1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain sebab kesehatan gigi dan mulut akan
mempengaruhi kesehatan tubuh. Guna menjaga kesehatan gigi dan mulut, cara ampuh yang dapat dilakukan yaitu dengan menyikat gigi. Penggunaan pasta gigi
bersama sikat gigi melalui penyikatan gigi adalah salah satu cara yang paling banyak digunakan oleh masyarakat saat ini dengan tujuan untuk meningkatkan
kebersihan rongga mulut Yanti, 2005. Saat ini penggunaan pasta gigi dikalangan masyarakat sudah menjadi
kebutuhan sehari – hari yang tidak hanya dipergunakan orang dewasa tetapi juga anak-anak. Pasta gigi ini dibuat dengan tujuan untuk membersihkan gigi dari sisa
makanan atau minuman, menjaga kesehatan gigi dan gusi, menghilangkan bau yang tidak sedap dalam rongga mulut, menyegarkan dalam pernafasan serta dapat
mencegah kerusakan gigi yang disebabkan oleh aktifitas bakteri dalam mulut Depkes RI, 1996.
Pasta gigi anak yang tersedia dipasaran memiliki kemasan yang menarik dan ditambah dengan perasa buah sehingga sangat berguna untuk mendorong anak
yang malas sikat gigi. Tetapi kenyataannya, di Indonesia banyak beredar pasta gigi anak yang tidak melindungi kesehatan anak. Pasta gigi yang beredar
mengandung fluor yang konsentrasinya cukup tinggi dari pada konsentrasi yang dianjurkan untuk anak. Padahal anak-anak yang berusia dibawah empat tahun
seharusnya menggunakan pasta gigi yang sama sekali tidak mengandung fluor. Di
Universitas Sumatera Utara
2
Indonesia, tidak ada pasta gigi anak yang tidak mengandung fluor, sehingga anak- anak yang berusia sangat dini sudah menyikat gigi dengan menggunakan pasta
gigi yang mengandung fluor LKJ PIRAC, 2002. Menurut Tim Peneliti Lembaga Konsumen Jakarta Public Interest Research
and Advocacy Center LKJ PIRAC, pasta gigi anak yang beredar dipasaran Indonesia tidak mengikuti ketentuan yang berlaku. Pasta gigi anak yang beredar
mengandung fluor yang hampir sama jumlahnya dengan pasta gigi orang dewasa, sehingga dapat mengakibatkan resiko terjadinya fluorosis gigi yang tinggi pada
anak, apalagi fluorosis hanya terjadi pada anak-anak atau pada masa pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. Dengan demikian di Indonesia sudah didapati
kasus fluorosis gigi pada anak SD di Desa Ciater, Kabupaten Subang yang belum dapat dipastikan apakah kasus tersebut terjadi akibat pemakaian pasta gigi pada
anak. Dari hasil yang diperoleh menyatakan bahwa air minum di Desa Ciater, Kecamatan Subang memiliki konsentrasi fluor yang yang cukup rendah, yakni
0,15- 0, 38 ppm Salam, 2000. Konsentrasi fluor dalam pasta gigi yang dianjurkan untuk orang dewasa
sebesar 800-1500 ppm sedangkan untuk anak adalah 500-1000 ppm, akan tetapi sebagian besar pasta gigi anak yang beredar di pasaran Indonesia mengandung
fluor dengan konsentrasi yang tidak aman untuk anak yaitu lebih dari 1000 ppm. Diduga hal inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya fluorosis gigi pada
anak. Pada anak usia dibawah 2 tahun refleks menelan pasta gigi atau tidak sengaja tertelan masih tinggi pada waktu menyikat gigi karena rasa segar yang
didapat apalagi bila ditambah perasa tertentu. Kebiasaan ini dapat menyebabkan fluorosis dikarenakan tingginya kandungan fluor di dalam tubuh. Menurut Pakaj
Universitas Sumatera Utara
3
Goel yang dikutip oleh Eddy IP 2014, pasta gigi yang mengandung fluoride tidak cocok digunakan untuk anak-anak di bawah umur empat tahun dan jika
pasta gigi berfluoride sering tertelan dalam jumlah yang signifikan maka dapat mengakibatkan fluorosis pada anak, kerapuhan tulang, dan pertumbuhannya
terhambat. Iracemapolis, Brazil memiliki air minum yang tidak mengalami fluoridasi.
Dilakukan penelitian pada anak-anak yang berumur 11 dan 12 tahun yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi fluorosis dan karies di daerah Brazil yang
tidak mengalami fluoridasi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai DMFT pada tahun 1997 adalah 2,9 sedangkan pada tahun 1991 adalah sebesar 6,7.
Sehingga nilai DMFT di daerah Brazil yang tidak mengalami fluoridasi mengalami penurunan, dan persentase fluorosis meningkat dari 2 menjadi
10,1 pada tahun 1997. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa makanan-makanan yang mengandung fluor serta pemakaian
pasta gigi yang mengandung fluor menjadi faktor penyebab terjadinya fluorosis tersebut. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, tidak ditemukannya bagian-
bagian yang penting dari makanan yang dapat meningkatkan pemasukan fluor ke dalam tubuh secara signifikan sehingga kuat dugaan penyebab fluorosis ini adalah
akibat pemakaian pasta gigi Pereira AC, 2000. Pada jenjang Taman kanak-kanak atau usia 4-6 tahun sudah mulai diajarkan
penggunaan pasta gigi bersamaan pada saat menyikat gigi sewaktu mereka mandi. Para ahli telah melakukan penelitian dan membuktikan bahwa pasta gigi yang
banyak beredar di masyarakat mengandung konsentrasi fluor yang tinggi dapat memberikan efek fluorosis yang sangat memprihatinkan karena hanya akan terjadi
Universitas Sumatera Utara
4
pada anak-anak atau pada masa pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. Selain fluor yang berkonsentrasi tinggi pada pasta gigi anak, kecenderungan
menelan pasta gigi saat menyikat gigi juga menjadi faktor penyebab meningkatnya kejadian fluorosis pada anak. Pengetahuan dan tindakan orang tua
mengenai fluorida juga sangat dibutuhkan terutama dalam menentukan pasta gigi yang aman dan mengawasi cara menyikat gigi yang benar. Orang tua memiliki
andil yang besar dalam melindungi kesehatan keluarga terutama anak yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
1.2 Rumusan Masalah