peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.
6 Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena
terjadinya aspirasi pneumonia, atau abses paru Rustam, 1998.
2.5 Gambaran Klinis Preeklampsia 2.5.1 Gejala subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia, penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah.
Gejala-gejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan
meningkat lebih tinggi, edema dan proteinuria bertambah meningkat Trijatmo, 2005.
2.5.2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari
14090mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160110 mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan
takikardia, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati,
hiperefleksia, pendarahan otak Michael, 2005.
2.6 Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik dan pemeriksaan laboratorium. Dari hasil diagnosis, maka preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi
dua golongan yaitu;
Universitas Sumatera Utara
1 Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut: •
Tekanan darah 14090 mmHg, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu
kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal. •
Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada
urine kateter atau midstream. 2 Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
• Tekanan darah 160110 mmHg atau lebih.
• Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau
4+. •
Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam. •
Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di epigastrium.
• Terdapat edema paru dan sianosis
• Trombositopeni
• Gangguan fungsi hati
• Pertumbuhan janin terhambat Lanak, 2004.
2.7 Penatalaksanaan Preeklampsia Berat a Penanganan umum.
• Jika tekanan diastolik 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai
tekanan diastolik diantara 90-100 mmHg. •
Pasang infus RL Ringer Laktat •
Ukur keseimbangan cairan, jangan sapai terjadi overload •
Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria •
Jika jumlah urin 30 ml perjam: o
Infus cairan dipertahankan 1 18 jam
Universitas Sumatera Utara
o Pantau kemungkinan edema paru
• Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin. •
Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam. •
Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika terjadi edema paru, stop pemberian cairan dan
berikan diuretik misalnya furosemide 40 mg intravena. •
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulapati Abdul
Bari, 2001.
b Antikonvulsan.
Pada kasus preeklampsia yang berat dan eklampsia, magnesium sulfat yang diberikan secara parenteral adalah obat anti kejang yang efektif tanpa
menimbulkan depresi susunan syaraf pusat baik bagi ibu maupun janinnya. Obat ini dapat diberikan secara intravena melalui infus kontinu atau
intramuskular dengan injeksi intermiten. Infus intravena kontinu •
Berikan dosis bolus 4 – 6 gram MgSO4 yang diencerkan dalam 100 ml cairan dan diberikan dalam 15-20 menit.
• Mulai infus rumatan dengan dosis 2 gjam dalam 100 ml cairan
intravena. •
Ukur kadar MgSO4 pada 4-6 jam setelah pemberian dan disesuaikan kecepatan infuse untuk mempertahankan kadar antara 4 dan 7 mEgl
4,8-8,4 mgl. •
MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir. Injeksi intramuskular intermiten:
• Berikan 4 gram MgSO4 sebagai larutan 20 secara intravena dengan
kecepatan tidak melebihi 1 gmenit.
Universitas Sumatera Utara
• Lanjutkan segera dengan 10 gram MgSO4 50, sebahagian 5
disuntikan dalam di kuadran lateral atas bokong penambahan 1 ml lidokain 2 dapat mengurangi nyeri. Apabila kejang menetap setelah
15 menit, berikan MgSO4 sampai 2 gram dalam bentuk larutan 20 secara intravena dengan kecepatan tidak melebihi 1gmenit. Apabila
wanita tersebut bertubuh besar, MgSo4 dapat diberikan sampai 4 gram perlahan.
• Setiap 4 jam sesudahnya, berikan 5 gram larutan MgSO4 50 yang
disuntikan dalam ke kuadran lateral atas bokong bergantian kiri-kanan, tetapi setelah dipastikan bahwa:
o Refleks patela +
o Tidak terdapat depresi pernapasan
o Pengeluaran urin selama 4 jam sebelumnya melebihi 100 ml
• MgSO4 dihentikan 24 jam setelah bayi lahir.
• Siapkan antidotum
Jika terjadi henti napas, berikan bantuan dengan ventilator atau berikan kalsium glukonat 2 g 20 ml dalam larutan 10 secara intravena perlahan-
lahan sampai pernapasan mulai lagi.
c Antihipertensi.
• Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg intravena pelan-
pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun. •
Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 intramuskular setiap 2 jam.
Universitas Sumatera Utara
• Jika hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:
o Nifedipine dosis oral 10 mg yang diulang tiap 30 menit.
o Labetalol 10 mg intravena sebagai dosis awal, jika tekanan darah
tidak membaik dalam 10 menit, maka dosis dapat ditingkatkan sampai 20 mg intravena Cunningham, 2003.
d Persalinan.
Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam. Jika seksio sesarea akan dilakukan, perhatikan bahwa tidak terdapat koagulopati. Anestesi
yang amanterpilih adalah anastesia umum. Jangan lakukan anastesia lokal, sedangkan anestesia spinal berhubungan dengan hipotensi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep