab – sebab lain yang dibenarkan oleh
peraturan perundang – undangan’’. Sedangkan Pasal 4 UUHC terbagi ke dalam 2 dua ayat, Pasal 4 ayat 1 berbunyi: “Hak
cipta yang dimiliki oleh pencipta, yang setelah penciptanya
meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan hak cipta tersebut tidak dapat disita,
kecuali jika hak itu diperoleh melawan hukum“. Sedangkan Pasal 4 ayat 2 berbunyi: “Hak cipta yang tidak atau belum
diumumkan yang setelah penciptanya meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan hak cipta
tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh melawan hukum“.
7. Pendaftaran Hak Cipta