Ketentuan Umum Pelaksanaan Penyitaan

milik Penanggung Pajak dengan tetap memberikan perlindungan kepentingan pihak ketiga maupun masyarakat Wajib Pajak. Penyitaan dilakukan oleh Juru Sita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan SPMP yang diterbitkan oleh Pejabat penerbit Surat Paksa. Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan dilakukan apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 dua kali 24 dua puluh empat jam terhitung sejak tanggal Surat Paksa diberitahukan kepada wajib Pajak.

F. Pemberitahuan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan SPMP

Pemberitahuan Surat Perintah Melakukan Penyitaan diterbitkan oleh Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa yaitu kepala KPP, apabila utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2x24 jam setelah Surat Paksa diterbitkan. Namun Surat Perintah Melakukan Penyitaan dapat Juga diterbitkan oleh Pejabat lain apabila Objek Sita berada diluar kerja Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa. Hal ini juga bisa terjadi jika Objek Sita letaknya berjauhan dari tempat kedudukan Pejabat yang menerbitkan Surat Paksa tetapi masih dalam Wilayah kerja.

G. Ketentuan Umum Pelaksanaan Penyitaan

Adapun yang menjadi ketentuan umum pelaksanaan Penyitaan adalah: 1. Sesuai Pasal 4 ayat 2 PP Nomor 135 Tahun 2000 diatur bahwa dalam melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak harus : a. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Juru Sita Pajak. b. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan; dan Universitas Sumatera Utara c. Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan Ketentuan ini dimaksudkan agar memberikan kepastian bagi Penanggung Pajak bahwa Juru Sita Pajak memang benar-benar menjalankan penugasan yang berasal dari Pejabat, dan Penanggung pajak dapat diyakinkan bahwa maksud dan tujuan penyitaan adalah untuk pelunasan Utang Pajak Penanggung Pajak. Dalam kesempatan ini juga dijelaskan hak dan kewajiban Penanggung Pajak sehubungan dengan kegiatan penyitaan ini, serta masih ada kesempatan untuk Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan setiap melaksanakan penyitaan, Juru Sita Pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Juru Sita Pajak, Penanggung Pajak dan Saksi-Saksi. Berita Acara Pelaksanaan Sita merupakan pemberitahuan kepada Penanggung Pajak dan masyarakat bahwa penguasaan barang Penanggung Pajak telah berpindah dari Penanggung Pajak kepada Pejabat. Oleh karena itu, dalam setiap penyitaan, Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita secara jelas dan lengkap. 2. Sebelum melaksanakan Penyitaan Juru Sita Pajak harus terlebih dahulu mempelajari aktivaharta milik Penanggung Pajak yang dijadikan sebagai Objek Sita melalui: a. Surat Pemberitahuan; b. Laporan keuangan Wajib Pajak baik Neraca maupun Laba rugi; Universitas Sumatera Utara c. Surat pemeriksaan Pajak; d. Surat-surat lain yang menunjukkan harta si Penanggung Pajak. 3. Objek Sita adalah barang bergerak atau barang tidak bergerak milik Penanggung Pajak, yaitu terhadap Penanggung Pajak Orang Pribadi. Penyitaan dapat dilaksanakan atas barang milik pribadi yang bersangkutan, istri, dan anak yang masih dalam tanggungan, kecuali dikehendaki secara tertulis oleh suami atau isteri yang berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Sedangkan terhadap Penanggung Pajak Badan, penyitaan dapat dilaksanakan atas barang milik perusahaan, pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal baik ditempat kedudukan yang bersangkutan, ditempat tinggal mereka maupun ditempat lain. Barang milik Penanggung Pajak yang dapat disita adalah barang yang berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu yang dapat berupa: a. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito berjangka, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk lainnya yang di persamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya, piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain; dan b. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi kotor tertentu. Universitas Sumatera Utara 4. Penyitaan dilaksanakan dengan mendahulukan barang bergerak kecuali dalam keadaan tertentu dapat dilaksanakan langsung terhadap barang tidak bergerak. 6. Urutan barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita ditentukan oleh Juru Sita Pajak dengan memperhatikan jumlah utang pajak dan biaya penagihan pajak, kemudahan penjualan, atau pencairannya. 7. Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang – kurangnya 2 dua orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Juru Sita Pajak dan dapat dipercaya. 8. Setiap melaksanakan penyitaan Juru Sita Pajak harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Juru Sita Pajak, Penanggung Pajak dan saksi – saksi. 9. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita disampaikan kepada : 1. Penanggung Pajak; 2. Polisi untuk barang bergerak yang kepemilikannya terdaftar; 3. Badan Pertanahan Nasional, untuk tanah yang kepemilikannya sudah terdaftar; 4. Pemerintah Daerah dan pengadilan Negeri setempat, untuk tanah yang kepemilikannya belum terdaftar; 5. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, untuk kapal. 10. Dalam hal Penanggung Pajak menolak untuk menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita, Juru Sita Pajak harus mencantumkan penolakan tersebut Universitas Sumatera Utara dalam Berita Acara Pelaksanaan Sita, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut ditandatangani oleh Juru Sita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan mengikat. 11. Penyitaan tetap dapat dilaksanakan walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, selama salah seorang saksi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum berasal dari sekurang – kurangnya setingkat Sekretaris Kelurahan dan RT setempat. Dalam hal pelaksanaan penyitaan tidak dihadiri oleh Penanggung Pajak, Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh Juru Sita Pajak dan saksi-saksi, dan Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut tetap sah dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. 12. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita, atau di tempat barang bergerak dan atau barang tidak bergerak yang disita berada. 13. Penyitaan terhadap uang tunai termasuk mata uang asing dilaksanakan sebagai berikut: 1. Menghitung terlebih dahulu uang tunai yang disita dan membuat rinciannya dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita; 2. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita; 3. Menyimpan uang tunai yang telah disita dalam tempat penyimpanan yang selanjutnya ditempeli dengan segel Sita dan kemudian menitipkannya pada Penanggung Pajak atau menitipkannya di Bank. Universitas Sumatera Utara 14. Penyitaan terhadap kekayaan Penanggung Pajak yang disimpan di Bank berupa deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dilaksanakan sebagai berikut : 1. Pejabat mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank disertai dengan penyampaian Salinan Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanaan Penyitaan; 2. Bank wajib memblokir setelah menerima permintaan pemblokiran dari pejabat dan membuat Berita Acara Pemblokiran serta menyampaikan salinannya kepada Pejabat dan Penanggung Pajak; 3. Juru Sita Pajak setelah menerima Berita Acara Pemblokiran dari Bank, memerintahkan Penanggung Pajak untuk memberi kuasa kepada Bank agar memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan di Bank tersebut kepada Juru Sita Pajak. 15. Penyitaan terhadap penyertaan modal pada perusahan lain yang tidak ada surat sahamnya dilaksanakan sebagai berikut : 1. Melakukan inventarisasi dan membuat rincian tentang jumlah penyertaan modal pada perusahaan lain dalam suatu daftar yang merupakan lampiran Berita Acara Pelaksanaan Sita; 2. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita; 3. Membuat Akte Persetujuan Pengalihan Hak Penyertaan Modal pada perusahaan lain dari Penanggung Pajak kepada Pejabat, dan salinannya disampaikan kepada perusahaan tempat penyertaan modal. Universitas Sumatera Utara 16. Segel sita sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum memuat sekurang – kurangnya : 1. Kata “DISITA”; 2. Nomor dan Tanggal Berita Acara Pelaksanaan Sita; 3. Larangan memindahtangankan, memindahkan hak, meminjamkan, merusak barang yang disita. 17. Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa mengatur mengenai barang bergerak milik Penanggung Pajak yang dikecualikan dari penyitaan yaitu: 1. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya; 2. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang berada di rumah, termasuk obat-obatan yang dipergunakan Penanggung Pajak beserta keluarganya; 3. Perlengkapan Penanggung Pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari negara; 4. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung Pajak dan alat-alat yang dipergunakan untuk Pendidikan, Kebudayaan dan Keilmuan; 5. Peralatan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Universitas Sumatera Utara Rp20.000.000,00 dua puluh juta rupiah atau jumlah lain yang ditetapkan Menteri Keuangan atau Kepala Daerah;atau 6. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung Pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

H. Juru Sita Pajak 1.