Apabila sel hati mengalami kerusakan oleh berbagai sebab, maka serangkaian perubahan morfologi dapat dijumpai pada hati. Perubahan
tersebut dapat berupa perubahan subletal yang sering disebut dengan perubahan degeneratif dan perubahan letal yang disebut nekrotik. Proses
degeneratif merupakan proses yang reversibel, yaitu jika rangsangan yang menimbulkan cedera dapat dihentikan, maka sel akan kembali sehat seperti
semula, sedangkan proses nekrosis merupakan suatu proses irreversibel, yaitu pada saat sel telah mencapai titik dimana sel tidak dapat lagi
mengkompensasi dan tidak dapat lagi melangsungkan metabolisme atau dengan kata lain telah terjadi kematian sel.
2.3.2. Degeneratif sel hati
Degeneratif terjadi pada sitoplasma atau inti, kadang-kadang disertai kelainan inti sekunder, atrofi dan nekrosis sel, sehingga sel-sel menjadi
hilang karenanya.
Degeneratif pada sitoplasma ialah : a.
Perlemakan.
Yaitu tampaknya lemak dalam sel hati menunjukkan, bahwa dalam tubuh terdapat ketidak seimbangan proses normal yang
mempengaruhi kadar lemak di dalam dan di luar jaringan hati akibat gangguan metabolisme.
b. Degeneratif amiloid.
Penimbunan amiloid suatu komplek protein karbohidrat, tampak
Universitas Sumatera Utara
dalam ruang Disse, yaitu antara sel hati dan sinusoid dan kadang – kadang pada dinding pembuluh darah.
c. Degeneratif bengkak keruh .
Yaitu kerusakan hati sebelum meninggal, misalnya karena infeksi, intoksikasi, keracunan kehamilan, mitokondria yang bengkak, asam
amino dalam sitoplasma yang bertambah, imbibisi sel oleh protein serum dan ion natrium akibat permeabilitas dinding sel hati yang
terganggu. Sel hati bengkak dengan sitoplasma berbutir keruh mungkin disebabkan oleh pengendapan protein, sehingga dinamai
juga albuminous degeneration. Sitoplasma tampak lebih gelap dan sedikit bervakuola daripada biasa akibat glikogen yang berkurang.
d. Degeneratif hidropik.
Yaitu sitoplasma agaknya bervakuola dengan pulasan rutin, tetapi tidak mengandung lemak atau glikogen. Zat asidofiliknya hanya
tampak sedikit saja sebagai gambaran halus tetapi kadang-kadang tidak kelihatan, karena yang mengisi sitoplasma menyerupai cairan.
Degeneratif hidropik agaknya mendahului nekrosis dan masih reversibel.
e. Degeneratif hialin.
Yaitu bergumpalnya sitoplasma yang disertai reaksi asidofilik protein ialah tingkat lanjut degeneratif asidofilik. Gumpalan sitoplasma
asidofilik dinamai hialinisasi.
f. Penimbunan glikogen.
Universitas Sumatera Utara
Dalam keadaan normal dengan gizi yang baik glikogen ditemukan dalam sitoplasma sel hati, secara biopsi kelihatan sebagai buih
bergaris halus-halus, sedangkan pada autopsi kelihatan glikogen lisis setelah kematian berlangsung.
g. Atrofi.
Atrofi umum sel hati ditemukan pada penyakit gizi, penyakit menahun dan pada orang tua. Bila disertai pigmen lipofuscin, maka
dinamai brown atrophy.
Degeneratif pada inti sel hati : a.
Vakuolisasi.
Inti tampak membesar dan bergelembung serta khoramatinnya jarang dan tidak eosinofil. Kadang-kadang bila berbatas jelas, maka
vakuolisasi inti sukar dibedakan daripada inclusion bodies, kelainan itu akibat infiltrasi glikogen. Vakuolisasi inti disebabkan oleh
perubahan keseimbangan cairan dalam sel hati akibat bertambahnya cairan.
b. Inclusion bodies.