c. Penggunaan kontrak baku dalam bisnis perbankan menimbulkan
ketidakadilan bagi nasabah. Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa penelitian ini berbeda
dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
F. Kerangka Teori dan Konsep
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau
pegangan teoritis dalam penelitian.
22
Burhan Ashshofa mengungkapkan bahwa :
“Suatu teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan
antara konsep”.
23
Teori menurut Snelbecker adalah sebagai perangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat diamati
dan fungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang
diamati.
24
Berdasarkan hal tersebut, maka kerangka teori dapat diartikan sebagai kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis si penulis mengenai sesuatu
kasus ataupun permasalahan problem, yang menjadi bahan perbandingan,
22
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994, hal. 80.
23
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, hal. 19.
24
Lexy J Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1990, hal. 195.
Universitas Sumatera Utara
pegangan yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal dalam penelitian ini.
25
Teori yang digunakan untuk menganalisa masalah dalam penelitian ini adalah teori penegakan hukum progresif yang dikemukakan oleh Satjipto Rahardjo, yang
menyatakan bahwa
26
“Pemikiran hukum perlu kembali pada filosofis dasarnya, yaitu hukum untuk manusia. Dengan filosofis tersebut, maka manusia menjadi penentu dan titik
orientasi hukum. Hukum bertugas melayani manusia, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, hukum itu bukan merupakan institusi yang lepas dari kepentingan
manusia. Mutu hukum ditentukan oleh kemampuannya untuk mengabdi pada kesejahteraan manusia. Ini menyebabkan hukum progresif menganut ideologi
hukum yang pro-keadilan dan hukum yang pro rakyat”. :
Jadi, hukum bertujuan sebagai perlindungan bagi manusia itu sendiri untuk menjamin terpenuhinya hak-hak agar dapat hidup, berkembang dan partisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang
berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Terkait dengan penggunaan kontrak standar akad pembiayaan syariah di
Bank Syariah Mandiri Krakatau Medan, Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, wajib ditaati karena nasabah
merupakan rakyat, dan hukum haruslah pro rakyat. Dengan demikian, terciptalah perlindungan hukum bagi nasabah bank.
Hukum melindungi manusia secara aktif dan pasif. Secara aktif, dengan memberikan perlindungan yang meliputi berbagai usaha untuk menciptakan
25
M. Solly Lubis, Op.cit., hal. 80.
26
Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Jakarta : Kompas, 2010, hal. 51.
Universitas Sumatera Utara
keharmonisan dalam masyarakat dan mendorong manusia untuk melakukan hal-hal yang manusiawai. Melindungi secara pasif adalah memberikan perlindungan dalam
berbagai kebutuhan, menjaga ketertiban dan keamanan, taat hukum dan peraturan sehingga manusia yang diayomi dapat hidup damai dan tentram.
27
Selanjutnya penelitian ini juga menggunakan teori pendukung, yakni teori falah. Teori ini berasal dari ketentuan yang terdapat dalam Al-Qur’an. Tujuan hukum
perbankan syariah terkait dengan sistem hukum Islam secara keseluruhan, dan sistem hukum Islam ini adalah yang ada pada Al-Quran dan Sunnah. Falah berasal dari
bahasa arab yang secara literal berarti kemuliaan dan kemenangan dalam hidup.
28
27
Soediman Kartohadiprodjo, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Pembangunan, 1993, hal. 245.
Istilah falah sendiri Islam diambil dari kata-kata Al-Quran, yang sering dimaknai
28
Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Al-Falah keberuntungan adalah tercapainya tujuan yang dicita-citakan, berkat ilham yang diberikan Allah pada orang-orang yang bertakwa untuk
menuju jalan keberhasilan. Sumber : Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir : Kamus Arab- Indonesia, Cet. Ke-XIV, Surabaya : Pustaka Progressif, 1997, hal. 1077.
Menurut M. Quraish Shihab, Al-Falah berarti memperoleh apa yang diinginkan, atau dengan kata lain kebahagiaan. Seseorang baru bisa merasakan bahagia jika mendapatkan apa yang diinginkan.
Akan tetapi, sesuatu yang dianggap sebagai kebahagiaan tidak akan menjadi kebahagiaan kecuali jika ia merupakan sesuatu yang didambakan serta sesuai dengan kenyataan dan substansinya. Sumber :
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Cet. Ke-V, Jakarta : Lentera Hati, 2002, hal. X:256.
Menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Al-Falah keberuntungan adalah tercapainya tujuan yang dicita-citakan, berkat ilham yang diberikan Allah pada orang-orang yang bertakwa untuk menuju
jalan keberhasilan. Sumber : Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Cet. Ke-I, Semarang : Toha Putra, 1986, hal. II : 62.
Menurut Syekh Ibnul Qayyim : “Orang yang beruntung sejati adalah orang setiap kali ia bertambah ilmunya, maka bertambah sifat tawadlu’ dan kasih sayangnya, setiap kali bertambah
amalnya, bertambah pula rasa takut dan kewaspadaannya, setiap kali bertambah umurnya, maka berkuranglah kerakusannya kepada dunia”. Sumber : Majalah Suara Muhammadiyah, “Ghofar Ismail
: Kunci Kesuksesan”.
Menurut John C. Maxwell, orang yang paling beruntung adalah mereka yang mempunyai visi, mengejarnya, dan membantu orang lain untuk melihatnya pemimpin. Orang yang memiliki visi
lalu mengejarnya, mereka lebih senang membicarakan tentang masa depan, berpikir positif, tampak aktif, dan senantiasa bersemangat. Mereka tahu ke arah mana harus melangkah, apa yang harus
dikerjakan, dan selalu berorientasi pada masa depan. Hasilnya, adalah sesuatu yang luar biasa karena mereka selalu memikirkan rencana untuk masa depan. Sumber : Ary Ginanjar Agustian, Emotional
Spiritual Quotient ESQ Berdasarkan Enam Rukun Iman dan Lima Rukun Islam, Cet. Ke-I, Jakarta : Penerbit Arga, 2001, hal. 255.
Universitas Sumatera Utara
sebagai keberuntungan jangka panjang, dunia akhirat, sehingga tidak hanya memandang aspek material namun justru lebih ditekankan pada aspek spiritual.
Dalam konteks dunia, konsep falah merupakan konsep yang multidimensi. Ia memiliki implikasi pada aspek perilaku individu mikro maupun kolektifmakro.
Aspek mikro termasuk di dalamnya kelangsungan hidup biologis, kelangsungan hidup ekonomi, kelangsungan hidup sosial, kelangsungan hidup politik terbebas dari
kemiskinan, hidup mandiri, harga diri, kemerdekaan perlindungan terhadap hidup dan kehormatan. Sementara aspek makro meliputi keseimbangan ekologi dan
lingkungan, pengelolaan sumber daya alam yang baik, penyediaan kesempatan berusaha untuk semua penduduk, kebersamaan sosial, ketiadaan konflik antar
kelompok, jati diri dan kemandirian, penyediaan sumber daya untuk seluruh penduduk, penyediaan sumber daya untuk generasi yang akan datang, kekuatan
ekonomi dan kebebasan dari utang, dan kekuatan militer yang tangguh.
29
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan teori al-falah adalah sebagai berikut :
Jadi garis besarnya teori falah mencakup aspek mikro dan makro sekaligus.
1. QS. Al-Mukminun 23 ayat 1-11, yaitu :
َﻥﻮُﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ َﺢَﻠْﻓَﺃ ْﺪَﻗ1 َﻥﻮُﻌِﺷﺎَﺧ ْﻢِﻬِﺗ َﻼَﺻ ﻲِﻓ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ2 َﻥﻮُﺿِﺮْﻌُﻣ ِﻮْﻐﱠﻠﻟﺍ ِﻦَﻋ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍَﻭ3 ِﺓﺎَﻛﱠﺰﻠِﻟ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍَﻭ َﻥﻮُﻠِﻋﺎَﻓ4 َﻥﻮُﻈِﻓﺎَﺣ ْﻢِﻬِﺟﻭُﺮُﻔِﻟ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍَﻭ5 َﻦﻴِﻣﻮُﻠَﻣ ُﺮْﻴَﻏ ْﻢُﻬﱠﻧِﺈَﻓ ْﻢُﻬُﻧﺎَﻤْﻳَﺃ ْﺖَﻜَﻠَﻣ ﺎَﻣ ْﻭَﺃ ْﻢِﻬِﺟﺍَﻭْﺯَﺃ ﻰَﻠَﻋ ﱠﻻِﺇ6 ِﻦَﻤَﻓ
َﻥﻭُﺩﺎَﻌْﻟﺍ ُﻢُﻫ َﻚِﺌَﻟﻭُﺄَﻓ َﻚِﻟَﺫ َءﺍَﺭَﻭ ﻰَﻐَﺘْﺑﺍ7 ﻳِﺬﱠﻟﺍَﻭ َﻥﻮُﻋﺍَﺭ ْﻢِﻫِﺪْﻬَﻋَﻭ ْﻢِﻬِﺗﺎَﻧﺎَﻣَ ِﻷ ْﻢُﻫ َﻦ8 ْﻢِﻬِﺗﺍَﻮَﻠَﺻ ﻰَﻠَﻋ ْﻢُﻫ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍَﻭ َﻥﻮُﻈِﻓﺎَﺤُﻳ9 َﻥﻮُﺛِﺭﺍَﻮْﻟﺍ ُﻢُﻫ َﻚِﺌَﻟﻭُﺃ10 َﻥﻭُﺪِﻟﺎَﺧ ﺎَﻬﻴِﻓ ْﻢُﻫ َﺱْﻭَﺩْﺮِﻔْﻟﺍ َﻥﻮُﺛِﺮَﻳ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ11
29
Pusat Kajian dan Pengembangan Ekonomi Islam P3EI Universitas Islam Indonesia bekerja sama dengan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008, hal. 2-
3.
Universitas Sumatera Utara
Artinya : 1. Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. 2. yaitu orang-
orang yang khusyu dalam sembahyangnya, 3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna, 4.
Dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak
yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. 7. Barangsiapa yang mencari dibalik itu, sungguh mereka itulah
orang-orang yang meampaui batas. 8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya. 9. Dan orang-orang yang
memeihara sembahyangnya, 10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, 11. yakni yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal
di dalamnya.
2. QS. Al-Hasyr 59 ayat 9, yaitu :
َﺗ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍَﻭ ﱢﻣ ًﺔَﺟﺎَﺣ ْﻢِﻫِﺭﻭُﺪُﺻ ﻲِﻓ َﻥﻭُﺪِﺠَﻳ َﻻَﻭ ْﻢِﻬْﻴَﻟِﺇ َﺮَﺟﺎَﻫ ْﻦَﻣ َﻥﻮﱡﺒِﺤُﻳ ْﻢِﻬِﻠْﺒَﻗ ﻦِﻣ َﻥﺎَﻤﻳِ ْﻹﺍَﻭ َﺭﺍﱠﺪﻟﺍ ﺍﻭُﺅﱠﻮَﺒ ﺎﱠﻤ ُﺤِﻠْﻔُﻤْﻟﺍ ُﻢُﻫ َﻚِﺌَﻟْﻭُﺄَﻓ ِﻪِﺴْﻔَﻧ ﱠﺢُﺷ َﻕﻮُﻳ ﻦَﻣَﻭ ٌﺔَﺻﺎَﺼَﺧ ْﻢِﻬِﺑ َﻥﺎَﻛ ْﻮَﻟَﻭ ْﻢِﻬِﺴُﻔﻧَﺃ ﻰَﻠَﻋ َﻥﻭُﺮِﺛْﺆُﻳَﻭ ﺍﻮُﺗﻭُﺃ َﻥﻮ
Artinya : Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
Anshar sebelum kedatangan mereka Muhajirin, mereka Anshar mencintai orang yang berhijrah kepada mereka Muhajirin. Dan mereka
Anshar tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka Muhajirin; dan mereka mengutamakan
orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya,
mereka itulah orang orang yang beruntung.
3. QS. Yunus 1 ayat 77, yaitu :
َﻥﻭُﺮِﺣﺎﱠﺴﻟﺍ ُﺢِﻠْﻔُﻳ َﻻَﻭ ﺍَﺬَﻫ ٌﺮْﺤِﺳَﺃ ْﻢُﻛَءﺎَﺟ ﺎﱠﻤَﻟ ﱢﻖَﺤْﻠِﻟ َﻥﻮُﻟﻮُﻘَﺗَﺃ ﻰَﺳﻮُﻣ َﻝﺎَﻗ77 Artinya :
Musa berkata: Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini? padahal ahli-ahli sihir itu tidaklah
mendapat kemenangan.
4. QS. Yusuf 12 ayat 23, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
ﱠﻧِﺇ ِ ّﷲ َﺫﺎَﻌَﻣ َﻝﺎَﻗ َﻚَﻟ َﺖْﻴَﻫ ْﺖَﻟﺎَﻗَﻭ َﺏﺍَﻮْﺑَﻷﺍ ِﺖَﻘﱠﻠَﻏَﻭ ِﻪِﺴْﻔﱠﻧ ﻦَﻋ ﺎَﻬِﺘْﻴَﺑ ﻲِﻓ َﻮُﻫ ﻲِﺘﱠﻟﺍ ُﻪْﺗَﺩَﻭﺍَﺭَﻭ َﻦَﺴْﺣَﺃ ﻲﱢﺑَﺭ ُﻪ َﻥﻮُﻤِﻟﺎﱠﻈﻟﺍ ُﺢِﻠْﻔُﻳ َﻻ ُﻪﱠﻧِﺇ َﻱﺍَﻮْﺜَﻣ
Artinya : Dan wanita Zulaikha yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf
untuk menundukkan dirinya kepadanya dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: Marilah ke sini. Yusuf berkata: Aku berlindung kepada
Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.
5. QS. Al-An’am 6 ayat 21, yaitu :
ِﻠْﻔُﻳ َﻻ ُﻪﱠﻧِﺇ ِﻪِﺗﺎَﻳﺂِﺑ َﺏﱠﺬَﻛ ْﻭَﺃ ًﺎﺑِﺬَﻛ ِ ّﷲ ﻰَﻠَﻋ ﻯَﺮَﺘْﻓﺍ ِﻦﱠﻤِﻣ ُﻢَﻠْﻅَﺃ ْﻦَﻣَﻭ َﻥﻮُﻤِﻟﺎﱠﻈﻟﺍ ُﺢ Artinya :
Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya?
Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan.
6. QS. Al-Maidah 5 ayat 60, yaitu :
ِﻥﺎَﻄْﻴﱠﺸﻟﺍ ِﻞَﻤَﻋ ْﻦﱢﻣ ٌﺲْﺟِﺭ ُﻡَﻻْﺯَﻷﺍَﻭ ُﺏﺎَﺼﻧَﻷﺍَﻭ ُﺮِﺴْﻴَﻤْﻟﺍَﻭ ُﺮْﻤَﺨْﻟﺍ ﺎَﻤﱠﻧِﺇ ْﺍﻮُﻨَﻣﺁ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺃ ﺎَﻳ ُﻩﻮُﺒِﻨَﺘْﺟﺎَﻓ َﻥﻮُﺤِﻠْﻔُﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamar,
berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.
7. QS. Al-Hajj 22 ayat 77, yaitu :
ُﺪُﺒْﻋﺍَﻭ ﺍﻭُﺪُﺠْﺳﺍَﻭ ﺍﻮُﻌَﻛْﺭﺍ ﺍﻮُﻨَﻣﺁ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺃ ﺎَﻳ َﻥﻮُﺤِﻠْﻔُﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ َﺮْﻴَﺨْﻟﺍ ﺍﻮُﻠَﻌْﻓﺍَﻭ ْﻢُﻜﱠﺑَﺭ ﺍﻭ Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
Universitas Sumatera Utara
8. QS. Al-Maidah 5 ayat 100, yaitu :
َﻻ ْﻞُﻗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ ِﺏﺎَﺒْﻟَ ْﻷﺍ ﻲِﻟﻭُﺃ ﺎَﻳ َ ﱠﷲ ﺍﻮُﻘﱠﺗﺎَﻓ ِﺚﻴِﺒَﺨْﻟﺍ ُﺓَﺮْﺜَﻛ َﻚَﺒَﺠْﻋَﺃ ْﻮَﻟَﻭ ُﺐﱢﻴﱠﻄﻟﺍَﻭ ُﺚﻴِﺒَﺨْﻟﺍ ﻱِﻮَﺘْﺴَﻳ َﻥﻮُﺤِﻠْﻔُﺗ Artinya :
Katakanlah: Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada
Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.
9. QS. Al-Maidah 5 ayat 35, yaitu :
ْﻔُﺗ ْﻢُﻜﱠﻠَﻌَﻟ ِﻪِﻠﻴِﺒَﺳ ﻲِﻓ ْﺍﻭُﺪِﻫﺎَﺟَﻭ َﺔَﻠﻴِﺳَﻮْﻟﺍ ِﻪﻴَﻟِﺇ ْﺍﻮُﻐَﺘْﺑﺍَﻭ َ ّﷲ ْﺍﻮُﻘﱠﺗﺍ ْﺍﻮُﻨَﻣﺁ َﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎَﻬﱡﻳَﺃ ﺎَﻳ َﻥﻮُﺤِﻠ Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-
Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
Teori falah ini dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu untuk kehidupan dunia dan untuk kehidupan akhirat. Untuk kehidupan dunia, teori falah mencakup tidak
pengertian, yaitu keberlangsungan hidup, kebebasan berkeinginan, dan kekuatan dan kehormatan. Sedangkan untuk kehidupan akhirat, teori falah mencakup pengertian
kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan abadi, kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi bebas dari kebodohan.
30
Teori falah digunakan karena teori ini tidak saja memperhatikan masalah individu, tetapi juga masalah yang menyangkut kepentingan kolektif. Bahwa
aktivitas perbankan sangat terkait dengan individu dan kolektif dalam pencapaian kebutuhan. Selain itu, moralitas menjadi faktor yang dominan dalam teori ini,
sehingga diperlukan adanya kesesuaian dalam pelaksanaannya. Teori ini juga
30
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan masalah waktu, karena penerapan praktik perbankan tidak hanya ditujukan pada saat ini saja, bahkan kepada masa yang akan datang, agar masyarakat
bisa hidup lebih sejahtera, nyaman bersahaja, dan berakhlak mulia, dan terakhir, teori ini mengedepankan faktor totalitas, karena praktik perbankan dalam kehidupan
manusia dipengaruhi oleh seluruh unsur yang ada di dunia ini. Relevansi penggunaan teori ini dalam penelitian ini terkait penggunaan
kontrak standar dalam akad pembiayaan syariah di Bank Syariah Mandiri, pertama sekali perlu diyakini bahwa pemberian pinjaman kepada nasabah yang ingin
membuka usaha atau urusan apapun adalah terkait dengan keberuntungan Al-Falah nasabah itu sendiri. Keberuntungan dalam hal melakukan pengembangan usaha,
karena setiap usaha yang berkembang pasti akan mampu membayar cicilan pinjaman bank.
Selain menggunakan teori falah tersebut di atas, teori pendukung lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kebebasan berkontrak. Persoalan
perlindungan nasabah dalam penelitian ini dibatasi dan lebih tertuju pada ketentuan pasal 18 UUPK guna mengatur perjanjian antara bank dengan nasabahnya dalam
rangka pelaksanaan akad pembiayaan syariah. Hubungan hukum yang terjadi antara bank dengan nasabah yang terwujud dari suatu perjanjian, dalam hal ini adalah
perjanjian yang berbentuk kontrak baku. Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham
individualisme. Menurut paham individualisme, setiap orang bebas untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. Dalam hukum kontrak asas ini diwujudkan
Universitas Sumatera Utara
dalam kebebasan berkontrak. Teori Adam Smith menganggap bahwa the invisible hand akan menjamin kelangsungan jalannya persaingan bebas, karena pemerintah
sama sekali tidak boleh mengadakan intervensi di dalam kehidupan sosial sosial ekonomi masyarakat. Paham individualisme memberikan peluang yang luas kepada
golongan ekonomi kuat untuk menguasai golongan ekonomi lemah. Pihak yang kuat menentukan kedudukan pihak yang lemah. Pihak yang lemah dapat dikatakan berada
dalam cengkaraman pihak yang lebih kuat, hal ini diungkapkan dalam exploitation de homme par l’homme.
31
Asas kebebasan berkontrak dalam KUH Perdata dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1338 ayat 1 : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Ini berarti setiap orang yang dapat melakukan perbuatan hukum dapat membuat suatu kontrak dengan pihak lain
tentang apa saja yang mereka inginkan. Kebebasan berkontrak hanya bisa mencapai tujuannya apabila para pihak
mempunyai bargaining position yang seimbang. Jika salah satu pihak lemah, maka pihak yang memiliki bargaining position lebih kuat dapat memaksakan kehendaknya
untuk menekan pihak pihak lain demi keuntungannya sendiri. Syarat-syarat dalam kontrak yang semacam itu akhirnya akan melanggar aturan-aturan yang adil dan
layak. Di dalam kenyataannya, para pihak yang saling berhubungan tidak selalu
31
Salim H. S, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta : Sinar Grafika, 2004, hal. 9.
Universitas Sumatera Utara
memiliki bargaining position yang seimbang, sehingga dalam hal inilah diperlukan campur tangan negara untuk melindungi pihak yang lemah.
32
Suatu hal yang dapat membatasi kebebasan berkontrak adalah dengan diterapkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
khususnya Pasal 18. Jadi, kontrak standar Bank Syariah Mandiri baik pusat maupun cabang tidak boleh memasukkan ketentuan yang dilarang di dalam Pasal 18 ayat 1
ketentuan perlindungan konsumen tersebut. Oleh karena itu, Pasal 18 ayat 1 dapat dijadikan sebagai perlindungan hukum bagi nasabah bank yang akan mengajukan
pembiayaan syariah. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
beranjak dari satu dasar yang asasi, yaitu kesederajatan mendapat akses dalam perlakuan hukum. Kesederajatan untuk mendapatkan akses dalam perlakuan hukum
yang dimungkinkan jika konsumen mendapat perlindungan melalui undang-undang yang memberikan aturan yang komprehensif mengenai penyelesaian sengketa
konsumen di dalam tatanan hukum di Indonesia, sebagai norma hukum dan delik yang ditetapkan dalam undang-undang ini.
33
Nasabah merupakan konsumen dari pelayanan jasa perbankan, perlindungan konsumen baginya merupakan suatu tuntutan yang tidak boleh diabaikan begitu saja.
Dalam dunia perbankan, pihak nasabah merupakan unsur yang sangat berperan
32
Sutan Remy Sjahdeini, Op.cit., hal. 9.
33
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Pemberdayaan Hak-hak Konsumen di Indonesia, Jakarta : Defit Prima Karya, 2001, hal. 55.
Universitas Sumatera Utara
sekali, mati hidupnya dunia perbankan bersandar kepada kepercayaan dari pihak masyarakat atau nasabah.
34
Selanjutnya untuk membuat pengaturan mengenai penggunaan kontrak standar pada bank-bank syariah dapat dilihat melalui perspektif teori rekayasa sosial
yang menyatakan bahwa : “Law as a tool of social engineering”. Teori rekayasa sosial ini diutarakan oleh Roscoe Pound.
35
Kepercayaan merupakan inti dari perbankan sehingga sebuah bank harus mampu menjaga kepercayaan dari para nasabahnya. Hukum sebagai alat rekayasa
sosial terlihat aktualisasinya di sini. Pada tataran undang-undang maupun Peraturan Bank Indonesia terdapat pengaturan dalam rangka untuk menjaga kepercayaan
masyarakat kepada perbankan dan sekaligus dapat memberikan perlindungan hukum bagi nasabah.
2. Kerangka Konsepsi