4
pada anak-anak atau pada masa pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. Selain fluor yang berkonsentrasi tinggi pada pasta gigi anak, kecenderungan
menelan pasta gigi saat menyikat gigi juga menjadi faktor penyebab meningkatnya kejadian fluorosis pada anak. Pengetahuan dan tindakan orang tua
mengenai fluorida juga sangat dibutuhkan terutama dalam menentukan pasta gigi yang aman dan mengawasi cara menyikat gigi yang benar. Orang tua memiliki
andil yang besar dalam melindungi kesehatan keluarga terutama anak yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
1.2 Rumusan Masalah
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwasannya hampir semua pasta gigi anak-anak yang beredar di Indonesia mengandung
fluorida melebihi kadar batas aman yaitu 500-1000 ppm. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui apakah kadar fluorida pada pasta gigi anak yang biasa
digunakan dan bagaimana tingkat pengetahuan serta tindakan orang tua anak usia 4-6 tahun tentang pasta gigi yang mengandung fluorida di Taman Kanak-kanak
Al-Ikhlas Taqwa, RA Al Manar dan RA As Saadah Tahun 2015
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui besarnya kadar Fluorida F dan tingkat pengetahuan serta tindakan orang tua anak usia 4-6 tahun tentang pasta gigi yang biasa dipakai
di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Medan Area.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui besarnya kadar fluorida pada merek pasta gigi yang biasa
dipakai anak-anak disesuaikan dengan SNI 16-4767-1998.
Universitas Sumatera Utara
5
2. Mengetahui perbandingan jumlah kadar fluorida masing-masing produk
pasta yang banyak diminati.
3. Mengetahui tingkat pengetahuan dan tindakan orang tua anak usia 4-6
tahun tentang pasta gigi anak yang biasa dipakai anak-anak di Taman
Kanak-Kanak AL-Ikhlas Taqwa, RA Al Manar dan RA As Saadah. 1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan,
Dinas Kesehatan dan instansi lainnya untuk lebih memperhatikan kandungan pasta gigi untuk anak-anak yang dipasarkan di masyarakat.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang bahaya kandungan
fluorida jika sering tertelan oleh anak-anak pada saat menyikat gigi. 3.
Sebagai referensi bagi penelitian lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang fluorida.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Toksik Pada Produk Konsumen
Pengertian produk tidak dapat dihilangkan dengan kebutuhan, dikarenakan produk merupakan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari.
Produk konsumen adalah semua hal meliputi barang atau jasa yang ditawarkan kepada setiap orang untuk tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya pribadi,
keluarga dan atau rumah tangga dan tidak untuk diperdagangkan kembali Nasution A, 2001. Akhir-akhir ini banyak ditemukan produk-produk yang
beredar dipasaran mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan konsumen. Produk-produk yang mengandung bahan toksik dapat masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernafasan, pencernaan atau masuk melalui pori-pori kulit lalu beredar keseluruh tubuh sesuai dengan dosis dan lama pajanan seseorang. Hati,
paru-paru dan organ tubuh dalam lainnya merupakan organ yang menjadi tempat zat-zat yang bersifat toksik terakumulasi didalam tubuh.
Kosmetika termasuk dalam produk yang digunakan konsumen dalam kebutuhan sehari-hari. Menurut Wall dan Jellinek yang dikutip oleh Tranggono
2007, kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Di Mesir, 3500 tahun Sebelum Masehi telah digunakan berbagai bahan alami baik yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, hewan maupun bahan alam lain misalnya tanah liat, lumpur, arang, batubara bahkan api, air, embun, pasir atau sinar matahari. Pada
abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya
baru dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20.
Universitas Sumatera Utara
7
Sejak semula kosmetika merupakan salah satu segi ilmu pengobatan atau ilmu kesehatan, sehingga para pakar kosmetik dahulu adalah juga pakar
kesehatan; seperti para tabib, dukun, bahkan penasehat keluarga istana. Dalam perkembangannya kemudian, terjadi pemisahan antara kosmetik dan obat, baik
dalam hal jenis, efek, efek samping, dan lainnya Wasitaatmadja, 1997. Kosmetika merupakan sediaan atau paduan bahan yang siap untuk
digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, dan rongga mulut antara lain untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu
penyakit Tranggono, 2007. Sama halnya yang disebutkan oleh Wasitaatmadja 1997 bahwa kosmetik bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan
maupun pencegahan penyakit. Obat bekerja lebih kuat dan dalam sehingga dapat mempengaruhi struktur dan faal tubuh.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI dalam Tranggono 2007, kosmetika dibagi ke dalam 13 preparat yaitu :
1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dan lain-lain.
2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan lain-
lain. 3.
Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dan lain-lain. 4.
Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, toilet water, dan lain-lain. 5.
Preparat untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan lain-lain. 6.
Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dan lain-lain. 7.
Preparat make-up kecuali mata, misalnya bedak, lipstik, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
8
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes,
dan lain-lain. 9.
Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodorant, dan lain-lain. 10.
Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dan lain-lain. 11.
Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dan lain-lain.
12. Preperat cukur, misalnya sabun cukur, dan lain-lain.
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation,
dan lain-lain. Sesuai dengan pasal 47 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009, pemerintah
telah melakukan berbagai upaya kesehatan yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, dengan salah
satu upaya kesehatan bagi masyarakat yaitu peningkatan kesehatan gigi dan mulut.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudidayakan diseluruh
masyarakat. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya dan didukung oleh gusi yang kencang dan berwarna merah muda. Dalam kondisi
normal, dari gigi dan mulut yang sehat tidak tercium bau yang tidak sedap. Kondisi ini dapat tercapai dengan perawatan gigi yang tepat. Keadaan oral hygine
yang buruk seperti adanya kalkulus dan stain, banyak karies gigi, keadaan tidak bergigi atau ompong dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari
Prayitno, 2008.
Universitas Sumatera Utara
9
Praktek kebersihan mulut oleh individu merupakan tindakan pencegahan yang paling utama dianjurkan yang berarti individu tadi telah melakukan tindakan
pencegahan yang sesungguhnya, praktek kebersihan mulut ini dapat dilakukan individu dengan cara menggosok gigi Sriyono, 2005. Tujuan menyikat gigi
adalah untuk menghilangkan dan mengganggu pembentukan plak, membersihkan gigi dari makanan, debris dan pewarnaan, menstimulasi jaringan gigiva,
mengaplikasikan pasta gigi yang berisi suatu bahan khusus yang ditujukan terhadap karies, penyakit periodontal, atau sensitivitas Sriyono, 2005.
Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan fungsi, aktivitas belajar dan bekerja dan penurunan
produktivitas kerja yang tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup Depkes RI, 1996.
Upaya pemeliharaan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih kemampuan motorik
seorang anak, termasuk dintaranya menyikat gigi. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup penting untuk pemeliharaan
kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat,
metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat Riyanti, 2005.
Sebagai salah satu preparat dalam kebersihan mulut, pasta gigi yang digunakan bersama dengan sikat gigi lebih menekankan dari segi fungsi
kosmetika yaitu meliputi pengangkatan materi alba, sisa-sisa makanan dan stain
Universitas Sumatera Utara
10
dari permukaan gigi. Sehingga diperoleh kesan gigi yang bersih dan nafas yang segar.
2.2 Fluor