Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Pengertian Pajak Pemberitahuan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP

E. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Keberhasilan program modernisasi di lingkungan DJP, tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perubahan perilaku pegawai DJP. Tetapi lebih jauh juga dapat memberikan dampak positif terhadap percepatan penerapan praktik- praktik “good governance” pada instiusi pemerintah secara keseluruhan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Pajak telah mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan. Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Visi : menjadi instansi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi. 2. Misi : menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang- undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi. Universitas Sumatera Utara 26 BAB III GAMBARAN DATA PKLM

A. Pengertian Pajak

Menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Pajak adalah Kontribusi Wajib kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan menurut Prof. Dr.Rochmat Soemitro,SH Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

B. Penagihan Pajak 1. Dasar Hukum Penagihan

1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 2. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Psal 18, Pasal 19, Pasal 20 Nomor 1 dan 2, Pasal 21, pasal 22, Pasal 23, dan Pasal 24. Universitas Sumatera Utara 3. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. 2. Pengertian Penagihan Berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa No. 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19 Tahun 2000, Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.

3. Penagihan Utang Pajak

Tindakan penagihan Utang Pajak secara teoritis dibedakan menjadi 2 dua langkah yaitu: 1. Penagihan Pasif Penagihan Pajak Pasif dilakukan dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak STP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Keberatan yang menyebabkan pajak terutang menjadi lebih besar, Surat Keputusan Banding yang menyebabkan pajak terutang Universitas Sumatera Utara menjadi lebih besar. Jika dalam jangka waktu 30 hari belum dilunasi, maka tujuh hari setelah jatuh tempo akan diikuti dengan penagihan pajak secara aktif yang dimulai dengan menerbitkan surat teguran. 2. Penagihan Pajak Aktif Penagihan Pajak Aktif merupakan kelanjutan dari penagihan pajak pasif, dimana dalam upaya penagihan pajak ini fiskus berperan aktif dalam arti tidak hanya mengirim surat tagihan atau surat ketetapan pajak tetapi akan diikuti dengan tindakan sita, dan dilanjutkan dengan pelaksanaan lelang.

4. Surat Tagihan Pajak

4.1 Pengertian Surat Tagihan Pajak Berdasarkan Pasal 1 angka 20 Undang- Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Surat Tagihan Pajak STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. Yang menerbitkan STP adalah Kantor Pelayanan Pajak KPP tempat seseorang atau badan terdaftar sebagai Wajib Pajak. Terbitnya STP ini biasanya disebabkan Wajib Pajak tidak melakukan satu atau beberapa kewajiban pajaknya. 4.2 Penerbitan Surat Tagihan Pajak Surat Tagihan Pajak diterbitkan apabila: 1. Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. Universitas Sumatera Utara 2. Dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung. 3. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan atau bunga. 4. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu. 5. Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak.

5. Surat Ketetapan Pajak

4.1 Pengertian Surat Ketetapan Pajak Berdasarkan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka yang 15 Surat Ketetapan Pajak adalah surat keterangan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar. 4.1 Penyebab Diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Surat Ketetapan Pajak ditebitkan apabila dalam pemeriksaan masih terdapat kesalahan dalam menghitung dan melaporkan SPT, sehingga masih terdapat Pajak yang tidak atau kurang dibayar, dan pajak yang kurang atau tidak dipotong atau dipungut. 4.2 Jenis - jenis Ketetapan Pajak Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Undang- Undang KUP pasal 1 angka 15, Surat Ketetapan Pajak dibagi atas 4 bagian yaitu: 1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB Menurut Undang-Undang Ketentuan Dan Tata Cara Perpajakan No.28 Pasal 1 angka 16, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT Menurut Undang-Undang Ketentuan Dan Tata Cara Perpajakan No.28 Pasal 1 angka 17, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. 3. Surat Ketetapan Pajak Nihil SKPN Menurut Undang-Undang Ketentuan Dan Tata Cara Perpajakan No.28 Pasal 1angka 18, Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak terutang dan tidak ada kredit pajak. 4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB Menurut Undang-Undang Ketentuan Dan Tata Cara Perpajakan No.28 Pasal 1 angka 19, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah Surat Universitas Sumatera Utara Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 5 Surat Teguran Surat teguran dapat diterbitkan apabila utang pajak yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak kurang bayar, Surat Ketetapan Pajak kurang bayar tambahan, tidak dilunasi sampai melewati 7 hari dari batas waktu jatuh tempo satu bulan sejak tanggal diterbitkan

C. Penerbitan Dan Pemberitahuan Surat Paksa 1. Pengertian Surat Paksa

Menurut Pasal 1 angka 12 Undang-undang No. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya Penagihan Pajak. Penagihan dengan Surat Paksa dilakukan apabila jumlah tagihan pajak tidak atau kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau sampai dengan jatuh tempo penundaan pembayaran atau tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak. Apabila Wajib Pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran maka penagihan selanjutnya dilakukan oleh Juru Sita Pajak.

2. Penerbitan Surat Paksa

Universitas Sumatera Utara Surat Paksa diterbitkan oleh kepala KPP yang menerbitkan STP, SKPKB, SKPKBT, Surat keputusan pembetulan, Surat keputusan Keberatan yang menyebabkan Jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Dan yang menjadi penyebab Penagihan Pajak adalah: 1. Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis. 2. Terhadap Penanggung Pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus. 3. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak. Surat Paksa dapat diterbitkan setelah lewat waktu 21 hari setelah Surat Teguran diterbitkan, kecuali atas Penanggung Pajak tersebut telah diterbitkan Surat Penagihan Seketika Sekaligus, Surat paksa dapat diterbitkan tanpa menunggu waktu 21 hari setelah Surat Teguran diterbitkan.

3. Pemberitahuan Surat Paksa

Pemberitahuan Surat paksa dilakukan oleh pejabat Juru Sita Pajak dan diserahkan kepada Penanggung Pajak yaitu: 1. Wajib Pajak Orang Pribadi 1.1 Penanggung Pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang memungkinkan. Universitas Sumatera Utara 1.2 Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja di tempat usaha Penanggung Pajak, apabila Penanggung Pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai. 1.3 Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi; atau 1.4 Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta warisan telah dibagi. 2. Wajib Pajak Badan 1.1 Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain yang memungkinkan; atau 1.2 Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila Juru Sita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud dalam huruf a. 3. Wajib Pajak Pailit Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, Surat Paksa diberitahukan kepada Kurator, Hakim Pengawas, dan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untuk melakukan pemberesan, atau likuidator. Universitas Sumatera Utara 4. Keadaan Khusus Apabila surat paksa tidak dapat diberitahukan kepada Wajib pajak orang pribadi atau badan, Surat paksa dapat disampaikan melalui aparat pemda sekurang-kurangnya Sekretaris Desa atau Sekretaris Kelurahan tempat Penanggung Pajak bertempat tinggal atau melakukan usaha. Apabila tempat tinggal atau tempat kedudukan Penanggung Pajak tidak diketahui, pemberitahuan Surat Paksa dapat dilaksanakan dengan cara menempelkan Surat Paksa pada papan pengumuman KPP yang menerbitkannya atau mengumumkan melalui Surat Kabar. 5. Penanggung Pajak Diluar Wilayah Kerja Pejabat Pejabat yang berwenang meminta bantuan kepada Pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat pelaksanaan Surat Paksa. Pejabat yang diminta bantuan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum wajib membantu dan memberitahukan tindakan yang telah dilaksanakannya kepada Pejabat yang meminta bantuan disertai dengan salinan Fotocopy Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa dan Laporan Pelaksanaan Surat Paksa.

D. Penagihan Seketika Sekaligus 1. Dasar Hukum

Dasar hukum yang mengatur tentang Penagihan Seketika Sekaligus yaitu: a. Undang-undang No 8 Tahun 1983 pasal 20 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Universitas Sumatera Utara b. Pasal 13 dan 14 Peraturan Menteri Keuangan Indonesia Nomor 24PMK.032008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.

2. Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus

Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh Utang Pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak dan Tahun pajak. Juru Sita Pajak melaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan sekaligus. Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan apabila: a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu. b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia. c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya, atau menghubungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya. d. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara. Universitas Sumatera Utara e. Terjadinya penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan. Dalam hal ini mungkin saja si Penanggung Pajak mempunyai itikad yang kurang baik. Penanggung Pajak bermaksud apabila dilaksanakan penyitaan, barang yang yang akan disita sudah tidak ada lagi. Hal ini perlu diantisipasi oleh Pejabat Juru Sita Pajak dengan melaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus yang disampaikan langsung oleh Juru Sita kepada Penanggung Pajak untuk mengurangi kerugian negara. Surat Perintah Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus sekurang- kurangnya memuat: 1. Nama Wajib Pajak, atau Penanggung Pajak; 2. Besarnya Utang Pajak; 3. Perintah untuk membayar; 4. Saat pelunasan pajak. Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa.

E. Penyitaan Pajak 1. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. b. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata cara Penyitaan dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa: Universitas Sumatera Utara c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 24PMK.032008 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa Dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus.

2. Pengertian Penyitaan

Menurut Undang-undang no. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Dengan Surat Paksa, Penyitaan adalah tindakan Juru Sita Pajak untuk menguasai barang penanggung pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan. Tujuan dari tindakan penyitaan sesungguhnya tidak untuk melakukan penjualan barang milik Penanggung Pajak, melainkan hanya untuk menguasai barang Penanggung Pajak sebagai jaminan pelunasan utang pajak. Dengan demikian, sampai dengan saat dilakukannya Penyitaan Wajib Pajak masih diberikan kesempatan untuk melakukan pelunasan utang pajak dan biaya penagihan pajak. Akibat dari penyitaan adalah beralihnya hak kepemilikan atas barang Penanggung Pajak kepada Negara, sehingga selama dalam masa penyitaan hak-hak kepemilikan barang Penanggung Pajak menjadi hilang. Karena penyitaan berkaitan dengan pengurangan hak maka untuk melaksanakan penyitaan terhadap barang milik Penanggung Pajak tersebut diperlukan suatu prosedur yang mengatur secara rinci, jelas dan tegas yang meliputi status, nilai, serta tempat penyimpanan atau penitipan barang sitaan Universitas Sumatera Utara milik Penanggung Pajak dengan tetap memberikan perlindungan kepentingan pihak ketiga maupun masyarakat Wajib Pajak. Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan SPMP yang diterbitkan oleh Pejabat penerbit Surat Paksa. Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan dilakukan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 dua kali 24 dua puluh empat jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada wajib Pajak.

F. Pemberitahuan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP

Pemberitahuan Surat Perintah Melakukan Penyitaan diterbitkan oleh Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa yaitu kepala KPP, apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam setelah Surat Paksa diterbitkan. Namun Surat Perintah Melakukan Penyitaan dapat Juga diterbitkan oleh Pejabat lain apabila Objek Sita berada diluar kerja Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa. Hal ini juga bisa terjadi jika Objek Sita letaknya berjauhan dari tempat kedudukan Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa tetapi masih dalam Wilayah kerja.

G. Ketentuan Umum Pelaksanaan Penyitaan