dengan ciri khas kolaps yang tidak dapat berkembang lagi, sel hati dapat tertinggal sebagai bayangan tanpa pulasan inti atau sebagai fragmen
kecil-kecil, diawali proliferasi sel Kupffer dan sel eksudat yang melakukan fagositosis, tercampur dengan eritrosit didalam dan diluar
sinusoid serta menempati ruangan lebih banyak daripada lapisan hati yang masih utuh. Selanjutnya sel darah dan eksudat yang berlebihan
hilang, sehingga lobulus hati menjadi kecil. Bila sel hati yang hancur banyak lemak, maka warnanya kuning kelainan ini disebut acuta yellow
atropy. Bila sel hati telah lenyap dan warna eritrosit tampak pada hati lisut yang penampangnya menyerupai limpa disebut red atropy.
d. Nekrosis anoksik
Kekurangan oksigen pada nekrosis zonal, masif atau submasif biasanya tidak merusak rangka retikulin, sel kupffer atau sel jaringan
ikat lainnya. Sel-sel itu hanya menjadi nekrotik, bila anoxia itu lengkap dan kemudian rangka retikulin pecah, setidak-tidaknya pada beberapa
tempat. Hal itu terjadi dekat permukaan yang kena trauma, setelah periarteritis nodosa cabang arteri intrahepatik atau hipertensi ganas dan
pada infark anemik. Daerah nekrotik yang tidak menunjukkan inti sering dikelilingi lekosit.
e. Kerusakan akibat obat-obatan drug-induced injuries
Obat-obatan dapat menimbulkan kerusakan jaringan hati.
Universitas Sumatera Utara
Diantaranya terdapat benar-benar hepatotoksin, seperti cinchophen dan chloroform yang digunakan sebagai zat pelarut yang dapat menimbulkan
kerusakan jaringan hati bila diberikan dalam jumlah yang cukup. Obat- obatan dapat juga menimbulkan kerusakan pada jaringan hati tanpa
terjadi nekrosis. Sebaliknya banyak terdapat obat yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan hati yang sangat sensitive, yang dikenal
dengan alergen hepatik. Mekanisme alergen hepatik ini belum diketahui dengan pasti. Tidak diketahui pula mengapa yang satu hanya
menimbulkan nekrosis atau cholestasis dan yang lain kedua-duanya. Agaknya reaksi ini berhubungan dengan jumlahnya yang dikomsumsi
atau dengan jangka waktu tertentu setelah mengkomsumsi obat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara mulai dari bulan Juni – Juli
2009. Permohonan ethical clearance diajukan ke Komisi Etika Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, dan
telah mendapat persetujuan.
3.2. Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1. Bahan Penelitian
Bahan biologis. Bahan biologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Mencit jantan Mus musculus L strain DD Webster dewasa berumur ± 2-4 bulan dengan berat badan 25-30 g yang diperoleh dari Unit Pra-klinik-
Universitas Gajah Mada UGM Yogyakarta. Sebanyak 25 ekor mencit jantan diperoleh dari hasil perbanyakan untuk keperluan penelitian. Jumlah
hewan uji per kelompok ditentukan dengan rumus t-1 n-1 ≥ 15 Federer,
1963. Jika t adalah jumlah kelompok dalam penelitian ini ada 5 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol dan 4 kelompok perlakuan, maka jumlah n yang
diharapkan teoritis adalah sebesar 5 ekor per kelompok.
Bahan Kimia. Bahan kimia yang digunakan adalah monosodium glutamat
Universitas Sumatera Utara
murni Sigma yang dilarutkan dengan akuades. Vitamin C Sigma yang dilarutkan dengan akuades. Dan sediaan histologi antara lain ; metilen blue,
buffer formalin 10 , parafin pellet titik leleh 56 – 58
o
C, albumin Mayer sebagai adhesive jaringan pada permukaan gelas objek, xylol untuk hidrasi
sayatan yang sudah ditempelkan pada slide, alkohol absolut, alkohol 95, 80, 70, 50, untuk hidrasi sayatan dari aceton, aceton untuk hidrasi
sayatan dari air. Semua bahan kimia yang akan digunakan adalah grade analitik pa grade dan diperoleh dari Merck
Pemeliharaan Hewan Coba. Selama perlakuan, mencit ditempatkan dalam
kandang plastik ukuran 30x20x10 cm yang ditutup dengan kawat kasa. Dasar kandang dilapisi dengan sekam padi setebal 0,5-1 cm dan diganti
setiap tiga hari. Cahaya ruangan dikontrol persis 12 jam terang pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 dan 12 jam gelap pukul 18.00 sampai dengan
pukul 06.00, sedangkan suhu dan kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran alamiah. Pakan Pelet 05 dan minum PAM disuplai setiap
hari secara berlebih
3.2.2. Peralatan Utama Penelitian
Alat utama yang digunakan dalam penelitian terdiri atas timbangan kasar untuk timbang berat badan mencit merk Ohaus USA, jarum gavage
untuk memberikan Vitamin C secara oral, dissecting set, kertas saring, oven membuat blok paraffin, microtechnique set penyayatan sedian histologi
Universitas Sumatera Utara
hati, water bath, gelas objek, meja pemanas hot plate merk Cimarec 2 USA, gelas penutup cover glass, dan mikroskop cahaya Olympus, Japan.
3.3. Disain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yang didisain mengikuti Rancangan Acak Lengkap RAL. Eksperimental ini terdiri dari
5 kelompok, kelima kelompok tersebut sama–sama diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok 1 diberi larutan NaCl 0,9 sebagai kelompok
kontrol. Kelompok 2, 3, 4, dan 5 diberi MSG 4 mgg berat badan dan Vitamin C 0,2 mgg berat badan, secara lengkap disain penelitian ini
adalah sebagai berikut:
KELOMPOK JUMLAH
MENCIT PERLAKUAN
LAMA PERLAKUANhari
P- I 5
Larutan NaCl 0,9 30 hari
P- 2 5
MSG kemudian Nacl 0,9 15 hari - 15 hari P- 3
5 MSG
30 hari P- 4
5 MSG kemudian Vit C
15 hari - 15 hari P- 5
5 MSG kemudian MSG +
Vitamin C 15 hari - 15 hari
Universitas Sumatera Utara
3.4. Pelaksanaan Penelitian dan Pengamatan 3.4.1. Pemberian Perlakuan