UV Shaat, Nadim, A., 2005.
b. Penyerap kimia Chemical absorber
Tabir surya yang merupakan penyerap kimia bekerja dengan menyerap secara spesifik radiasi UV. Contoh tabir surya yang bersifat sebagai penyerap
kimia adalah turunan para aminobenzoat PABA, turunan sinamat, dan turunan salisilat. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang tersusun atas
struktur aromatik yang terkonjugasi dengan gugus karbonil dan dengan gugus pelepas elektron amin atau metoksi yang berada pada posisi para atau orto
terhadap gugus karbonil dalam cincin aromatik. Senyawa kimia dengan konfigurasi tersebut dapat menyerap radiasi UV
berenergi tinggi dengan panjang gelombang pendek yaitu 250 – 340 nm dan merubah energi yang tersisa menjadi radiasi dengan panjang gelombang yang
lebih panjang energi rendah yaitu 380 nm yang relatif tidak berbahaya. Energi
yang diabsorbsi dari radiasi UV A dan UV B besarnya sama dengan energi resonansi yang dibutuhkan untuk delokalisasi elektron pada komponen aromatik
Shaat, Nadim, A., 2005.
2.4. AHA Alpha Hydroxy Acids
Hydroxy acids mewakili kelompok zat yang menarik yang termasuk dalam kategori kosmetika. Dalam dua dekade terakhir mereka telah digunakan secara
luas ke berbagai produk perawatan kulit untuk melembabkan, dan efek antipenuaan. Golongan yang termasuk asam hidroksi
α-hydroxy acids AHA, β- hydroxy acids, kombinasi hydroxy acids, dan asam polyhydroxy. AHA adalah
Universitas Sumatera Utara
organik asam karboksilat ditandai oleh sebuah kelompok hidroksi pada posisi alfa. Mereka hidrofilik karena struktur alifatik dan linier. Berdasarkan jumlah hidroksi
kelompok, AHA dapat dibagi menjadi tiga subkategori: asam monokarboksilat asam glikolat, asam dikarboksilat asam malat, dan asam trikarboksilat asam
sitrat Barel, A. O., 2006. Alpha-hydroxyacid disebut juga sebagai asam buah karena kebanyakan
dari mereka secara umum terdapat dalam buah asam sitrat dalam buah jeruk, asam malat dalam apel, asam tartarat dalam anggur. Tetapi tidak semua AHA
merupakan komponen dari buah dimana asam glikolat dari sugar cane, dan asam laktat berasal dari susu Rawlings, Anthony V., 2002
2.5. Gel
Menurut definsi USP gel adalah sistem semisolid baik anorganik maupun organik besar yang berinterpenetrasi dengan cairan. Dalam partikel anorganik
membentuk sistem tiga dimensi dalam keseluruhan Lieberman, 1998. Gel memiliki sifat yang khas:
1. Dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorpsi
larutan yang mengakibatkan terjadi pertambahan volume. 2.
Sineresis, yaitu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi didalam masa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada diatas permukaan gel.
3. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan
mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel Lieberman, 1998.
Beberapa dari polimer telah digunakan sebagai pembentuk struktur dalam
Universitas Sumatera Utara
sistem gel. Terdapat gum alam, turunan selulosa dan karbomer. Gel dibedakan ke dalam anorganik dan organik gel dalam basis fase koloid. Turunan selulosa telah
disintetis dan efektif pembuat gel. Di antaranya adalah natrium karboksimetilselulosa, hidroksietil selulosa dan hidroksimetil selulosa.
Penggunaan gel dan pembuat gel adalah di farmasetik digunakan sebagai bahan kosmetik. Dalam bidang kosmetik gel telah digunakan secara luas dalam berbagai
produk, di antaranya sampo, produk pengharum, preparat kulit dan rambut. Lieberman, 1998.
Selulosa sebagai bahan dasar penggunaannya harus disesuaikan dengan konsentrasi maksimum 2 – 3 untuk memperoleh struktur gel yang diinginkan.
Pada tingkat konsentrasi didapatkan bentuk ideal pada pemakaian Shaat, Nadim, A., 2005.
Konsistensi gel dapat menunjukkan sifat tiksotropi atau tidak. Konsistensi gel dikatakan menunjukkan sifat tiksotropi jika massa gel menjadi kenatal pekat
pada waktu didiamkan dan menjadi cair kembali setelah dikocok, dan tidak segera mengental ssewaktu didiamkan. Ciri sifat konsistensi ini sangat penting untuk
sediaan kosmetika, karena dengan demikian gel akan mudah merata jika dioleskan pada rambut atau kulit, sekalipun tanpa penekanan yang berarti Ditjen POM,
1985.
2.6. Proteksi Terhadap Ultraviolet