Pengertian Kontrak Standar Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Dalam Ketentuan Kontrak Standar Pada Pembiayaan Syariah Bank Syariah Mandiri Dikaitkan Dengan Ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen

kepada debitur antara lain biaya pengikatan jaminan, pembuatan akta dan penagihan kredit. k. Debet Authorization Clause. Klausul ini berisi pendebetan rekening pinjaman debitur haruslah dengan seizin debitur. l. Representation and Warranties. Klausul ini berisi janji dan jaminan debitur bahwa semua data dan informasi yang diberikan kepada bank adalah benar. m. Klausul ketaatan pada ketentuan bank n. Miscellanious pasal-pasal tambahan o. Disputes Settlement Alternative Disputes Resolution. Klausul yang mengatur mengenai penyelesaian jika antara kreditur dan debitur terjadi perselisihan. p. Pasal penutup, memuat eksemplar perjanjian kredit yang memuat pengaturan mengenai jumlah alat bukti, tanggal berlakunya serta penandatanganan perjanjian kredit.

2. Pengertian Kontrak Standar

Bentuk perjanjian kredit perbankan dalam praktiknya telah disediakan oleh pihak bank sedangkan pihak debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian baku standard contarct, dimana debitur hanya dalam posisi menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk tawar-menawar. 102 102 Hernansyah, Op.cit. Universitas Sumatera Utara Perjanjian standar baku, sebenarnya dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Plato 423-347 SM, misalnya pernah memaparkan praktik penjualan makanan yang harganya ditentukan secara sepihak oleh si penjual, tanpa memperhatikan perbedaan mutu makanan tersebut. Dalam perkembangannya, tentu saja penentuan secara sepihak oleh produsen atau pelaku usaha, tidak lagi sekedar masalah harga, tetapi mencakup syarat-syarat yang lebih detil. Latar belakang tumbuhnya perjanjian baku disebabkan karena keadaan sosial ekonomi. Perusahaan besar dan perusahaan pemerintah mengadakan kerja sama dalam suatu organisasi dan untuk kepentingan mereka ditentukan syarat-syarat secara sepihak. Tujuan dibuatnya perjanjian standar adalah untuk memberikan kemudahan kepraktisan bagi para pihak yang bersangkutan. Oleh karena itu, bertolak dari tujuan itu, Mariam Darus Badrulzaman lalu mendefenisikan perjanjian standar sebagai perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir. 103 103 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cet. Kesepuluh, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995, hal. 1. Di satu sisi, bentuk perjanjian seperti ini sangat menguntungkan, jika di lihat dari berapa banyak waktu, tenaga dan biaya yang dapat dihemat. Akan tetapi, di sisi yang lain bentuk perjanjian seperti ini tentu saja menempatkan pihak yang tidak ikut membuat klausul-klausul di dalam perjanjian itu sebagai pihak yang baik langsung maupun tidak langsung sebagai pihak yang dirugikan, yakni di satu sisi ia sebagai salah satu pihak dalam perjanjian itu memiliki hak untuk memperoleh kedudukan seimbang dalam menjalankan perjanjian tersebut, di sisi yang lain ia Universitas Sumatera Utara harus menurut terhadap isi perjanjian yang disodorkan kepadanya. 104 Pasal 1 angka 10 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memberikan pengertian mengenai klausula baku, yaitu setiap aturan atau ketentuan dari syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen danatau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi konsumen. Perjanjian baku tersebut sedikit banyaknya telah menunjukkan perkembangan yang sangat membahayakan kepentingan masyarakat, terlebih dengan mengingat awamnya masyarakat terhadap aspek hukum secara umum dan khususnya pada aspek hukum perjanjian. Perjanjian baku menurut Sudaryatmo mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 105 a. Perjanjian sepihak yang oleh produsen yang posisinya lebih kuat dari konsumen; : b. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian; c. Dibuat dalam bentuk tertulis dan missal; d. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong oleh kebutuhan. Perjanjian baku yang banyak terdapat di masyarakat dapat dibedakan dalam beberapa jenis, antara lain 106 104 Ibid. : 105 Sudaryatmo, Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 93. 106 Udjiani Hatiningrum, “Modul ke-5 Perkuliahan : Aspek Hukum Dalam Ekonomi, Azas Kebebasan Berkontrak dan Kaitannya Dengan Perjanjian Baku”, Jakarta : Universitas Mercu Buana, tanpa tahun, hal. 4. Universitas Sumatera Utara a. Perjanjian baku sepihak, adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu. Pihak yang kuat di sini adalah pihak kreditur yang lazimnya mempunyai posisi ekonomi kuat dibandingkan pihak debitur. Kedua pihak lazimnya terikat dalam organisasi, misalnya pada perjanjian buruh kolektif. b. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh pemerintah, ialah perjanjian baku yang isinya ditentukan pemerintah terhadap perbuatan hukum tertentu, misalnya perjanjian yang mempunyai objek hak atas tanah. c. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan notaris atau advokat. Adalah perjanjian yang konsepnya sejak semula disediakan. Untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat yang meminta bantuan notaries atau advokat yang bersangkutan. Dalam perpustakaan Belanda jenis ini disebutkan contract model.

B. Pembiayaan Syariah di Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan

1. Jenis-Jenis Pembiayaan Syariah

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terdaftar Dikaitkan Dengan Undang-Undang Kepabeanan

3 44 75

Pencantuman Klausula Baku Dalam Akad Pembiayaan Syariah Dikaitkan Dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Studi Pada PT.Bank Muamalat CAB.Medan

6 69 88

Perlindungan Hukum Nasabah Dalam Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Sumut Syariah

4 78 109

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Ditinjau Dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 53 70

Kontrak Baku Pada Asuransi Syariah Dalam Persfektif Hukum Perlindungan Konsumen

2 16 93

Perlindungan Hukum Hak-Hak Nasabah atas Penerapan Klausula Baku dalam perjanjian Kredit dengan Bank Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada PT.Bank Sumut Medan )

1 20 88

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI LEMBAGA PENJAMIN PEMBIAYAAN SYARIAH DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH BERDASARKAN HUKUM ISLAM DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKA.

0 1 2

Perlindungan Konsumen Terhadap Makanan Yang Mengandung Zat Berbahaya Dikaitkan Dengan Undang – Undang Perlindungan Konsumen (Studi di BPOM)

0 0 7

KONTRAK STANDAR PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BMT DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KONSUMEN

0 0 8

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG KEPABEANAN Ketentuan dan Perlindungan Terhadap Merek Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek - Perlindungan Hukum Terhadap Merek Terdaftar Dikaitkan Dengan Undang-Unda

0 0 15