Pengaruh Asam Tartrat Terhadap Peningkatan Nilai SPF (Sun Protecting Factor) Sediaan Tabir Surya Anti UV A Dan UV B Dalam Basis Gel
PENGARUH ASAM TARTRAT TERHADAP PENINGKATAN NILAI SPF (Sun Protecting Factor) SEDIAAN TABIR SURYA ANTI UV A DAN UV B
DALAM BASIS GEL
SKRIPSI
OLEH :
PARNA PETRUS BARITAULI SIRAIT 040804060
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
BAHAN SKRIPSI
PENGARUH ASAM TARTRAT TERHADAP PENINGKATAN NILAI SPF (Sun Protecting Factor) SEDIAAN TABIR SURYA ANTI UV A DAN UV B
DALAM BASIS GEL
SKRIPSI
OLEH :
PARNA PETRUS BARITAULI SIRAIT 040804060
Diajukan Untuk melengkapai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultals Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
KATA PENGANTAR
Terpujila Tuhan pencipta alam semesta dan Maria Bunda Segala bangsa atas Berkat dan Kasih Karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menjalani masa perkuliahan dan penelitian hingga akhirnya menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Albert Remigius Sirait dan Ibunda Ruminta br Siallangan, Saudara/I yang tercinta : Basauli Augustina Br. Sirait, Sr. Sabrina KSFL, Dorkas Acter Marice Br. Sirait, Endang Putriani Br. Sirait, Roni Vanencius Sirait, Roseva Angelina Br. Sirait yang telah sabar dan setia memberikan dukungan, doa, semangat, dan materil selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Dra. Saodah M.Sc., Apt., dan Bapak Drs. Suryanto M.Si., Apt., selaku
dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan kesabaran dari awal penelitian hingga menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Saodah M.Sc., Apt., selaku penasehat akademik yang telah memberikan motivasi dan bimbingan selama perkuliahan.
3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi yang telah meyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi.
4. Ibu Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., Dra. Djendakita Purba., M.Si, Apt., Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
(4)
5. Dosen-dosen di Fakultas Farmasi yang telah membimbing penulis selama perkuliahan sehingga dapat meyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman Kantin DW Portal : Abang Muhammad Karel Abdul Ghani S.Farm., Jay Muda Taringan S.Farm. Apt., Boy Indrawan S.Farm., Deddy R. Hutagalung S.Farm., David E. E. Siahaan S.Farm., Apt., Jupatman M. Nababan S.Farm., Apt., Yhady S.Farm., Apt., Jonson Sitorus S.Farma., Nobel Hutangalung, Candra , atas kebersamaan, dukungan, semangat dan saling berbagi satu sama lain.
7. Sahabat-sahabat stambuk 2004, khususnya Trilambok Tambunan, Vini Syahgustiarini S.Farm., Apt., Jonerikson Simanjuntak S.Farm., Linghuat Lumbanraja S.Farm., atas dukungan semangat dan kebersamaan selama perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi ini.
8. Abang, kakak, dan adik-adik Fakultas Farmasi atas dukungan dan semangat penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya.
Medan, Desember 2009 Penulis,
(5)
ABSTRAK
Telah dilakukan uji pengaruh penambahan asam tartrat terhadap peningkatan nilai SPF (Sun Protecting Factor) sediaan tabir surya anti UV A dan anti UV B dalam basis gel. Sediaan terdiri dari 4 formula yaitu : formula I sebagai formula tanpa penambahan asam tartrat, formula II dengan asam tartrat 8 %, formula III dengan asam tartrat 10 %, formula IV dengan asam tartrat 12 %.
Beberapa pengujian yang telah dilakukan terhadap sediaan tabir surya antara lain : uji homogenitas, pengamatan stabilitas, penentuan pH, penentuan viskositas, penentuan tipe emulsi, penentuan nilai SPF dan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan.
Hasil dari pengujian diperoleh bahwa semua sediaan tabir surya yang dibuat homogen, mempunyai stabilitas yang baik, formula I mempunyai pH 4,5667; formula II mempunyai pH 2,9000; formula III mempunyai pH 2,7000; formula IV mempunyai pH 2,5667; viskositasnya baik dengan nilai viskositas rata-rata untuk formula I sebesar 649,6883 P; formula II sebesar 590,3361 P; formula III sebesar 584,9558 P dan formula IV sebesar 564,7728 P. Untuk tipe emulsi dari sediaan menunjukkan hasil bahwa keempat sediaan tabir surya yang dihasilkan mempunyai tipe emulsi m/a. Sementara hasil uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan tidak menyebabkan iritasi. Pada penentuan nilai SPF sediaan tabir surya dari masing-masing formula adalah sebagai berikut : formula I mempunyai nilai SPF sebesar 2,1279; formula II sebesar 3,5776; formula III sebesar 3,7646 dan formula IV sebesar 4,1458. Nilai SPF dari sediaan meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi asam tartrat yang ditambahkan.
(6)
ABSTRACT
The test of influence from increasing tartaric acid towards the SPF value sunscreen with anti UV A dan anti UV B from basic gell. Cream consist of 4 formulation that is formula I formula without increasing tartaric acid, formula II with tartaric acid 8 %, formula III with tartaric acid 10 %, formula IV with tartaric acid 12%.
Various of test had been done towards the sunscreen among others : decision of homogenity, decision of stability, decision of pH, decision of type emulsion, decision of SPF value the sunscreen and the irritation test towards of skin the volunteer.
Results of the testing were received by the formula of the homogeneous sunscreen, had the good stability, the formula I had the pH 4.5667; the formula II had the pH 2.9000; the III formula had the pH 2.7000; the IV formula had the pH 2.5667; there viscosity was good with the average value of the viscosity for the I formula of 649.6883 P; the formula II 590.3361 P; the III formula as 584.9558 P and the IV formula as 564.7728 P. For the type of the emulsion from the formula showed results that the four formula of the sunscreen that was produced were to be the type of the emulsion m/a. While results of the irritation test showed did not cause skin coarse. In the determination the SPF value the formula of the sunscreen from formula was as : the I formula had the SPF value of 2.1279; the formula II value 3.5776; the III formula of 3.7646 and the IV formula value 4.1458. The SPF value from the formula increasing with more of tartaric acid that addition.
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... . .. ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 3
1.3. Manfaat Penelitian ... 4
1.4. Hipotesa ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Kulit ... 5
2.2. Fungsi Kulit ... 5
2.3. Tabir Surya ... 7
2.4. AHA (Alpha Hydroxy Acids) ... 8
2.5. Gel ... 9
2.6. Proteksi Terhadap Ultraviolet ... 10
(8)
2.8. Asam Tartrat ... 12
2.9. Metil paraben ... 13
2.10. Propil Paraben ... 13
2.11. Propilenglikol... 14
BAB III. METODE PENELITIAN ... 15
3.1 Alat ... 15
3.2 Bahan ... 15
3.3. Sukarelawan ... 15
3.4. Pembuatan Formula Sediaan ... 16
3.4.1 Pembuatan Dasar Gel ... 16
3.4.2. Komposisi Formula ... 16
3.4.2.1. Cara pembuatan Formula ... 17
3.5. Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 17
3.5.1. Uji Homogenitas ... 17
3.5.2. Pengamatan Stabilitas Metode Sentrifugasi ... 18
3.5.3. Penentuan pH Sediaan ... 18
3.5.4. Penentuan Viskositas Sediaan ... 18
3.6. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 18
3.7. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 19
3.8. Penentuan Nilai SPF Sediaan ... 19
3.9. Analisa Data ... 20
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
(9)
4.1.1.Uji Homogenitas ... 21
4.1.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan ... 21
4.1.3. Penentuan pH sediaan ... 21
4.1.4.Penentuan Viskositas Sediaan ... 21
4.2. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ... 22
4.3. Penentuan Nilai SPF Sediaan ... 23
4.4. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 28
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
5.1 Kesimpulan ... 29
5.2 Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30
(10)
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman 1. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan ...22 2. Data Serapan Formula Terhadap Panjang Gelombang ...23 3. Hasil Nilai SPF dari Masing-Masing Formula Tabir Surya ...25 4. Kategori Efektivitas Sediaan Tabir Surya Anti UV A dan Anti UV B dalam
Basis Gel. ...26
5. Selisih Nilai SPF Rata-rata Formula ...27 6. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ...28
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran I ... 34
2. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran II ... 34
3. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran III ... 35
4. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran IV ... 35
5. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran V... 36
6. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran VI ... 36
7. Sediaan Formula Tabir Surya ... 51
8. Neraca Analitis Baeco ... 52
9. Mikroskop Elektrik ... 52
10.Sentrifus HC1120T Centrifuge ... 53
11.Spektrofotometer UV-Mini Shimadzu ... 53
12.Printer Spektrofotometer ... 54
13.Viskometer Bola Jatuh Hoppler ... 54
14.Uji Homogenitas Formula I (Tabir surya tanpa penambahan asam tartrat) . 55 15.Uji Homogenitas Formula II (Tabir surya dengan penambahan asam tartrat 8%) ... 55
16.Uji Homogenitas Formula III ( Tabir surya dengan penambahan asam tartrat 10% ) ... 56
17.Uji Homogenitas Formula IV (Tabir surya dengan penambahan asam tartrat 12%) ... 56
18.Pengamatan pada jam pertama ... 57
(12)
20.Pengamatan pada jam ketiga ... 58
21.Pengamatan pada jam keempat ... 58
22.Pengamatan pada jam kelima ... 59
23.Tipe emulsi m/a Sediaan Tabir Surya Formula I ... 60
24.Tipe emulsi m/a Sediaan Tabir Surya Formula II ... 60
25.Tipe emulsi m/a Sediaan Tabir Surya Formula III ... 61
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Contoh Perhitungan NIlai SPF ... 32
2. Grafik Sediaan Tabir Surya ... 32
3. Data Penentuan Viskositas Sediaan ... 37
4. Data Penentuan Tipe Emulsi ... 42
5. Data Pengukuran Serapan sediaan ... 43
6. Data Perhitungan Anova ... 45
7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 47
8. Sertifikat Analisis Zat Aktif ... 48
9. Gambar Sediaan Tabir Surya ... 51
10. Alat Yang Digunakan ... 52
11.Gambar Uji Homogenitas Sediaan Tabir Surya ... 55
12.Pengamatan Stabilitas Sediaan Metode Sentrifugasi ... 57
13.Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Tabir Surya ... 60
14.Hasil Uji Beda Rata-Rata ... 62
15.Perhitungan Statistik Metode Anova ... 63
(14)
ABSTRAK
Telah dilakukan uji pengaruh penambahan asam tartrat terhadap peningkatan nilai SPF (Sun Protecting Factor) sediaan tabir surya anti UV A dan anti UV B dalam basis gel. Sediaan terdiri dari 4 formula yaitu : formula I sebagai formula tanpa penambahan asam tartrat, formula II dengan asam tartrat 8 %, formula III dengan asam tartrat 10 %, formula IV dengan asam tartrat 12 %.
Beberapa pengujian yang telah dilakukan terhadap sediaan tabir surya antara lain : uji homogenitas, pengamatan stabilitas, penentuan pH, penentuan viskositas, penentuan tipe emulsi, penentuan nilai SPF dan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan.
Hasil dari pengujian diperoleh bahwa semua sediaan tabir surya yang dibuat homogen, mempunyai stabilitas yang baik, formula I mempunyai pH 4,5667; formula II mempunyai pH 2,9000; formula III mempunyai pH 2,7000; formula IV mempunyai pH 2,5667; viskositasnya baik dengan nilai viskositas rata-rata untuk formula I sebesar 649,6883 P; formula II sebesar 590,3361 P; formula III sebesar 584,9558 P dan formula IV sebesar 564,7728 P. Untuk tipe emulsi dari sediaan menunjukkan hasil bahwa keempat sediaan tabir surya yang dihasilkan mempunyai tipe emulsi m/a. Sementara hasil uji iritasi menunjukkan bahwa sediaan tidak menyebabkan iritasi. Pada penentuan nilai SPF sediaan tabir surya dari masing-masing formula adalah sebagai berikut : formula I mempunyai nilai SPF sebesar 2,1279; formula II sebesar 3,5776; formula III sebesar 3,7646 dan formula IV sebesar 4,1458. Nilai SPF dari sediaan meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi asam tartrat yang ditambahkan.
(15)
ABSTRACT
The test of influence from increasing tartaric acid towards the SPF value sunscreen with anti UV A dan anti UV B from basic gell. Cream consist of 4 formulation that is formula I formula without increasing tartaric acid, formula II with tartaric acid 8 %, formula III with tartaric acid 10 %, formula IV with tartaric acid 12%.
Various of test had been done towards the sunscreen among others : decision of homogenity, decision of stability, decision of pH, decision of type emulsion, decision of SPF value the sunscreen and the irritation test towards of skin the volunteer.
Results of the testing were received by the formula of the homogeneous sunscreen, had the good stability, the formula I had the pH 4.5667; the formula II had the pH 2.9000; the III formula had the pH 2.7000; the IV formula had the pH 2.5667; there viscosity was good with the average value of the viscosity for the I formula of 649.6883 P; the formula II 590.3361 P; the III formula as 584.9558 P and the IV formula as 564.7728 P. For the type of the emulsion from the formula showed results that the four formula of the sunscreen that was produced were to be the type of the emulsion m/a. While results of the irritation test showed did not cause skin coarse. In the determination the SPF value the formula of the sunscreen from formula was as : the I formula had the SPF value of 2.1279; the formula II value 3.5776; the III formula of 3.7646 and the IV formula value 4.1458. The SPF value from the formula increasing with more of tartaric acid that addition.
(16)
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan dengan maksud membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari terutama pada daerah emisi gelombang ultraviolet dan infra merah, sehingga dapat mencegah terjadinya gangguan kulit karena cahaya matahari (Ditjen POM, 1985).
Ada dua macam komponen sinar ultra violet yang mencapai bumi, yaitu UV A (320-400 nm) dan UV B (290-320 nm). UV B merupakan komponen yang mempunyai daya rusak tinggi pada kulit, sedangkan UV A lebih condong dapat merusak kulit dengan bantuan fotosinsitizer kimia baik alami maupun sintesis yang terdapat pada kulit (Wasitaatmadja, 1997).
Dua cara perlindungan kulit, yaitu :
1. Perlindungan secara fisik, misalnya memakai payung, topi lebar, baju lengan panjang, celana panjang, serta pemakaian bahan-bahan kimia yang sifatnya melindungi kulit dengan jalan memantulkan sinar yang mengenai kulit, misalnya Titan Oksida, Zink Oksida, Kaolin, Kalsium Karbonat, Magnesium Karbonat, Talkum, dan bahan-bahan lainnya sejenis yang sering dimasukkan dalam dasar bedak (foundation) atau bedak.
2. Perlindungan secara kimiawi dengan memakai bahan kimia. Ada dua kelompok bahan kimia ini :
a. Bahan kimia yang menimbulkan dan mempercepat proses penggelapan kulit (tanning), misalnya Dioxy Aceton yang dipakai
(17)
dua jam sebelum berjemur. Bahan ini mempercepat pembentukan melanin di permukaan kulit.
b. Bahan yang menyerap UV B tetapi meneruskan UV A ke dalam kulit, misalnya Para Amino Benzoic Acid (PABA) dan derivatnya, Cinnamates, Anthranilates, Benzophenon, dan Digalloyl Trioleate. Tapi perlu diingat bahwa PABA dan sejumlah bahan tersebut bersifat photoallergy, phototoxic, disamping pencoklatan kulit (tanning) yang tidak disukai oleh orang Asia yang menyukai kulit yang berwarna putih (Tranggono, RI & Fatma L, 2007)
Oksibenson (derivat benzophenon) banyak digunakan sebagai bahan aktif dalam sediaan kosmetika tabir surya karena dapat menyerap sinar UV A dan UV B, namun kemampuannya relatif rendah. Untuk meningkatkan efektivitas tabir surya, dilakukan kombinasi dengan tabir surya lainnya, misalnya oktilmetoksisinamat yang menyerap UV B (Soerarti, W, 2004)
Kemampuan menahan sinar ultraviolet dari tabir surya dinilai dalam faktor proteksi sinar (Sun Protecting Faktor/SPF) yaitu perbandingan antara waktu yang diperlukan untuk menimbulkan eritema pada kulit yang diolesi oleh tabir surya dengan yang tidak diolesi. Nilai SPF ini berkisar antara 0 sampai 100, dan kemampuan tabir surya yang dianggap baik berada di atas 15 (Wasitaatmadja, 1997).
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih dan tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut. Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam (tragakan, pektin, karagenan, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis dan
(18)
semisintetis seperti metilselulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus kerboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman, 1994).
Sebagai bahan tabir surya yang digunakan anti UV A adalah Oksibenson dan anti UV B Oktilmetoksisinamat. Penentuan efektivitas sediaan tabir surya dilakukan dengan cara menghitung nilai SPF (Sun Protecting Factor) dari sediaan. Selain uji efektivitas, dilakukan juga uji mutu fisik sediaan yang meliputi organoleptis (bentuk, tekstur, warna dan bau).
Golongan AHA (Alpha Hydroxy Acid) sering digunakan dalan sediaan tabir surya untuk mencerahkan kulit. Yang termasuk golongan AHA ini yaitu : asam glikolat, asat sitrat, asam laktat, asam malat, serta asam tartrat. Pada penelitian sebelumnya, telah digunakan asam glikolat terhadap sediaan tabir surya kombinasi oksibenson dan oktilmetoksisinamat. Pada penelitian ini, digunakan asam tartrat terhadap sediaan tabir surya kombinasi Anti UV A dan UV B dengan basis gel.
1.2.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah penggunaan asam tartrat memberikan pengaruh terhadap peningkatan nilai SPF (Sun Protecting Factor) terhadap sediaan tabir surya kombinasi anti UV A dan UV B dalam basis gel.
(19)
1.3.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui pengaruh penggunaan asam tartrat terhadap sediaan tabir surya kombinasi anti UV A dan Anti UV B dalam basis gel.
1.4.Hipotesa
Hipotesa dari penelitian ini adalah apakah asam tartrat dapat meningkatkan nilai SPF (Sun Protecting Factor) terhadap sediaan tabir surya kombinasi anti UV A dan UV B dalam basis gel.
(20)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kulit
Kulit sebagai lapisan pembungkus tubuh senantiasa mengalami pengaruh lingkungan luar, baik berupa sinar matahari, iklim maupun faktor-faktor kimiawi dan mekanisme kulit tidak saja harus menghilangkan pengaruh panas matahari, tetapi juga harus dapat mengatasi pengaruh sinr matahari. (Rostamailis, 2005).
Kulit terdiri dari tiga lapisan utama : epidermis, dermis, dan subkutan jaringan. Setiap lapisan memiliki karakteristik dan fungsi spesifik. Meskipun penelitian mengenai lapisan masih berlangsung, banyak yang sudah diketahui tentang struktur dari setiap komponen. Penemuan terbaru tentang komponen-komponen ini sudah mengarah ke diagnosis pralahir banyak mewarisi penyakit dan untuk meningkatkan terapi. Di masa depan, studi komponen ini memungkinkan penyempurnaan pemahaman tentang penuaan kulit dan efek dari produk topikal pada fungsi biologis kulit.
Epidermis adalah lapisan kulit paling dangkal. Hal ini sangat penting dari segi kosmetik, karena lapisan ini yang memberikan tekstur kulit dan kelembaban, dan menyumbang pada warna kulit. Jika permukaan epidermis adalah kering atau kasar, kulit tampak tua. Pengetahuan tentang struktur dasar epidermis yang baik memungkinkan seorang praktisi untuk meningkatkan penampilan kulit pasien (Baumann, Leslie., 2009).
(21)
Kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, termasuk lapisan korneum, dermis, dan hipodermis. Dermis mengandung melanosit yang menghasilkan pigmen melanin yang bertanggung jawab atas warna kulit. Paparan sinar dengan panjang gelombang dalam UV-A wilayah akan merangsang pembentukan melanin, yang berfungsi sebagai lapisan pelindung pada kulit. Kulit ditampilkan bersama dengan jumlah radiasi UV yang menembus setiap lapisan. Radiasi UV dekat 300 nm (UV-B) menembus dengan baik stratum corneum dan epidermis yang energik cukup parah menyebabkan pembakaran (erythema) kulit, terutama pada individu berkulit putih. Radiasi dengan panjang gelombang lebih panjang dari 350 nm mulai menembus dermis sehingga merangsang pembentukan melanin dan menghasilkan (tanning) pencokelatan yang melindungi kulit dari terbakar langsung akibat paparan sinar matahari. Meskipun sinar UV-A merupakan energi yang lebih rendah daripada sinar UV-B, yang kenyataannya bahwa mereka dapat menembus lebih jauh ke dalam hypodermis, menyebabkan elastosis (kekurangan dukungan struktural dan elastisitas kulit) dan kerusakan kulit lainnya, yang berpotensi mengarah ke kanker kulit (Shaat, Nadim, A., 2005)
Di samping efek menguntungkan, pemaparan sinar matahari yang berlebihan juga dapat berdampak buruk karena sinar matahari mengandung sinar ultra violet (UV). Berdasarkan panjang gelombang dan efek fisiologisnya, sinar UV dibagi atas tiga kelompok, yaitu : UV A, UV B, dan UV C. UV A memiliki panjang gelombang 320-400 nm yang menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa terjadi inflamasi sehingga disebut daerah pigmentasi. UV B memiliki panjang gelombang 290-320 nm sehingga dapat menimbulkan terjadinya iritasi pada kulit. Hal ini menyebabkan rentang panjang gelombang UV B disebut daerah eritema.
(22)
UV C memiliki panjang gelombang 200-290 nm dan tidak dapat mencapai permukaan bumi karena sebagian besar telah terserap oleh lapisan ozon.
2.3. Tabir Surya
Tabir surya merupakan sediaan topikal yang dapat mengurangi dampak radiasi ultraviolet dengan cara menyerap, memantulkan atau menghamburkan radiasi ultraviolet. Dampak radiasi ultraviolet dapat dicegah dengan menggunakan tabir surya sebelum terpapar sinar matahari (Shaat, Nadim, A., 2005).
Mekanisme Kerja Tabir Surya
Berdasarkan mekanisme kerjanya, tabir surya digolongkan menjadi pemblok fisik dan penyerap kimia (Shaath, 2005).
a. Pemblok fisik (Physical blockers)
Tabir surya yang merupakan pemblok fisik bekerja dengan memantulkan atau menghamburkan radiasi ultraviolet. Contoh tabir surya yang bersifat pemblok fisik adalah petrolatum, senyawa anorganik seperti zink oksida dan titanium oksida. Senyawa-senyawa ini apabila terdapat dalam jumlah yang mencukupi dapat memantulkan semua spektrum ultraviolet, visibel, dan sinar infra merah. Ukuran partikel dari logam oksida dengan diameter kurang dari 300 amstrong dinyatakan mempunyai tingkat perlindungan terhadap sinar matahari yang lebih tinggi tanpa menimbulkan opasitas yang secara estetika mengganggu penampilan dan pembentukan aglomerat yang dapat mengurangi efektivitas tabir surya. Pemblok fisik efektif untuk melindungi kulit terhadap pemaparan radiasi UV A maupun UV B. Dua senyawa pemblok fisik yang paling umum digunakan adalah zink oksida dan titanium oksida dimana keduanya inert secara kimia, tidak bersifat iritan dan memberikan perlindungan sempurna terhadap seluruh spektrum
(23)
UV (Shaat, Nadim, A., 2005).
b. Penyerap kimia (Chemical absorber)
Tabir surya yang merupakan penyerap kimia bekerja dengan menyerap secara spesifik radiasi UV. Contoh tabir surya yang bersifat sebagai penyerap kimia adalah turunan para aminobenzoat (PABA), turunan sinamat, dan turunan salisilat. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang tersusun atas struktur aromatik yang terkonjugasi dengan gugus karbonil dan dengan gugus pelepas elektron (amin atau metoksi) yang berada pada posisi para atau orto terhadap gugus karbonil dalam cincin aromatik.
Senyawa kimia dengan konfigurasi tersebut dapat menyerap radiasi UV berenergi tinggi dengan panjang gelombang pendek yaitu 250 – 340 nm dan merubah energi yang tersisa menjadi radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang (energi rendah) yaitu 380 nm yang relatif tidak berbahaya. Energi yang diabsorbsi dari radiasi UV A dan UV B besarnya sama dengan energi resonansi yang dibutuhkan untuk delokalisasi elektron pada komponen aromatik (Shaat, Nadim, A., 2005).
2.4. AHA (Alpha Hydroxy Acids)
Hydroxy acids mewakili kelompok zat yang menarik yang termasuk dalam kategori kosmetika. Dalam dua dekade terakhir mereka telah digunakan secara luas ke berbagai produk perawatan kulit untuk melembabkan, dan efek antipenuaan. Golongan yang termasuk asam hidroksi α-hydroxy acids (AHA), β -hydroxy acids, kombinasi -hydroxy acids, dan asam poly-hydroxy. AHA adalah
(24)
organik asam karboksilat ditandai oleh sebuah kelompok hidroksi pada posisi alfa. Mereka hidrofilik karena struktur alifatik dan linier. Berdasarkan jumlah hidroksi kelompok, AHA dapat dibagi menjadi tiga subkategori: asam monokarboksilat (asam glikolat), asam dikarboksilat (asam malat), dan asam trikarboksilat (asam sitrat) (Barel, A. O., 2006).
Alpha-hydroxyacid disebut juga sebagai asam buah karena kebanyakan dari mereka secara umum terdapat dalam buah ( asam sitrat dalam buah jeruk, asam malat dalam apel, asam tartarat dalam anggur). Tetapi tidak semua AHA merupakan komponen dari buah dimana asam glikolat dari sugar cane, dan asam laktat berasal dari susu (Rawlings, Anthony V., 2002)
2.5. Gel
Menurut definsi USP gel adalah sistem semisolid baik anorganik maupun organik besar yang berinterpenetrasi dengan cairan. Dalam partikel anorganik membentuk sistem tiga dimensi dalam keseluruhan (Lieberman, 1998).
Gel memiliki sifat yang khas:
1. Dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorpsi larutan yang mengakibatkan terjadi pertambahan volume.
2. Sineresis, yaitu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi didalam masa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada diatas permukaan gel.
3. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel (Lieberman, 1998).
(25)
sistem gel. Terdapat gum alam, turunan selulosa dan karbomer. Gel dibedakan ke dalam anorganik dan organik gel dalam basis fase koloid. Turunan selulosa telah disintetis dan efektif pembuat gel. Di antaranya adalah natrium karboksimetilselulosa, hidroksietil selulosa dan hidroksimetil selulosa. Penggunaan gel dan pembuat gel adalah di farmasetik digunakan sebagai bahan kosmetik. Dalam bidang kosmetik gel telah digunakan secara luas dalam berbagai produk, di antaranya sampo, produk pengharum, preparat kulit dan rambut. (Lieberman, 1998).
Selulosa sebagai bahan dasar penggunaannya harus disesuaikan dengan konsentrasi maksimum (2 – 3%) untuk memperoleh struktur gel yang diinginkan. Pada tingkat konsentrasi didapatkan bentuk ideal pada pemakaian (Shaat, Nadim, A., 2005).
Konsistensi gel dapat menunjukkan sifat tiksotropi atau tidak. Konsistensi gel dikatakan menunjukkan sifat tiksotropi jika massa gel menjadi kenatal pekat pada waktu didiamkan dan menjadi cair kembali setelah dikocok, dan tidak segera mengental ssewaktu didiamkan. Ciri sifat konsistensi ini sangat penting untuk sediaan kosmetika, karena dengan demikian gel akan mudah merata jika dioleskan pada rambut atau kulit, sekalipun tanpa penekanan yang berarti (Ditjen POM, 1985).
2.6. Proteksi Terhadap Ultraviolet
Perlindungan dari paparan radiasi UV menyebabkan penurunan risiko untuk perkembangkan kanker kulit. Oleh karena itu, fotoproteksi optimal secara teratur menggunakan tabir surya,mengenakan pakaian pelindung, termasuk
(26)
menghindari paparan UV jika dimungkinkan. Rekomendasi untuk fotoproteksi yang mencakup ketiga pendekatan ini paling efektif dalam mengurangi resiko kanker kulit. Tabir surya bekerja terutama melalui dua mekanisme: (i) menghamburkan dan refleksi energi UV, dan (ii) penyerapan energi UV.
Banyak tabir surya saat ini mengandung bahan-bahan yang bekerja melalui kedua mekanisme baik dalam hal perlindungan UV. Assay yang paling penting untuk menentukan efektivitas tabir surya adalah Sun Protection Factor (SPF). pengukuran SPF menunjukkan kemampuan tabir surya untuk mencegah terjadinya eritema pada paparan radiasi UV, terutama UVB. Nilai SPF didefinisikan sebagai perbandingan energi UV yang dibutuhkan untuk menghasilkan eritema minimal pada kulit yang dilindungi dengan eritema yang sama pada kulit yang tidak dilindungi dalam individu yang sama. Untuk contoh, seorang individu menggunakan tabir surya SPF 4 akan mengambil empat kali lebih lama untuk mengalamai eritema pada kutan ketika terpapar radiasi UVB, dibandingkan dengan ketika individu tidak memiliki perlindungan. Food and Drug Administration (FDA), yang mengawasi pemasaran dan distribusi produk-produk tabir surya di Amerika Serikat, menyarankan bahwa tabir surya harus menyediakan setidaknya nilai SPF 2. Kebanyakan di pasaran tersedia produk tabir surya memiliki nilai SPF yang melebihi perlindungan minimum. Meskipun upaya oleh FDA untuk mendidik konsumen dan mempromosikan sesuai merek oleh produsen, tabir surya pelabelan memiliki keterbatasan. Nilai SPF tabir surya terutama mengukur kemampuan untuk melindungi terhadap radiasi UVB dan tidak cukup mengatasi efek UVA. (Draelos, Zoe. D., 2006)
(27)
2.7. Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC)
Sinonim : HPMC, Hypromellosum, Methocel, Metolose, Pharmacoat. Merupakan selulosa yang mengalami O-metilasi dan O-(-2-) hidroksiprolisasi. Dengan berat molekul kira – kira 10.000 – 1.500.000. Hidroksipropil metilselulosa berfungsi sebagai penyalut, polimer untuk sediaan lepas lambat, penstabil, pensuspensi, pengikat tablet dan peningkat viskositas. Dan digunakan secara luas untuk kosmetik (Rowe, 2009).
Menurut Shaat (2005) penggunaan dasar selulosa dapat disesuaikan sampai pada konsentrsi tertinggi (2 – 3 %) untuk menghasilkan struktur gel yang diharapkan. Pada tingkat penggunaan ini mereka dapat mudah digerakkan /tidak kaku pada saat pembuatan.
Hidroksipropil metilselulosa merupakan serbuk berwarna putih-krem, tidak berbau, dan tidak berasa. Larutan hidroksipropil metilselulosa 2 % (b/b) memiliki pH sebesar 5,5-8. Hidroksipropil metilselulosa larut dalam air dingin, praktis larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol dan eter, tetapi larut dalam campuran etanol-diklormetan, metanol- diklormetan dan air-alkohol, campuran diklormetan dan propanol-2.
Hidroksipropil metilselulosa merupakan serbuk yang stabil, meskipun bersifat higroskopis setelah pengeringan. Larutan hidroksipropil metilselulosa stabil pada pH 3-11. Peningkatan temperatur dapat menurunkan viskositas larutan. Larutan hidroksipropil metilselulosa dalam air sangat mudah ditumbuhi mikroorganisme, maka perlu diberi pengawet. Hidroksipropil metilselulosa tidak sesuai dengan zat-zat pengoksidasi. Penyimpanan HMPC dalam wadah tertutup rapat, tidak lembab, tempat kering (Rowe, 2009).
(28)
2.8. Asam Tartrat
Asam tartarat berbentuk kristal monosiklik, atau putih umumnya berbentuk serbuk kristal putih, tidak berwarna dan memunyai rasa asam yang tinggi. Penyimpanan dalam wadah yang tertutup rapat dan kering. Asam tartarat sangat larut dalam kloroform; 2,5 bagian dalam etanol 95 %; larut dalam gliserin; 10,5 bagian dalam air. Asam tartarat secara luas digunakan dalam produk makanan dan oral, topikal dan formulasi parental farmasetk. Secara umum tidak toksik dan tidak mengiritasi. Keberadaan asam tartarat di alam terdapat dalam buah – buahan sebagai asam bebas. Penggunaannya sebagai (Rowe, 2009).
2.9. Metil paraben
Metil paraben merupakan serbuk kristal tidak berwarna sampai putih dan tidak berbau dan digunakan sebagai pengawet. Metil paraben larut dalam 3 bagian etanol 90 %, 5 bagian propilenglikol, 60 bagian gliserin dan 400 bagian air. Metil paraben aktif pada rentang pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas. Konsentrasi metil paraben yang biasa digunakan pada sediaan topikal adalah 0,02-0,3 %. Aktivitas antimikroba efektif pada pH 4 - 8 dan aktivitas berkurang dengan bertambahnya pH disertai pembentukan anion fenolat. Larutan metil paraben dalam air dengan pH 3 - 6, stabil dalam penyimpanan selama 4 tahun pada suhu kamar, sedangkan pada pH lebih dari 8 akan cepat terhidrolisis. Metil paraben inkompatibel dengan surfaktan anionik, bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sorbitol (Rowe, 2009).
(29)
Propil paraben merupakan serbuk kristalin putih, tidak berbau, dan tidak berasa serta berfungsi sebagai pengawet. Konsentrasi propil paraben yang digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01 - 0,6 %. Propil paraben efektif sebagai pengawet pada rentang pH 4 - 8, peningkatan pH dapat menyebabkan penurunan aktivitas antimikrobanya. Propil paraben sangat larut dalam aseton, 1 bagian dalam etanol, larut dalam 250 bagian gliserin dan sukar larut di dalam air. Larutan propil paraben dalam air dengan pH 3 - 6, stabil dalam penyimpanan selama 4 tahun pada suhu kamar, sedangkan pada pH lebih dari 8 akan cepat terhidrolisis. Propil paraben inkompatibel dengan surfaktan nonionik. Plastik, magnesium silikat, magnesium trisilikat, dan pewarna ultramarine blue dapat mengabsorpsi propil paraben sehingga mengurangi efek antimikrobanya. Propil paraben akan berubah warna apabila terjadi kontak dengan besi dan hidrolisis terjadi apabila ada basa lemah dan asam kuat (Rowe, 2009).
2.11. Propilenglikol
Propilenglikol secara luas digunakan sebagai pelarut, pengekstraksi, dan bahan pembawa pada parental dan non parental formulasi farmasetik, sebagai antiseptik namun kurang efektif dibandingkan dengan etanol. Di industri kosmetik dan makanan sebagai emollient, humektan, merupakan cairan jernih kental, tidak berwarna, tidak berbau dan memiki rasa manis. Propilenglikol dapat bercampur dengan etanol, gliserin, dan air, serta tidak bercampur dengan minyak mineral, tetapi bercampur dengan minyak esensial. Pada suhu rendah, propilenglikol tetap stabil dalam wadah tertutup rapat, tetapi pada suhu tinggi dan di tempat terbuka, propilenglikol akan teroksidasi.
(30)
Propilenglikol bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya, serta di tempat sejuk dan kering. Propilenglikol inkompatibel dengan zat-zat pengoksidasi seperti kalium permanganat dan bersifat lebih iritan terhadap kulit dari pada gliserin (Rowe, 2009).
(31)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Alat
Alat-alat gelas laboratorium, aluminium foil, neraca analitik Boeco (Germany), viskometer bola jatuh (Haake 597 Gebruder Berlin), pH meter (Hanna), Spektrofotometer UV-VIS mini (Shimadzu), sentrifugasi HC1120T centrifuge, mikroskop elektrik.
3.2. Bahan
Oksibenson (Bronson 7 Jacobs), Oktilmetoksisinamat (Bronson 7 Jacobs), Hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) 4000 (PT. Lawsim Zecha), asam tartrat merck), isopropanol merck), metil paraben merck), propil paraben (E-merck), propilenglikol (Chemica), aquadest.
3.3. Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi berjumlah 6 orang, dengan kriteria sebagai berikut :
1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-35 tahun
3. Tidak ada riwayat penyakit berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan untuk uji iritasi
(32)
5. Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada kulit yang sedang diuji (Ditjen POM, 1985).
3.4. Pembuatan Formula Sediaan 3.4.1. Pembuatan Dasar Gel
(Basis gel menurut Soerartri, W, 2004)
Hidroksipropilmetilselulosa (HPMC) 4000 1,375 g
Propilenglikol 10 g
Metil paraben 0,075 g
Propil paraben 0,025 g
Aquadest 38,525 g
Cara pembuatan : HPMC 4000 didispersikan terlebih dahulu dengan cara menaburkan secara merata dalam aquadest, lalu didiamkan selama 24 jam. Pada waktu ini dianggap HPMC telah terbasahi dengan sempurna. Metil paraben dan propil paraben dilarutkan dalam propilen glikol, lalu ditambahkan sedikit demi sedikit dalam HPMC 4000 yang telah terdispersi dengan baik sambil dihomogenkan.
3.4.2. Komposisi Formula
NO Nama Zat F I (g) F II (g) F III (g) F IV (g)
1 Asam tartrat - 4 5 6
2 Oksibenson 2 2 2 2
3 Oktilmetoksisinamat 4 4 4 4
(33)
3.4.2.1 Cara Pembuatan Formula a. Fomula I
Cara Pembuatan : ke dalam lumpang dimasukkan oksibenson lalu digerus halus, ditambahkan sedikit dasar gel kemudian digerus homogen. Ditambahkan sedikit demi sedikit oktilmetoksisinamat lalu dihomogenkan. Ditambahkan sisa dasar gel lalu dihomogenkan.
b. Formula II
Cara Pembuatan : ke dalam lumpang dimasukkan asam tartrat lalu digerus halus, ditambahkan sedikit dasar gel lalu digerus homogen (massa I). Oksibenson digerus halus, ditambahkan sedikit dasar gel lalu dihomogenkan (massa II). Dicampurkan massa I dan massa II lalu dihomogenkan, ditambahkan sedikit dasar gel. Ditambahkan oktilmetoksisinamat sedikit demi sedikit dan dihomogenkan ditambahkan sisa dasar gel lalu dihomogenkan.
c. Formula III
Cara Pembuatan : seperti pada point 2.4.2.1 b
d. Formula IV
Cara pembuatan : seperti pada point 2.4.2.1 b
3.5. Penentuan Mutu Fisik Sediaan 3.5.1. Uji Homogenitas
Cara : sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).
(34)
3.5.2. Pengamatan Stabilitas Metode Sentrifugasi
Cara : sebanyak 2 gram krim dimasukkan ke dalam tabung sentrifus lalu disentrifugasi dengan kecepatan 3750 rpm selama 5 jam dengan interval waktu pengamatan setiap 1 jam. Diamati fase minyak dan fase air yang terjadi dalam setiap interval pengamatan ( Lachman, 1994).
3.5.3. Penentuan pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan mengunakan pH meter
Cara : alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan aquadest, lalu dikeringkan dengan kertas tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan harga pH sediaan (Rawlins, 2003).
3.5.4. Penentuan Viskositas Sediaan
Penentuan viskositas sediaan menggunakan viskometer bola jatuh.
Cara : sediaan dan bola dimasukkan ke dalam tabung gelas dalam. Tabung dan jaket kemudian dibalik, dengan demikian posisi bola berada di puncak tabung gelas dalam. Waktu yang dibutuhkan bola untuk jatuh di antara dua tanda diukur dengan teliti. Dihitung nilai viskositasnya (Moechtar, 1989).
3.6. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
(35)
Cara : sejumlah tertentu sediaan diletakkan di atas objek gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru, diaduk dengan batang pengaduk. Tutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop. Bila metil biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya berupa bintik-bintik biru, berarti sediaan tersebut tipe emulsi a/m.
3.7. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Uji iritasi terhadap sukarelawan dilakukan dengan cara : formula sediaan tabir surya dioleskan pada tempat yang tidak mudah terlihat yaitu di belakang telinga, kemudian dibiarkan selama 24 jam, dilihat perubahan yang terjadi berupa iritasi pada kulit, gatal dan pengkasaran (Wasitaatmadja, 1997).
3.8. Penentuan Nilai SPF Sediaan
Penentuan nilai SPF dilakukan dengan cara melarutkan sampel dalam isopropanol dengan konsentrasi 40 mg/l
Cara : ditimbang 50 mg sediaan dan dilarutkan dengan pelarut isopropanol dalam labu takar 25 ml, lalu dipipet 5 ml dari larutan tersebut, dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml dan ditambahkan dengan isopropanol hingga garis tanda. Lalu dipipet 2,5 ml dari labu takar kedua, dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml dan ditambahkan dengan isopropanol sampai garis tanda. Larutan yang terakhir ini diukur serapannya dengan spektrofotometer UV pada rentang panjang gelombang 290 nm sampai panjang gelombang yang memberikan serapan minimal 0,05 A. Luas area di bawah kurva dihitung dari jumlah serapan pada λn dan serapan pada λn + 1 dibagi 2, dikalikan dengan selisih λn + 1 dengan λn..
(36)
Dihitung nilai log SPF dengan cara membagi jumlah seluruh luas area di bawah kurva dengan selisih λmax dan λmin lalu dikalikan dua. Selanjutnya nilai log SPF diubah menjadi nilai SPF (Petro, 1981). Dilakukan perlakuan yang sama sebanyak 6 kali untuk masing-masing formula.
3.9. Analisa Data
Data hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan metode Anova (analysis of Variance) dengan program SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) dengan taraf tingkat kepercayaan 95 %, dilanjutkan dengan metode Duncan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang bermakna ke empat formula, dan dilanjutkan dengan uji HSD (Honestly Significant Difference) untuk mengetahui formula mana yang berbeda secara bermakna.
(37)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penentuan Mutu Fisik Sediaan 4.1.1. Uji Homogenitas
Dari percobaan yang telah dilakukan terhadap keempat sediaan tabir surya, hasil yang diperoleh menunjukkan tidak adanya butiran-butiran pada objek gelas, sehingga dapat dikatakan bahwa semua sediaan tabir surya yang dihasilkan adalah homogen. (Data dapat dilihat pada lampiran halaman 43,44)
4.1.2. Pengamatan Stabilitas Sediaan
Hasil pengujian stabilitas dengan metode sentrifugasi diperoleh bahwa sediaan tidak menunjukkan adanya pemisahan antara fase minyak dengan fase air. Dengan demikian keempat formula mempunyai stabilitas yang baik (Lachman, 1990). (Data dapat dilihat pada lampiran halaman 45 - 47)
4.1.3. Penentuan pH Sediaan
Hasil penentuan pH sediaan, didapatkan bahwa formula I mempunyai pH 4,6; formula II dengan pH 2,9; formula III dengan pH 2,7serta formula IV dengan pH 2,6. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa pH sediaan tabir surya menurun seiring dengan bertambahnya asam tartrat yang ditambahkan ke dalam sediaan tabir surya. Hal ini disebabkan karena asam tartrat memilki pH yang rendah.
4.1.4. Penentuan Viskositas Sediaan
Hasil penentuan viskositas sediaan formula tabir surya, didapatkan bahwa nilai viskositas dari masing-masing sediaan yaitu : formula I sebesar 649,6883 P;
(38)
formula II sebesar 590,3361 P; formula III sebesar 584,9558 P; dan formula IV sebesar 564,7728 P. Dari hasil yang diperoleh ini dapat disimpulkan bahwa viskositas dari sediaan tabir surya dengan basis gel akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi asam tartrat yang ditambahkan ke dalam sediaan. Hal ini disebabkan karena asam tartrat yang memilki sifat yang higroskopis. Ini menunjukkan bahwa formula IV mempunyai tekstur yang relatif lebih encer bila dibandingkan dengan ketiga formula yang lainnya. Namun jika dilihat dari konsistensi sediaan tabir surya setelah penambahan konsntrasi asam tartarat paling tinggi masih menunjukkan tekstur yang sesuai dengan tekstur gel. (Untuk perhitungan nilai viskositas masing sediaan formula tabir surya lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 26 – 29).
4.2. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
Tabel 1. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No Jenis Formula Tipe Emulsi
1 I m/a
2 II m/a
3 III m/a
4 IV m/a
Keterangan :
Formula I : Formula tabir surya tanpa penambahan asam tartrat Formula II : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 8 % Formula III : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 10 %
(39)
Formula IV : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 12 % m/a : Minyak dalam air
Hasil pengujian yang dilakukan terhadap keempat sedian tabir surya menunjukkan bahwa metil biru tersebar merata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua formula merupakan emulsi tipe m/a.
4.3. Penentuan Nilai SPF Sediaan
Hasil pengukuran absorbansi (Tabel 2.) diperoleh peningkatan nilai absorbansi masing – masing formula tabir surya seiring dengan naiknya konsentrasi asam tartarat pada masing – masing formula.
Tabel 2. Data Serapan Formula Terhadap Panjang Gelombang
No
Nama Formula
Panjang Gelombang (λ) nm
290 300 310 320 330 340 350 360
1 Formula 1 0,2371 0,2178 0,2141 0,1904 0,1343 0,0814 0,0503 0,0248 2 Formula 2 0,3925 0,3833 0,3865 0,3344 0,2170 0,1145 0,0640 0,0316 3 Formula 3 0,4088 0,3936 0,3961 0,3463 0,2300 0,1272 0,0707 0,0344 4 Formula 4 0,4301 0,4258 0,4338 0,3732 0,2379 0,1207 0,0664 0,0328
(Untuk data serapan formula terhadap panjang gelombang masing – masing sediaan formula tabir surya, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 31 – 32)
Hasil penentuan nilai SPF sediaan tabir surya formula I, II, III, dan IV digambarkan pada Gambar 2.1 menunjukkan bahwa grafik formula IV mempunyai daerah di bawah kurva (area under curve) atau AUC yang lebih luas bila dibandingkan dengan ke tiga formula yang lain. Dimana menurut Petro, A.J,
(40)
(1981) semakin luas daerah di bawah kurva (AUC) suatu formula, maka makin tinggi nilai (sun protecting factor) SPF yang dimiliki formula itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa formula IV lebih baik efektifitasnya berdasarkan nilai SPF bila dibandingkan dengan ke tiga formula yang lain. Grafik serapan sediaan tabir surya dapat dilihat di bawah ini :
Grafik panjang gelombang (λ) vs serapan (A)
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
280 290 300 310 320 330 340 350 360 370
Panjang gelombang (λ) nm
S e ra p a n ( A ) Formula I Formula II Formula III Formula IV f
Gambar 21. Grafik Panjang Gelombang (λ) vs Serapan (A).
(Grafik grafik panjang gelombang (λ) vs serapan (A) masing – masing sediaan formula tabir surya, lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 22 – 24).
Dengan menggunakan metode Petro, A. J., (1981) Nilai SPF dari masing – masing sediaan formula tabir surya diperoleh harga SPF (Tabel 3.). Dengan cara membagi jumlah seluruh luas area di bawah kurva dengan selisih λmax dan λmin lalu dikalikan dua kemudian diubah menjadi nilai SPF. Dari grafik di atas diperoleh nilai SPF dari masing-masing formula, yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini :
(41)
Tabel 3. Hasil Nilai SPF dari Masing-Masing Formula Tabir Surya
No
Sun Protecting Factor (SPF)
F I F II F III F IV
1 2,1242 3,5850 3,7809 4,1039
2 2,1379 3,5900 3,7792 4,1476
3 2,1522 3,5604 3,7826 4,1361
4 2,1261 3,5817 3,7336 4,1077
5 2,1120 3,5991 3,7239 4,2043
6 2,1154 3,5497 3,7879 4,1754
Jumlah 12,7678 21,4659 22.,8810 24,8750
Rata-rata 2,1279 3,5776 3,7646 4,1458
(Untuk penentuan nilai SPF masing – masing sediaan formula tabir surya, lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 20).
Dari hasil penentuan nilai SPF (Sun protecting Factor) dari sediaan tabir surya, diperoleh nilai rata-rata SPF dari masing - masing formula yaitu : formula I mempunyai nilai rata SPF sebesar 2,1279; formula II mempunyai nilai rata-rata SPF sebesar 3,5776; formula III mempunyai nilai rata-rata-rata-rata SPF sebesar 3,7646; serta formula IV mempunyai nilai rata-rata SPF sebesar 4,1458. Dari hasil yang diperoleh ini menunjukkan dengan semakin tingginya konsentrasi asam tartrat yang ditambahkan ke dalam sediaan tabir surya maka semakin tinggi pula nilai SPF yang diberikan sediaan tabir surya tersebut. Dengan semakin tingginya nilai SPF suatu sediaan tabir surya tersebut maka semakin tinggi pula tingkat perlindungan yang diberikan oleh sediaan tabir surya tersebut (Wasitaatmadja, S.M., 1997).
(42)
Menurut Wasitaatmadja, S.M. (1997), adapun kategori untuk masing-masing sediaan tabir surya berdasarkan nila SPF yang diberikan sebagai faktor perlindungan terhadap sinar matahari adalah sebagai berikut :
1. Minimal, bila SPF antara 2-4. 2. Sedang, bila SPF antara 4-6 3. Ekstra, bila SPF antara 6-8 4. Maksimal, bila SPF antara 8-15 5. Ultra, bila SPF lebih dari 15
Berdasarkan kategori tersebut untuk masing-masing formula sediaan tabir surya berdasarkan nilai SPF yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Kategori Efektivitas Sediaan Tabir Surya Anti UV A dan Anti UV B dalam Basis Gel.
No Formula Nilai SPF Rata-rata Kategori Efektivitas
1 I 2,1279 Minimal
2 II 3,5776 Sedang
3 III 3,7646 Sedang
4 IV 4,1458 Sedang
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa formula IV memberikan proteksi yang terbaik karena mempunyai nilai SPF yang tertinggi dibandingkan dengan formula yang lainnya. Dari segi tampilan mengenai tekstur dari sediaannya ke empat formula mempunyai tekstur yang baik karena adanya bahan dasar gel yang mengandung hidroksipropilmetilselulosa yang sifatnya mempunyai ikatan yang kuat sehingga dapat mempertahankan tekstur dari sediaan tabir surya.
(43)
Adapun selisih nilai SPF dari masing-masing sediaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5. Selisih Nilai SPF Rata-rata Formula
Formula I Formula II Formula III Formula IV
Formula I - 1,4497 1,6367 2,0179
Formula II - 0,1870 0,5682
Formula III - 0,3812
Formula IV -
Pada uji hasil analisis anova one-way dengan P = 0,05 terhadap nilai SPF formula I, II, III, dan IV diperoleh F hitung = 6682, 2857 lebih besar dari F tabel = 2,87; sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai SPF dari keempat formula. Untuk mengetahui formula mana yang berbeda secara bermakna, maka dilakukan pengujian HSD yaitu dengan membandingkan selisih harga rata - rata nilai SPF antara formula yang lebih besar dengan nilai HSD hasil perhitungan. Apabila selisih harga rata-rata nilai SPF antar formula lebih besar dari nilai HSD berarti antar formula ada perbedaan bermakna, sebaliknya apabila selisih harga rata - rata nilai SPF antar formula lebih kecil dari nilai HSD berarti antar formula tidak ada perbedaan yang bermakna. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga HSD =±0,0309. Pada tabel di atas dapat dilihat selisih harga SPF rata-rata formula II, III, dan IV terhadap harga SPF rata-rata formula 1 > harga HSD, berarti nilai SPF formula II, III, dan IV berbeda secara bermakna dengan nilai SPF formula I. Begitu juga dengan selisih harga SPF rata-rata formula III, dan IV terhadap harga SPF rata-rata-rata-rata formula II > harga HSD,
(44)
formula II. Demikian juga dengan harga SPF rata-rata formula III terhadap harga rata-rata formula IV > harga HSD, ini menunjukkan bahwa nilai SPF formula III berbeda secara bermakna dengan nilai SPF formula IV.
Nilai SPF dari oksibenson sebagai anti UV-A dan oktilmetoksisinamat sebagai anti UV-B dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu; pelarut, koefisien ekstingsi, dan pH. Pada penelitian ini faktor pelarut diabaikan karena digunakan pelarut dan konsentrasi oksibenson UV A dan oktilmetoksisinamat sebagai anti UV B yang sama (Soerarti, W., 2004).
(Contoh perhitungan HSD = hasil uji beda rata – rata dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 50).
4.4. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
Tabel 6. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan No Reaksi Pada Kulit
Sukarelawan
1 2 3 4 5 6
1 Iritasi - - - -
2 Gatal - - - -
3 Kulit Menjadi Kasar - - - -
Keterangan - = tidak terjadi iritasi
Formula yang digunakan pada uji iritasi adalah formula IV (formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 12 % ) dan mempunyai pH 2,6. berdasarkan data pada tabel di atas tidak menunjukkan adanya efek samping berupa irittsi, gatal atau pengkasaran pada kulit. Dengan demikian formula I, II, dan III yang mempunyai pH lebih tinggi dari Formula IV dengan sendirinya juga
(45)
tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Maka formula sediaan tabir surya yang diteliti relatif aman untuk digunakan.
Menurut Tranggono. Retno. I., (2007) pengujian dilakukan pada daerah lengan dan belakang tubuh (telinga) dikarenakan pada daerah ini diasumsikan cukup aman dan efek yang ditimbulkan jika terjadi dermatitis setempat mudah sembuh.
(46)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Sediaan tabir surya yang dihasilkan semuanya homogen, stabil pada
pengujian stabilitas dengan metode sentrifugasi, mempunyai pH 2,5667-4,5667; dan mempunyai tipe emulsi m/a, serta tidak mengiritasi kulit.
2. Sediaan tabir surya dengan penambahan peningkatan asam tartrat mempengaruhi viskositas sehingga teksturnya semakin encer, dimana tekstur yang paling encer pada penambahan asam tartrat 12 %.
3. Penambahan asam tartrat dapat meningkatkan nilai SPF tabir surya anti UV A dan anti UV B dalam basis gel secara in vitro. Sediaan tanpa penambahan asam tartrat (Formula I) mempunyai nilai SPF 2,1279; sediaan dengan penambahan asam tartrat 8% (Formula II) mempunyai nilai SPF 3,5776; sediaan dengan penambahan asam tartrat 10% (Formula III) mempunyai nilai SPF 3,7646; sediaan dengan penambahan asam tartrat 12% (Formula IV) mempunyai nilai SPF 4,1458.
5.2. Saran
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti tabir surya dengan penambahan ekstrak buah segar yang mengandung senyawa AHA (Alpha Hydroxy Acid) untuk menghasilkan nilai SPF di atas 15.
(47)
DAFTAR PUSTAKA
Barel, Andre. O., et all., (2006), Handbook of Cosmetic Science and Technology, Second Edition, Informa Healthcare USA, Inc, New York, Page 327. Barel, Andre. O., et all., (2009), Handbook of Cosmetic Science and Technology,
Third Edition, Informa Healthcare USA, Inc, New York, Page 91.
Baumann, Leislie., (2009), Cosmetic Dermatology Principle and Practice, Second Edition, McGraw-Hill Companies, Inc, New York, Page 3 – 7.
Ditjen POM., (1979), Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, Halaman 33.
Ditjen POM., (1985). Formularium Kosmetika Indonesia, Departemen Kesehatan RI., Jakarta, Halaman 32-36.
Lachman, L., Lieberman, Kaning, J.l., (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Ketiga, Jilid Kedua, Penerbit UI-Press, Jakarta, Halaman 1092, 1120.
Lieberman, Herbert. A., (1998), Pharmaceutical Dosage Form : Disperse Systems, Vol 2, Marcell Dekker Inc., New York, Page 399 - 400, 405
Moechtar, (1989), Farmasi Fisik : Bagian Larutan dan Dispersi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Halaman 198.
Petro, A.J., (1981) Correlation of Spectrophotometric Data With Sunscreen Protection Factors, International Journal of Cosmetic Science, Page 185-196.
Rawlins, E. A., 1977, Bentley's Texbook of Pharnaceutics, 8th edition, Casell & Collin Mcmillan Publishing Ltd, New York, Page 98 - 100.
Rawlings, Anthony. V., (2002), Skin Moisturization, Vol 25, Marcel Dekker, Inc, New York, Page 327.
Rostamailis, (2005), Penggunaan Kosmetik, Dasar Kecantikan & Berbusana yang Serasi, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, Hal 43 – 45.
Shaath, Nadim. A., (2005), Sunscreens, Third Edition, Taylor & Francis Group, New York, Page 359,
Soerartri, W., (2004). Pengaruh Penambahan Asam Glikolat Terhadap Efektivitas Sediaan Tabir Surya Kombinasi Anti UV-A dan Anti UV-B Dalam Basis Gel, Majalah Farmasi Airlangga Vol. 4 No.3, Surabaya, Halaman 76.
(48)
Soerartri, W., (2004). Peningkatan Nilai SPF (Sun Protecting Factor) Kombinasi Tabir Surya Oksibenson dan Oktilmetoksisinamat oleh Asam Glikolat, Majalah Farmasi Airlangga, Vol. 4 No.2p. 1-2, Surabaya, Halaman 73. Tranggono, R.I., dan Fatma L., (2007), Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Halaman 82, 171.
Wasitaatmadja, S.M., (1997), Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Penerbit UI-Press, Jakarta, Halaman 119-120.
(49)
Lampiran 1. Contoh Perhitungan Nilai SPF
Panjang Gelombang
(λ) nm Absorpsi (A)
290 0,2371
300 0,2178
310 0,2141
320 0,1904
330 0,1343
340 0,0814
350 0,0503
(
)(
n 1 n)
1 n
n λ λ
2
serapanλ
serapanλ
AUC= + + + −
(
)
X(
300 290)
2.2745 L1 0,23712+0.2178 − =(
)
X(
310 300)
2,1595L2 0,217820,2141 − =
+
(
)
X(
320 310)
2,0225L3 0,2141+20,01904 − =
(
)
X(
330 320)
1,6235L4 0,0190420,1343 − =
+
(
)
X(
340 330)
1,0785 L5 0,134320,0814 − =+
(
)
X(
350 340)
0,0585 L6 0,08142+0,0503 − =6 5 4 3 2
1 L L L L L
L
AUC= + + + + +
=2,2745+2,1595+2,0225+1,6235+1,0785+0,6585 =9,817
(50)
Log SPF AUC 2 min maks × λ − λ = 2 290 . 350 817 , 9 × =
=0,3272 SPF = Arc . Log SPF
1242 , 2 3272 . 0 Arc = ⋅ =
(51)
Lampiran 2. Grafik Sediaan Tabir Surya
Gambar 1. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran I
(52)
Gambar 3. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran III
(53)
Gambar 5. Grafik Sediaan Tabir Surya Pada Pengukuran V
(54)
Lampiran 3. Data Penentuan Viskositas Sediaan
3.1. Harga Viskositas Masing-Masing Formula
Pengulangan Formula
I (P) II (P) III (P) IV (P) 1 662.1193 599.5857 594.9356 572.8316 2 658.7209 599.1109 592.5816 575.7125 3 659.9169 601.0294 595.8848 573.3244 rata-rata 600.2523 599.9086 594.4673 573.9561
3.2. Perhitungan Viskositas Masing-Masing Formula
Replikasi
Formula
I II III IV
Berat (gram) 10.4266 10.343 10.4391 10.6877
volume (ml) 10 10 10 10
waktu (detik)
t1 34875 31564 31339 30224
t2 34696 31539 31215 30376
t3 34759 31640 31389 30250
Perhitungan Penentuan Viskositas Formula I, Formula II, Formula III, dan Formula IV
(
)
l 9 g r 2 K t f k K 2 = ρ − ρ = η(55)
Keterangan :
ή : Viskositas (Poise) K : Konstanta viskometer
ρk : Berat jenis bola (g/ml) = 16,231 g/ml
ρf : Berat jenis sediaan (krim g/ml) t : Waktu (detik)
r : Jari-jari bola (m) = 7,5 x 10-3 m l : Panjang antara 2 tanda (m) = 0,1 m g : Percepatan gravitasi bumi (9,88 m/s2)
(
)
32 3 10 23 , 1 1 , 0 9 88 , 9 10 5 , 7 2 K − − × = × × × = Formula I volume massa = f ρ = × ml g 10 4266 , 10 ml g 0426 , 1 =
(
)
34875ml g 0426 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
1 = × − ×
η − detik
=651,5254Poise
(
)
34696ml g 0426 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
2 = × − ×
η − detik
(56)
(
)
34759 ml g 0426 , 1 231 , 16 10 23 , 1 33 = × − ×
η − detik
=649,3583Poise
3 2 1 +η +η η
= η
=
(
651,5254+648,1813+649,3583)
Poise =649,6883PoiseFormula II volmue massa f = ρ ml g 0343 , 1 ml g 10 3430 , 10 = × =
(
)
31564ml g 0343 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
1 = × − ×
η − detik
=589,5924Poise
(
)
31539ml g 0343 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
2 = × − ×
η − detik
=589,5251Posie
(
)
31640ml g 0343 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
3 = × − ×
η − detik
=591,4908Poise
3 2 1 +η +η η
= η
=
(
589,9924+589,5251+591,4908)
Poise =590,3361Poise(57)
Formula III volmue massa f = ρ ml g 0439 , 1 ml g 10 4391 , 10 = × =
(
)
31339ml g 0439 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
1 = × − ×
η − detik
=585,4166Poise
(
)
31215ml g 0439 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
2 = × − ×
η − detik
=583,1003Poise
(
)
31389ml g 0439 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
3 = × − ×
η − detik
=586,3506Poise
3 2 1 +η +η η
= η
=
(
585,4166+583,1003+586,3506)
Poise =584,9558PoiseFormula IV volmue massa f = ρ ml g 0687 , 1 ml g 10 6877 , 10 = × =
(58)
(
)
30224 ml g 0687 , 1 231 , 16 10 23 , 1 31 = × − ×
η − detik
=563,6663Poise
(
)
30376ml g 0687 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
2 = × − ×
η − detik
=566,5011Poise
(
)
30250ml g 0687 , 1 231 , 16 10 23 , 1 3
3 = × − ×
η − detik
=564,1512Poise
3 2 1 +η +η η
= η
=
(
563,6663+566,5011+564,1512)
Poise =564,7728 Poise(59)
Lampiran 4. Data Penentuan Tipe Emulsi
No Jenis Formula Tipe Emulsi
1 I m/a
2 II m/a
3 III m/a
4 IV m/a
Keterangan :
Formula I : Formula tabir surya tanpa penambahan asam tartrat Formula II : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 8 % Formula III : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 10 % Formula IV : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 12 % m/a : minyak dalam air
(60)
Lampiran 5. Data Pengukuran Serapan Sediaan
Data Pengukuran Serapan Formula I
Pengulangan
λ
290 300 310 320 330 340 350
1 0.2371 0.2178 0.2141 0.1904 0.1343 0.0814 0.0503 2 0.2378 0.2203 0.2166 0.1906 0.1354 0.0824 0.0513 3 0.2405 0.2213 0.2179 0.194 0.1367 0.0833 0.0507 4 0.2362 0.218 0.2133 0.1902 0.1346 0.0824 0.0508 5 0.2347 0.2158 0.2124 0.1888 0.1335 0.0811 0.0508 6 0.2352 0.2168 0.2124 0.1896 0.1334 0.0814 0.0504 rata-rata 0.2369 0.2183 0.2144 0.1906 0.1346 0.0819 0.0507
Data Pengukuran Serapan Formula II
Pengulangan
λ
290 300 310 320 330 340 350
1 0.3925 0.3833 0.3865 0.3344 0.217 0.1145 0.0634
2 0.3925 0.3842 0.3878 0.3344 0.217 0.1139 0.064
3 0.3912 0.3824 0.3859 0.3322 0.2145 0.1125 0.0632 4 0.3921 0.3822 0.3878 0.3344 0.2163 0.1133 0.0647 5 0.3938 0.3843 0.3888 0.3351 0.2169 0.1149 0.0638 6 0.3893 0.3804 0.3851 0.3315 0.2151 0.1122 0.0637 rata-rata 0.3919 0.3824 0.3869 0.3336 0.2161 0.1135 0.0638
(61)
Data Pengukuran Serapan Formula III
Pengulangan
λ
290 300 310 320 330 340 350
1 0.4088 0.3936 0.3961 0.3463 0.23 0.1272 0.0707
2 0.4098 0.3944 0.3955 0.345 0.2312 0.126 0.0709
3 0.4119 0.3947 0.3948 0.3453 0.2297 0.1273 0.0714 4 0.4076 0.3905 0.3925 0.342 0.2275 0.1248 0.0708 5 0.4072 0.3899 0.3925 0.3412 0.2268 0.1238 0.0709 6 0.4108 0.3949 0.3965 0.3461 0.2301 0.1265 0.0718 rata-rata 0.4093 0.3946 0.3946 0.3443 0.2292 0.1259 0.071
Data Pengukuran Serapan Formula IV
Pengulangan
λ
290 300 310 320 330 340 350
1 0.4301 0.4258 0.4338 0.3732 0.2379 0.1207 0.0664 2 0.4359 0.4293 0.436 0.3756 0.2393 0.1221 0.0664 3 0.4344 0.4287 0.436 0.3741 0.2388 0.1218 0.0668 4 0.433 0.4275 0.4338 0.3723 0.2371 0.1208 0.0658 5 0.4402 0.4337 0.4409 0.3784 0.2411 0.1235 0.067 6 0.4364 0.432 0.4387 0.3771 0.2407 0.1221 0.0671 rata-rata 0.435 0.4295 0.4365 0.3751 0.2391 0.1218 0.0665
(62)
Lampiran 6. Data Perhitungan Anova
No
Sun Pritecting Factor (SPF)
F I F II F III F IV
1 2.1242 3.5850 3.7809 4.1039 2 2.1379 3.5900 3.7792 4.1476 3 2.1522 3.5604 3.7826 4.1361 4 2.1261 3.5817 3.7336 4.1077 5 2.1120 3.5991 3.7239 4.2043 6 2.1154 3.5497 3.7879 4.1754
Jumlah 12.7678 21.4659 22.5881 24.8750
Rata-rata 2.1279 3.5776 3.7646 4.1458
∑
= − = t t 1 2 i tr Y r X SST(
)
(
)
0329 , 14 0986 , 278 1315 , 292 24 3671 , 6674 6 7894 , 1752 6 4 4.1754 2,1261 2,1522 2,1379 2,1242 6 24,875 22,5881 21,465912,76782 2 2 2 2
= − = − = ×+ +•••+ + + − + + + = − =
∑
∑
= = tr Y r X SSY 2 i r 1 j t t 1(
)
( ) 0474 , 14 0986 , 278 1460 , 292 6 4 4.1754 2,1261 2,1522 2,1379 2,1242 4.1754 2,1261 2,1522 2,1379 2,1242 2 2 2 2 2 2 = − = × + • • • + + + + − + • • • + + + + =(63)
SST SSY
SSE= −
0145 , 0 0329 , 14 0474 , 14 = − = 1 t SST MST − = 3776 , 4 3 0329 , 14 = = 1 n SSE MSE − = 00072 , 0 4 24 0145 , 0 = − = F hitung MSE MST = 2857 , 6682 0007 , 0 6776 , 4 = =
F Tabel = {F(0,05);(t-1);(n-t)} = F(0,05);(4);(24,4) = F(0,05);(3);(20) = 2,87
(64)
Lampiran 7. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan
No Reaksi Pada Kulit sukarelawan
1 2 3 4 5 6
1 Iritasi - - - -
2 Gatal - - - -
3
Kulit menjadi kasar - - - -
Keterangan - = tidak iritasi
(65)
Lampiran 8. Sertifikat Analisis Zat Aktif
(66)
(67)
(68)
Lampiran 9. Gambar Sediaan Tabir Surya
Gambar 7. Sediaan Formula Tabir Surya
Keterangan :
Formula I : Formula tabir surya tanpa penambahan asam tartrat Formula II : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 8% Formula III : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 10% Formula IV : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 12%
(69)
Lampiran 10. Alat Yang Digunakan
Gambar 8. Neraca Analitis Baeco
(70)
Gambar 10. Sentrifus HC1120T Centrifuge
(71)
Gambar 12. Printer Spektrofotometer
(72)
Lampiran 11. Gambar Uji Homogenitas Sediaan Tabir Surya
Gambar 14. Uji Homogenitas Formula I (Formula tabir surya tanpa penambahan asam tartrat)
Gambar 15. Uji Homogenitas Formula II (Formula tabir surya dengan
Formula II Formula I
(73)
Gambar 16. Uji Homogenitas Formula III (Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 10% )
Gambar 17. Uji Homogenitas Formula IV (Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 12%)
Formula IV Formula III
(74)
Lampiran 12. Pengamatan Stabilitas Sediaan Metode Sentrifugasi
Gambar 18. Pengamatan pada jam pertama
Gambar 19. Pengamatan pada jam kedua
F III
F I F II F IV
F III
(75)
Gambar 20. Pengamatan pada jam ketiga
Gambar 21. Pengamatan pada jam keempat
F III
F I F II F IV
F III
(76)
Gambar 22. Pengamatan pada jam kelima
F III
(77)
Lampiran 13. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Tabir Surya
Gambar 23. Tipe emulsi m/a sediaan tabir surya formula I
Gambar 24. Tipe emulsi m/a sediaan tabir surya formula II
F I
(78)
Gambar 25. Tipe emulsi m/a sediaan tabir surya formula III
Gambar 26. Tipe emulsi m/a sediaan tabir surya formula IV
F III
(79)
Lampiran 14. Hasil Uji Beda Rata-Rata
r MSE t)
-(n (t); F(0,05);
HSD=± ×
0309 , 0
0108 , 0 87 , 2
6 0007 , 0 87 , 2
± =
× ± =
× ± =
- 0,0309 + 0,0309 Daerah Penerimaan
(80)
Lampiran 15. Perhitungan Statistik Metode Anova
Rancang Acak Lengkap
Ulangan (r) Perlakuan (t)
I II III IV
1 I1 II1 III1 IV1
2 I2 II2 III2 IV2
3 I3 II3 III3 IV3
4 I4 II4 III4 IV4
5 I5 II5 III5 IV5
6 I6 II6 III6 IV6
Jumlah
(TA) ΣI ΣII ΣIII ΣIV
Rataan (yA) y I y II y III y IV
Sumber Variasi Df SS MS F Hitung F tabel
Perlakuan t-1 SST MST
MSE MST
=
F Tabel = {F(0,05);(t-1);(n-t)}
Error Percobaan n-t SSE MSE
Total Ssy
Keterangan :
SST = Treament of Squares atau Jumlah Kuadrat Perlakuan
SSE = Error of Squares atau Jumlah Kuadrat Error
SSy = Jumlah Kuadrat Total
Df = Degree of Fredom atau Tingkat Kebebasan T = Perlakuan
n = Jumlah Subjek dalam Percobaan MS = Means Squares
MST 1 t SST − = MSE 1 n SSE − =
(81)
Lampiran 16. Hasil Perhitungan Anova
Test of Homogeneity of Variances SPF
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.442 3 20 .094
ANOVA SPF
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 14.033 3 4.678 6476.760 .000
Within Groups .014 20 .001
Total 14.047 23
Descriptives SPF N M e a n S td . D ev ia tio n St d . E rr or 95% Confidence Interval for Mean
M ini m um M a xi m um Between- Component Variance L o w e r
Bound Uppe
r
ound
formula I 6 2.127967 .0149429 .0061004 2.112285 2.143648 2.1120 2.1522 formula II 6 3.577650 .0187713 .0076634 3.557951 3.597349 3.5497 3.5991 formula III 6 3.764683 .0281538 .0114937 3.735138 3.794229 3.7239 3.7879 formula IV 6 4.145833 .0389948 .0159195 4.104911 4.186756 4.1039 4.2043 Total 24 3.404033 .7815089 .1595248 3.074031 3.734036 2.1120 4.2043 Model Fixed
Effects
.0268742 .0054857 3.392590 3.415476
Random Effects
(82)
SPF Tukey HSDa
Jenis
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Formula I 6 2.127967
Formula II 6 3.577650
Formula III 6 3.764683
Formula IV 6 4.145833
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.
(1)
Lampiran 13. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Tabir Surya
Gambar 23. Tipe emulsi m/a sediaan tabir surya formula I
Gambar 24. Tipe emulsi m/a sediaan tabir surya formula II
F I
(2)
Gambar 25. Tipe emulsi m/a sediaan tabir surya formula III
Gambar 26. Tipe emulsi m/a sediaan tabir surya formula IV
F III
(3)
Lampiran 14. Hasil Uji Beda Rata-Rata
r
MSE
t)
-(n
(t);
F(0,05);
HSD
=
±
×
0309
,
0
0108
,
0
87
,
2
6
0007
,
0
87
,
2
±
=
×
±
=
×
±
=
- 0,0309 + 0,0309
Daerah Penerimaan
(4)
Lampiran 15. Perhitungan Statistik Metode Anova
Rancang Acak Lengkap
Ulangan (r)
Perlakuan (t)
I
II
III
IV
1
I1
II1
III1
IV1
2
I2
II2
III2
IV2
3
I3
II3
III3
IV3
4
I4
II4
III4
IV4
5
I5
II5
III5
IV5
6
I6
II6
III6
IV6
Jumlah
(TA)
ΣI
ΣII
ΣIII
ΣIV
Rataan (yA)
y I
y II
y III
y IV
Sumber Variasi Df SS MS F Hitung F tabel
Perlakuan t-1 SST MST
MSE
MST
=
F Tabel = {F(0,05);(t-1);(n-t)}
Error Percobaan n-t SSE MSE
Total Ssy
Keterangan :
SST
= Treament of Squares atau Jumlah Kuadrat Perlakuan
SSE
= Error of Squares atau Jumlah Kuadrat Error
SS
y= Jumlah Kuadrat Total
Df
= Degree of Fredom atau Tingkat Kebebasan
T
= Perlakuan
n
= Jumlah Subjek dalam Percobaan
MS
= Means Squares
MST
1
t
SST
−
=
MS
E1
n
SSE
−
=
(5)
Lampiran 16. Hasil Perhitungan Anova
Test of Homogeneity of Variances
SPF
Levene Statistic df1 df2 Sig. 2.442 3 20 .094
ANOVA
SPF
Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 14.033 3 4.678 6476.760 .000
Descriptives SPF N M e a n S td . D ev ia tio n St d . E rr or 95% Confidence Interval for Mean
M ini m um M a xi m um Between- Component Variance L o w e r
Bound Uppe
r
ound
formula I 6 2.127967 .0149429 .0061004 2.112285 2.143648 2.1120 2.1522 formula II 6 3.577650 .0187713 .0076634 3.557951 3.597349 3.5497 3.5991 formula III 6 3.764683 .0281538 .0114937 3.735138 3.794229 3.7239 3.7879 formula IV 6 4.145833 .0389948 .0159195 4.104911 4.186756 4.1039 4.2043 Total 24 3.404033 .7815089 .1595248 3.074031 3.734036 2.1120 4.2043 Model Fixed
Effects
.0268742 .0054857 3.392590 3.415476
Random Effects
(6)
SPF
Tukey HSDa Jenis
Formula N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Formula I 6 2.127967
Formula II 6 3.577650
Formula III 6 3.764683
Formula IV 6 4.145833
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.