formula II sebesar 590,3361 P; formula III sebesar 584,9558 P; dan formula IV sebesar 564,7728 P. Dari hasil yang diperoleh ini dapat disimpulkan bahwa
viskositas dari sediaan tabir surya dengan basis gel akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi asam tartrat yang ditambahkan ke dalam
sediaan. Hal ini disebabkan karena asam tartrat yang memilki sifat yang higroskopis. Ini menunjukkan bahwa formula IV mempunyai tekstur yang relatif
lebih encer bila dibandingkan dengan ketiga formula yang lainnya. Namun jika dilihat dari konsistensi sediaan tabir surya setelah penambahan konsntrasi asam
tartarat paling tinggi masih menunjukkan tekstur yang sesuai dengan tekstur gel. Untuk perhitungan nilai viskositas masing sediaan formula tabir surya lebih
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 26 – 29.
4.2. Penentuan Tipe Emulsi Sediaan Tabel 1. Data Penentuan Tipe Emulsi Sediaan
No Jenis Formula
Tipe Emulsi 1
I ma
2 II
ma 3
III ma
4 IV
ma
Keterangan : Formula I
: Formula tabir surya tanpa penambahan asam tartrat Formula II
: Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 8 Formula III
: Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 10
Universitas Sumatera Utara
Formula IV : Formula tabir surya dengan penambahan asam tartrat 12
ma : Minyak dalam air
Hasil pengujian yang dilakukan terhadap keempat sedian tabir surya menunjukkan bahwa metil biru tersebar merata. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua formula merupakan emulsi tipe ma.
4.3. Penentuan Nilai SPF Sediaan
Hasil pengukuran absorbansi Tabel 2. diperoleh peningkatan nilai absorbansi masing – masing formula tabir surya seiring dengan naiknya
konsentrasi asam tartarat pada masing – masing formula.
Tabel 2. Data Serapan Formula Terhadap Panjang Gelombang
No Nama
Formula Panjang G
elombang λ nm 290
300 310
320 330
340 350
360 1
Formula 1 0,2371
0,2178 0,2141
0,1904 0,1343
0,0814 0,0503
0,0248 2
Formula 2 0,3925
0,3833 0,3865
0,3344 0,2170
0,1145 0,0640
0,0316 3
Formula 3 0,4088
0,3936 0,3961
0,3463 0,2300
0,1272 0,0707
0,0344 4
Formula 4 0,4301
0,4258 0,4338
0,3732 0,2379
0,1207 0,0664
0,0328
Untuk data serapan formula terhadap panjang gelombang masing – masing sediaan formula tabir surya, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5 halaman
31 – 32 Hasil penentuan nilai SPF sediaan tabir surya formula I, II, III, dan IV
digambarkan pada Gambar 2.1 menunjukkan bahwa grafik formula IV mempunyai daerah di bawah kurva area under curve atau AUC yang lebih luas
bila dibandingkan dengan ke tiga formula yang lain. Dimana menurut Petro, A.J,
Universitas Sumatera Utara
1981 semakin luas daerah di bawah kurva AUC suatu formula, maka makin tinggi nilai sun protecting factor SPF yang dimiliki formula itu. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa formula IV lebih baik efektifitasnya berdasarkan nilai SPF bila dibandingkan dengan ke tiga formula yang lain. Grafik
serapan sediaan tabir surya dapat dilihat di bawah ini :
Grafik panjang gelombang λ vs serapan A
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5
280 290
300 310
320 330
340 350
360 370
Panjang gelombang λ nm S
e ra
p a
n A
Formula I Formula II
Formula III Formula IV
f
Gambar 21. Grafik Panjang Gelombang λ vs Serapan A.
Grafik grafik panjang gelombang λ vs serapan A masing – masing sediaan formula tabir surya, lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 22 –
24. Dengan menggunakan metode Petro, A. J., 1981 Nilai SPF dari masing –
masing sediaan formula tabir surya diperoleh harga SPF Tabel 3.. Dengan cara membagi jumlah seluruh luas area di bawah kurva dengan selisih
λ
max
dan λ
min
lalu dikalikan dua kemudian diubah menjadi nilai SPF. Dari grafik di atas diperoleh nilai SPF dari masing-masing formula, yang ditunjukkan pada tabel di
bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Hasil Nilai SPF dari Masing-Masing Formula Tabir Surya
No Sun Protecting Factor SPF
F I F II
F III F IV
1 2,1242
3,5850 3,7809
4,1039 2
2,1379 3,5900
3,7792 4,1476
3 2,1522
3,5604 3,7826
4,1361 4
2,1261 3,5817
3,7336 4,1077
5 2,1120
3,5991 3,7239
4,2043 6
2,1154 3,5497
3,7879 4,1754
Jumlah 12,7678
21,4659 22.,8810
24,8750 Rata-rata
2,1279 3,5776
3,7646 4,1458
Untuk penentuan nilai SPF masing – masing sediaan formula tabir surya, lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 20.
Dari hasil penentuan nilai SPF Sun protecting Factor dari sediaan tabir surya, diperoleh nilai rata-rata SPF dari masing - masing formula yaitu : formula I
mempunyai nilai rata-rata SPF sebesar 2,1279; formula II mempunyai nilai rata- rata SPF sebesar 3,5776; formula III mempunyai nilai rata-rata SPF sebesar
3,7646; serta formula IV mempunyai nilai rata-rata SPF sebesar 4,1458. Dari hasil yang diperoleh ini menunjukkan dengan semakin tingginya konsentrasi asam
tartrat yang ditambahkan ke dalam sediaan tabir surya maka semakin tinggi pula nilai SPF yang diberikan sediaan tabir surya tersebut. Dengan semakin tingginya
nilai SPF suatu sediaan tabir surya tersebut maka semakin tinggi pula tingkat perlindungan yang diberikan oleh sediaan tabir surya tersebut Wasitaatmadja,
S.M., 1997.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wasitaatmadja, S.M. 1997, adapun kategori untuk masing- masing sediaan tabir surya berdasarkan nila SPF yang diberikan sebagai faktor
perlindungan terhadap sinar matahari adalah sebagai berikut : 1.
Minimal, bila SPF antara 2-4. 2.
Sedang, bila SPF antara 4-6 3.
Ekstra, bila SPF antara 6-8 4.
Maksimal, bila SPF antara 8-15 5.
Ultra, bila SPF lebih dari 15 Berdasarkan kategori tersebut untuk masing-masing formula sediaan tabir
surya berdasarkan nilai SPF yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Kategori Efektivitas Sediaan Tabir Surya Anti UV A dan Anti UV B dalam Basis Gel.
No Formula
Nilai SPF Rata-rata Kategori Efektivitas
1 I
2,1279 Minimal
2 II
3,5776 Sedang
3 III
3,7646 Sedang
4 IV
4,1458 Sedang
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa formula IV memberikan proteksi yang terbaik karena mempunyai nilai SPF yang tertinggi dibandingkan dengan
formula yang lainnya. Dari segi tampilan mengenai tekstur dari sediaannya ke empat formula mempunyai tekstur yang baik karena adanya bahan dasar gel yang
mengandung hidroksipropilmetilselulosa yang sifatnya mempunyai ikatan yang kuat sehingga dapat mempertahankan tekstur dari sediaan tabir surya.
Universitas Sumatera Utara
Adapun selisih nilai SPF dari masing-masing sediaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5. Selisih Nilai SPF Rata-rata Formula
Formula I Formula II
Formula III Formula IV Formula I
- 1,4497
1,6367 2,0179
Formula II -
0,1870 0,5682
Formula III -
0,3812 Formula IV
-
Pada uji hasil analisis anova one-way dengan P = 0,05 terhadap nilai SPF formula I, II, III, dan IV diperoleh F hitung = 6682, 2857 lebih besar dari F tabel
= 2,87; sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai SPF dari keempat formula. Untuk mengetahui formula mana yang
berbeda secara bermakna, maka dilakukan pengujian HSD yaitu dengan membandingkan selisih harga rata - rata nilai SPF antara formula yang lebih besar
dengan nilai HSD hasil perhitungan. Apabila selisih harga rata-rata nilai SPF antar formula lebih besar dari nilai HSD berarti antar formula ada perbedaan bermakna,
sebaliknya apabila selisih harga rata - rata nilai SPF antar formula lebih kecil dari nilai HSD berarti antar formula tidak ada perbedaan yang bermakna. Berdasarkan
perhitungan diperoleh harga HSD 0309
, ±
= . Pada tabel di atas dapat dilihat
selisih harga SPF rata-rata formula II, III, dan IV terhadap harga SPF rata-rata formula 1 harga HSD, berarti nilai SPF formula II, III, dan IV berbeda secara
bermakna dengan nilai SPF formula I. Begitu juga dengan selisih harga SPF rata- rata formula III, dan IV terhadap harga SPF rata-rata formula II harga HSD,
berarti nilai SPF formula III, dan IV berbeda secara bermakna dengan nilai SPF
Universitas Sumatera Utara
formula II. Demikian juga dengan harga SPF rata-rata formula III terhadap harga rata-rata formula IV harga HSD, ini menunjukkan bahwa nilai SPF formula III
berbeda secara bermakna dengan nilai SPF formula IV. Nilai SPF dari oksibenson sebagai anti UV-A dan oktilmetoksisinamat
sebagai anti UV-B dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu; pelarut, koefisien ekstingsi, dan pH. Pada penelitian ini faktor pelarut diabaikan karena digunakan pelarut dan
konsentrasi oksibenson UV A dan oktilmetoksisinamat sebagai anti UV B yang sama Soerarti, W., 2004.
Contoh perhitungan HSD = hasil uji beda rata – rata dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 50.
4.4. Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan Tabel 6. Data Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan