asuh yang diperluas dan sama sekali sama sekali tidak menciptakan maupun memutuskan hubungan nasab.
79
Akibat yuridis dari pengangkatan anak dalam Islam adalah terciptanya hubungan kasih sayang dan hubungan
tanggung jawab sesama manusia. Konsekwensi lainnya adalah antara orang tua angkat dengan anak angkat harus menjaga mahram, dan karena tidak
ada hubungan nasab, maka keduanya dapat melangsungkan perkawinan.
3. Akibat hukum pengangkatan anak yang dilarang dalam Islam.
Akibat yang ditimbulkan dari pengangkatan anak yang dilarang dalam Islam dan harus dihindari, antara lain:
- Untuk menghindari terganggunya hubungan keluarga berikut hak- haknya. Pengangktan anak berarti kedua belah pihak anak angkat
dan orang tua angkat telah membentuk keluarga baru yang mungkin akan mengganggu hak dan kewajiban keluarga yang telah
ditetapkan oleh Islam. - Untuk menghindarai kesalahpahaman antara yang halal dan yang
haram. Masknya anak anak angkat kedalam satu keluarga tertentu, dan dijadikan sebagai anak kandung, maka ia menjadi mahram,
dalam ia tidak boleh menikah dengan orang yang ebenarnya boleh dinikahinya.
- Masuknya anak angkat kedalam keluarga orang tua angkatnya bisa menimbulkan permusuhan antara satu keturunan dalam keluarga
itu. Seharusnya anak angkat tidak memperoleh warisan tetapi
79
Opcit, Ahmad Kamil dan HM. Fauzan, hal.113.
dijadikan ahli waris, sehingga menutup bagian yang seharusnya dibagikan kepada ahli waris yang berhak menerimanya.
- Pengangkatan anak apabila diperbolehkan oleh Islam, maka akan membuka peluang bagi orang mengangkat anak yang berbeda
agama dengannya. Akibat hukum lain pun akan muncul, seperti larangan agama untuk saling mewarisi jika salah satu pihak
beragama Islam dan pihak lain tidak Islam. Bisa juga terjadi perpindahan agama atau pemaksaan agama tertentu secara tidak
langsung kepada anak angkat, hal ini sangat ilarang oleh Alqur”an.
80
Para ulama sepakat bahwa pengangkatan anak hanya dibolehkan dalam rangka saling tolong-menolong dan atas dasar rasa
kemanusiaan, bukan pengangkatan anak yang dilarang oleh Islam. Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa ada dua bentuk
pengangkatan anak yang dipahami dalam perspektif Hukum Islam, yaitu: pertama bentuk pengangkatan anak yang dilarang sebagaimana
pengangkatan anak yang dipraktekkan oleh madyarakat jahiliyah dan hukum perdata sekuler, yang menjadikan anak angkat sebagai anak kandung
dengan segala hak-haknya sebagai anak kandung, dan memutuskan hubungan hukum dengan orang tua kandungnya, kedua, adalah
pengangkatan anak yang dianjurkan, yaitu pengangkatan anak yang didorong oleh motivasi kepada Allah Swt. dengan menaggung nafkah sehari-hari, biaya
pendidikan, pemeliharaan, dan lain-lain tanpa harus memutuskan hubungan hukum dengan orang tua kandungnya.
80
Alqur”an Surat Al-Baqoroh, ayat 256.
E. PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI SARANA PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK
Dalam prakteknya, pengangkatan anak di kalangan masyarakat Indonesia mempunyai beberapa tujuan danatau motivasinya. Tujuannya
antara lain adalah untuk meneruskan keturunan, apabila dalam suatu perkawinan tidak memperoleh keturunan.
81
Motivasi ini sangat kuat terhadap pasangan suami istri yang telah divonis tidak mungkin melahirkan anak,
padahal mereka sangat mendambakan kehadiran anak dalam pelukannya di tengah-tengah keluarga.
Undang-undang Nomor: 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak , Pasal 29 ayat 2 secara tegas menyatakan bahwa tujuan pengangkatan anak,
motivasi pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat kebiasaan setempat dan
ketentuan peraturan perindang-undang yang berlaku. Ketentuan ini sangat memberikan jaminan perlindungan bagi anak yang sifatnya memang sangat
tergantung dari orang tuanya. Praktek pengangkatan anak dengan motivasi komersial, perdagangan
anak, sekedar untuk pancingan dan setelah memperoleh anak, kemudian anak angkat disia-siakan atau diterlantarkan, sangat bertentangan dengan
hak-hak yang melekat pada anak, oleh Karena itu pengangkatan anak harus dilandasi oleh semangat yang kuat untuk memberikan pertolongan dan
perlindungan sehingga masa depan anak angkat akan lebih baik dan lebih maslahat.
81
Undang-undang Nomor: 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Pasal 54.
Harus disadari bahwa sessuai ketentuan Pasal 30 ayat 3 Undang- Undang Nomor:23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak, pengangkatan
anak yang sesuai dengan budaya dan akidah masyarakat Indonesia tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dengan orang tua
kandungnya. Hal sensitif yang perlu disadari oleh orang tua angkat dan orang tua kandung adalah bahwa calon orang tua angkat dan orang tua kandung
harus seagama dengan agama ayang dianut oleh calon anak angkat. Hal ini penting diperhatikan oleh karena pengaruh agama orang tua angkat terhadap
anak angkat hanya memiliki satu arus arah dari orang tua angkat terhadap anak angkatnya. Jika hal ini terjadi maka akan sangat melukai hati nurani
serta akidah orang tua kandung anak angkat itu.
82
Pengangkatan anak juga mungkin terjadi dilakukan oleh warga negara asing terhadap anak Indonesia, hal ini memerlukan adanya ketentuan hukum
yang jelas terhadap pengangkatan anak antarwarga negara. Pasal 39 angka 4 Undang-undang Nomor: 23 tahun 2002 menyatakan bahwa pengangkatan
anak oleh warga negara asing hanya dapat dilakukansebagai upaya terakhir. Dalam hal asal usul anak yang akan diangkat tersebut tidak diketahui,
misalnya anak tersebut dibuang oleh orang tuanya di tempat pembuangan sampah atau dipinggir jalan lalu ditemukan oleh seseorang, maka sesuai
Pasal 39 ayat 5 Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2002, agamanya akan disesuaikan dengan agama mayoritas penduduk setempat, yaitu agama
penduduk di sekitar tempat pembuangan bayi tersebut. Di atas telah diuraikan bahwa hubungan nasab anak angkat dengan
orang tua kandungnya tidak putus oleh lembaga pengangkatan anak, dan
82
Fauzan, Pengangkatan Anak Bagi Keluarga Muslim Wewenang Absolute Peradilan agama, Majalah Mimbar Hukum, Jakarta, Edisi Desember 1999, No.X, hal.56.
orang tua kandung tetap memiliki hak untuk menjalankan hak dan kewajibannya sebagai orang tua kandung, oleh karena itu orang angkat wajib
memberitahu kepada anak angkatnya mengenai asal usulnya dan orang tua kandungnya. Pemberitahuan asal usul dan orang tua kandungnya dengan
memperhatikan kesiapan anak yang bersangkutan. Pengangkatan anak merupakan wujud dari penyelenggaraan
perlindungan terhadap anak angkat yang meliputi berbagai aspek kehidupan dengan mengacu kepada hak-hak asasi anak yang melekat padanya sejak
anak itu dilahirkan, meliputi: a. Perlindungan terhadap agama.
b. Perlindungan terhadap kesehatan. c. Perlindungan terhadap pendidikan.
d. Perlindungan terhadap hak sosial. e. Perlindungan yang bersifat khususeksepsional.
Setiap anak berhak mendapat perlindungan untuk beribadah menurut agamanya. Sebelum anak dapat menentukan pilihannya, agama yang akan
dianut anak tersebut mengikuti agama orang tuanya. Negara, pemerintah, masyarakat , keluarga, orang tua, wali, dan lembaga sosial menjamin
perlindungan anak dalam memeluk agamanya, meliputi pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan ajaran agama bagi anak.
Pemerintah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang konprehensif bagi anak, agar setiap anak memperoleh
derajat kesehatan yang optimal sejak dalam kandungan. Penyediaan fasilitas dan peyelenggaraan upaya kesehatan secara konprehensif tersebut harus
didukung dengan prnserta madsyarakat. Upaya kesehatan yang konprhensif
tersebut, meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, da rehabilitatif; baik untuk pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan.
Orang tua dan keluarga bertanggung jawab menjaga kesehatan anak dan merawat anak sejak dalam kandungan. Dalam hal orang tua dan
keluarga yang tidak mampu melaksanakan tanggung jawab menjaga kesehatan dan merawat anak sejak dalam kandungan, maka pemerintah
wajib memenuhinya. Kewajiban pemerintah tersebut, pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Negara, pemerintah, keluarga, orang tua wajib mengusahakan agar anak yang lahir terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup
danatau menimbulkan kecacatan. Negara, pemerintah, keluarga dan orang tua wajib melindungi anak
dari upaya transplantasi organ tubuhnya untuk pihak lain. Negara, pemerintah, keluarga, dan orang tua wajib melindungi anak dari perbuatan:
a. Pengambilan organ tubuh anak danatau jaringan tubuh anak tanpa memperhatikan kesehatan anak.
b. Jual beli organ danataujaringan tubuh anak, dan c. Penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai obyek penelitian
tanpa seijin orang tua dan tidak mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak.
Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 sembilan tahun untuk semua anak. Negara, pemerintah, keluarga dan orang
tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan untuk anak tersebut harus diarahkan
kepada:
a. Pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental, dan fisik sampai mencapai potensi yang optimal.
b. Pengembangan penghormatan atas hak asasi manusia dan kebebasan asasi.
c. Pengembangan rasa hormat terhadap orang tua, identitas budaya, bahasa dan nilai-nilainya sendiri, nilai-nilai nasional di mana anak bertempat
tinggal, dari mana anak berasal, dan peradaban-peradaban yang berbeda- beda dari peradaban sendiri.
d. Persiapan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab. e. Pengembangan rasa hormat dan cinta terhadap lingkungan hidup.
Anak yang menyandang cacat fisik danatau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa
dan pendidikan luar biasa. Anak yang memiliki keunggulan diberi kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus.
Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan danatau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga
tidak mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil. Pertanggung jawaban pemerintah tersebut, termasuk pula
mendorong masyarakat agar berperan aktif. Anak di dalam dan dilingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan
kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman- temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan
lainnya. Dalam aspek sosial, pemerintah wajib menyelenggarakan
pemeliharaan dan perawatan anak terlantar, baik dalam lembaga maupun di
luar lembaga. Penyelenggaraan pemeliharaan dapat dilakukan oleh lembaga masyarakat. Untuk menyelenggarakan pemeliharan dan perawatan anak
terlantar, lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat dapat bekerja sama dengan berbagai pihak yang terkait. Dalam hal penyelenggaraan
pemeliharaan dan perawatan anak tersebut, pengawasannya dilakukan oleh menteri sosial.
Pemerintah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan wajib mengupayakan dan membantu agar anak dapat:
1. Berpartisipasi. 2. Bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan hati nurani dan
agamanya. 3. Bebas menerima informasi lisan atau tertulis sesuai tahapan usia dan
perkembangan anak. 4. Bebas berserikat dan berkumpul.
5. Bebas beristirahat dan bermain, berekreasi, dan berkarya seni budaya. 6. Memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan
keselamatan. Upaya-upaya tersebut dikembangkan dan disesuaikan dengan usia,
tingkat kemampuan anak, dan lingkungannya agar tidak menghambat dan mengganggu perkembangan anak.
Di samping perlindungan yang bersifat umum, bagi anak dalam situasi dan kondisi darurat wajib memperoleh perlindungan khusus. Undang-Undang
Perlindungan Anak telah memberikan ukuran bagi anak-anak yang perlu mendapat perlindungan khusus. Dalam hal ini pemerintah dan lembaga
pemerintah lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan
perlindungan khusus kepada anak-anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi,
anak yang tereksploitasi secara ekonomi danatau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi penyalahgunaan narkotika, anak yang
menjadi korban penculikan, anak yang menjadi korban kekerasan baik fisik maupun mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan
salah penelantaran. Anak dalam situasi darurat terdiri atas:
1. Anak yang menjadi pengungsi. 2. Anak korban kerusuhan.
3. Anak korban bencana alam. 4. Anak dalam situasi konflik bersenjata.
Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi pengungsi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum humaniter. Perlindungan hukum bagi anak
korban kerusuhan, korban bencana, dan korban dalam situasi konflik bersenjata dilaksanakan melalui:
1. Pemenuhan kebutuhan dasar yang terdiri atas pangan, sandang, pemukiman,pendidikan, kesehatan, belajar dan berkreasi, jaminan
keamanan, dan persamaan perlakuan. 2. Pemenuhan kebutuhan khusus bagi anak yang menyandang cacat dan
anak yang mengalami gangguan psikososial. Setiap orang dilarang merekrut atau memperalat anak untuk
kepentingan militer danatau lainnya dan membiarkan anak tanpa perlindungan jiwa. Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan
hukum meliputi anak yang berkonflik dengan hukum dan anak korban tindak
pidana merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan
hukum meliputi: 1. Perlakuan atas anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-
hak anak. 2. Penyediaan tugas pendamping khusus anak sejak dini.
3. Penyediaan sarana dan prasarana khusus. 4. Penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak.
5. Pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang berhadapan dengan hukum.
6. Pemberian jaminan untuk mempertahankan hubugan dengan orang tua atau keluarga.
7. Perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi.
Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban tindak pidana, dilaksanakan melalui:
1. Upaya rehabilitasi, terutama dalam hal menagalami guncangan mental. 2. Upaya perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan
untuk menghindari labelisasi. 3. Pemberian jaminan keselamatan bagi saksi korban dan saksi ahli, baik
fisik, mental, maupun sosial. 4. pemberian aksebilitas untuk mendapatkan informasi mengenai perkara.
Perlindungan khusus bagi anak dari kelompok minoritas dan terisolisasi, dilakukan melalui penyediaan prasarana dan sarana untuk dapat
menikmati budayanya sendiri, mengakui dan melaksanakan ajaran agamanya
dan menggunakan bahasanya. Setiap orang dilarang menghalang-halangi anak dari kelompok minoritas dan terisolisasi untuk menikmati budayanya
sendiri, mengakui dan melaksanakan ajaran agamanya, serta menggunakan bahasanya sendiri tanpa mengabaikan akses pembangunan masyarakat dan
budaya. Perlindungan khusus bagi anak yang diekploitasi secara ekonomi
danatau seksual merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Perlindungan khusus bagi anak yang diekploitasi secara
ekonomi danatau seksual tersebut dilakukan melalui: 1. Penyebarluasan danatau sosialisasi ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan perlindungan anak yang diekploitasi secara ekonomi danatau seksual.
2. Pemantauan,pelaporan, dan pemberian sanksi. 3. Pelibatan bergai instansi pemerintah, perusahaan, serikat pekerja, lembaga
swadaya masyarakat, dan masyarakat dalam penghapusan ekploitasi terhadap anak secara ekonomi danatau seksual.
Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan ekploitasi terhadap anak
tersebut. Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktifnya, dan
terlibat dalam produksi dan distribusinya, dilakukan melalui upaya pengawasan, pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi oleh pemerintah dan
masyarakat. Setiap orang dilarang dengan sengaja menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam penyalahgunaan,
produksi dan distribusi narkotika, psikotropika dan zat adiktif lannya.
Perlindungan khusus bagi anak yang menjadi korban penculikan, penjualan dan perdagangan anak, dilakukan melakui upaya pengawasan,
perlindungan pencegahan, perawatan dan rehabilitasi oleh pemerintah dan masyarakat. Setiap orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan,
menyuruh melakukan, atau turut melakukan penculikan, penjualan, atau perdagangan anak.
Perlindungan khusus bagi anak korban kekerasan tersebut di atas meliputi kekerasan fisik, psikis, dan seksual dilakukan melalui upaya:
1. Penyebarluasan dan sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan yang melindung anak korban tindak kekerasan.
2. Pemantauan, pelaporan, dan pemberian sanksi. Perlindungan khusus bagi anak yang meyandang cacat dilakukan
dengan cara: 1. Perlakuan anak secara manusiawisesuai dengan martabat dan hak anak.
2. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan khusus. 3. Memperoleh perlakuan yang sama dengan anak lainnya untuk memperoleh
integrasi sosial sepenuh mungkin dan pengembangan individu. Setiap orang dilarang memperlakukan anak dengan mengabaikan
pandangan mereka secara diskriminatif, termasuk labelisasi dan penyetaraan dalam pendidikan bagi anak-anak yang menyandang cacat.
Perlindungan khusus bagi anak korban perlakuan salahdan penelantaran, dilakukan melalui pengwasan, pencegahan, perawatan, dan
rehabilitasi oleh pemerintah dan masyarakat.
BAB III
PEMBAHASAN DAN ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Proses Pengangkatan Anak di Pengadilan Negeri Kendal 1. Bentuk dan isi surat permohonan.