duktula saluran empedu interlobular, dan saluran empedu yang lebih besar. Saluran hati yang utama membungkus duktus kistik dari kandung empedu
dan membentuk saluran empedu yang mengalir ke dalam duodenum. Hati merupakan organ yang sangat penting sebagai pusat metabolisme tubuh dan
memiliki fungsi yang banyak dan komplek Guyton, 2002.
2.3.1. Histologi Hati
Histologi hati terdiri atas lobulus, yaitu lobulus anatomi dan fungsional. Lobulus fungsional terdiri dari atas segi tiga Kierman sebagai
titik tengah dan vena centralis sebagai batas luar Gambar 2.2. Tetapi dalam mempelajari patologi maka lobulus anatomilah yang lebih penting Gambar
2.3 terdiri dari: a. Vena centralis sebagai titik tengah yang mengalirkan darah ke vena
sublobularis dan kemudian ke vena hepatica. b. Parenchym hati yang terdiri lagi atas selapis sel hati dan kanal empedu
kecil-kecil. c. Sinusoid yang berlapiskan sel Kupffer susunan retikuloendotelial.
d. Ruang Disse yang terlatak antara sel hati dan sinusoid. e. Segi tiga Kierman atau daerah portal sebagai batas luar lobulus.
Hati ialah alat tubuh yang tersering mengalami kerusakan dan beruntung sekali, bahwa alat ini mempunyai cadangan fungsional yang luar
biasa, hasil percobaan pada binatang menunjukkan bahwa 10 parenkim hati saja sudah cukup untuk mempertahankan fungsi hati normal. Pada
Universitas Sumatera Utara
manusia, kerusakan hati haruslah luas sekali untuk bisa menimbulkan gejala klinik insufisiensi hepatik, sedangkan kelainan luas akibat intoksikasi,
infeksi virus, penyakit gizi dapat menyebabkan gangguan jaringan hati yang cepat memburuk.
Gambar 2.2. Segi tiga Kierman Portal triad : 1. Vena portal, 2. Saluran
empedu, 3. Arteri hepatika Luiz, 2007
Gambar 2.3. Histologi lobus hati : Vena centralis, Hepatosit, dan Sinusoid
Luiz, 2007
Universitas Sumatera Utara
Apabila sel hati mengalami kerusakan oleh berbagai sebab, maka serangkaian perubahan morfologi dapat dijumpai pada hati. Perubahan
tersebut dapat berupa perubahan subletal yang sering disebut dengan perubahan degeneratif dan perubahan letal yang disebut nekrotik. Proses
degeneratif merupakan proses yang reversibel, yaitu jika rangsangan yang menimbulkan cedera dapat dihentikan, maka sel akan kembali sehat seperti
semula, sedangkan proses nekrosis merupakan suatu proses irreversibel, yaitu pada saat sel telah mencapai titik dimana sel tidak dapat lagi
mengkompensasi dan tidak dapat lagi melangsungkan metabolisme atau dengan kata lain telah terjadi kematian sel.
2.3.2. Degeneratif sel hati