Dampak Industrialisasi Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara)

(1)

DAMPAK INDUSTRIALISASI TERHADAP

KEHIDUPAN SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA

MASYARAKAT

( kajian Deskriptif pada masyarakat Desa Lalang

Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Antropologi

Oleh :

MHD DIAN SAFEI 040905054

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SAW Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat kasih anugerahnya maka penulis dapat melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Dampak Industrialisasi Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara)”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat sarjana S-1 bidang Antropologi Sosial di Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas perhatian dan peranserta kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Zulkifli B Lubis, M.A. sebagai Ketua Departemen Antropologi Sosial Fisip USU yang telah mambantu mulai awal perkuliahan hingga penulisan skripsi.

3. Bapak Nurman Ahmad, Msoc, sc selaku dosen penasehat akademik yan mengarahkan penulis dengan baik dari awal kuliah sampai ke tingkat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum. sebagai pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing


(3)

penulis dan telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga bagi penulis.

5. Seluruh Staf pengejar pada Departemen Antropologi FISIP USU yang membimbing penulis selama dalam perkuliahan serta Staf Administrasi FISIP USU.

6. Penghargaan dan terima kasih yang sebesar besarnya penulis persembahkan untuk orang tua tercinta, Mama dan Ayah yang telah mamberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis dampai penulis meraih gelar sarjana. Buat adik saya Dina, Iman dan Taufik yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

7. Kepada Ayu Suwita tersayang terima kasih atas dukungan dengan hati yang tulus dan perhatian penuh yang selama ini diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

8. Spesial ditujukan buat sahabat sahabatku : Gifari, Kia, Alles, Arnov, Joseph, Prilmon, Vika, Fais, Hariman, Riki, Cardo, Siwa, Erwin, Abu, Cory, Tiva, Yani, Mona dan seluruh anak Antropologi Angkatan 2004 yang tidak pernah berhenti memberikan semangat kepadaku dan thanks untuk persahabatannya.

9. Semua pihak yang tidak sempat penuls sebutkan pada kesempatan ini yang telah membantu penulisan dan proses studi.


(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

ABSTRAK...x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah --- 1

1.2. Perumusan Masalah --- 5

1.3. Lokasi Penelitian --- 5

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian --- 6

1.5. Tinjauan Pustaka --- 6

1.6. Metodologi Penelitian --- 17

1.6.1. Tipe Penelitian--- 17

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data--- 17

1.6.3. Analisa Data --- 19

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah, Letak dan Kondisi Geografis --- 20

2.2. Kependudukan --- 21

2.3. Sarana Fisik --- 27

2.3.1. Sarana Kesehatan --- 27


(5)

2.3.3. Sarana Ibadah --- 28

2.3.4. Sarana Transportasi --- 28

2.3.5. Sarana Hiburan dan Komunikasi --- 29

2.3.6. Sarana Perdagangan --- 29

2.4. Kondisi Sosial Budaya --- 29

BAB III. INDUSTRI PT. INALUM DAN PENGARUHNYA PADA MASYARAKAT DESA 3.1. Gambaran Umum Industri PT. Inalum --- 37

3.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Inalum --- 38

3.2. Kebijakan PT. Inalum Terhadap Masyarakat dan Lingkungan -- 41

3.2.1. Pengendalian Dampak Lingkungan --- 42

3.3. Sumbangsih PT. Inalum Terhadap Desa Lalang --- 43

3.3.2. Fasilitas Pelabuhan --- 43

3.3.3. Perumahan Karyawan --- 43

3.3.4. Prasarana Jalan --- 44

3.3.5. Kebijakan Bidang Pendidikan --- 45

BAB IV. DAMPAK DAN TANGGAPAN MASYARAKAT ATAS KEBERADAAN INDUSTRI PT. INALUM 4.1. Dampak Keberadaan P.T Inalum Terhadap Masyarakat --- 47

4.1.1. Interaksi Masyarakat dengan PT. Inalum --- 47

4.1.2. Interaksi Antar Masyarakat Desa --- 49

4.1.3. Perubahan Pemilikan Tanah --- 49

4.2. Dampak Ekonomi Atas Keberadaan P.T Inalum Terhadap Masyarakat --- 50

4.2.1. Efek Pengganda Dari PT. Inalum --- 51


(6)

4.2.3. Kesempatan Kerja --- 61 4.2.4. Pengaruh Industri Inalum terhadap

Sektor Pertanian Desa Lalang --- 66 4.2.5. Pengaruh Industri Inalum terhadap

Sektor Perikanan Desa Lalang --- 69 4.3. Bentuk Pergeseran Nilai Budaya --- 74

4.3.1. Kegiatan Tolong Menolong dalam Aktivitas

Pertanian/mata Pencaharian --- 74 4.3.2. Kegiatan Tolong Menolong dalam Aktivitas

Sekitar Rumah Tangga dan Kemasyarakatan --- 78 4.3.3. Kegiatan Tolong Menolong dalam Aktivitas

Pesta dan Upacara --- 79 4.3.4. Kegiatan Tolong Menolong dalam Peristiwa

Kecelakaan dan Bencana --- 82

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan --- 85 5.2. Saran --- 89 DAFTAR PUSTAKA --- 91


(7)

Abstrak

Pertumbuhan industri di daerah pedesaan memungkinkan desa tersebut tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya. Hal tersebut akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat, termasuk di sini adalah masyarakat Desa Lalang Kecamatan Medang Deras dengan perkembangan industri Inalumnya. Perkembangan industri Inalum tersebut membawa dampak dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Permasalahan dalam penelitian ini, adalah : bagaimana adalah bagaimana dampak industrialisasi terhadap perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang meliputi: (1) Jenis industrialisasi apa saja yang hadir di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras ? (2) Apa akibat yang ditimbulkan dari kehadiran industri terhadap kehidupan sosial, mata pencaharian, dan nilai budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras? (3) Bagaimana tanggapan masyarakat desa atas kehadiran berbagai industri yang ada di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras? Tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mendeskripsikan berbagai bentuk dampak industrialisasi terhadap perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya Masyarakat di Desa Pesisir Lalang. Manfaat dari penelitian ini, antara lain :(1) Secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan ke ilmuan khususnya Antropologi, dalam memahami perubahan kehidupan masyarakat pesisir (2) Manfaat Secara praktis, dapat memberi masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam membuat kebijakan pembangunan yang akhirnya membentuk berbagai aspek kehidupan warga, khususnya masyarakat pedesaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitin kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pemilihan, pemilahan, kategorisasi dan evaluasi data.

Hasil penelitian diperoleh bahwa perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Lalang terjadi penurunan penduduk lokal yang bekerja di bidang pertanian (petani dan nelayan), walaupun tidak begitu besar. Kemudian mereka yang bekerja di luar bidang pertanian mengalami kenaikan. Dari mereka yang telah berubah pekerjaan tersebut, kebanyakan mereka terserap pada pekerjaan yang berhubungan dengan konstruksi PT Inalum. Namun ada pula yang beralih ke bidang perdagangan maupun usaha jasa. Alasan mengapa mereka berganti pekerjaan, kebanyakan mengatakan karena adanya kesempatan kerja baru yang cukup menguntungkan. Adapun saran yang dapat diberikan, antara lain bagi Industri Inalum untuk masyarakat Desa Lalang agar menjalin kontak sosial secara


(8)

kontinu dengan masyarakat sekitar , berupaya memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan pembinaan berupa penyuluhan di bidang sosial budaya , bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan pendidikan dan latihan agar masyarakat sekitar dapat mendaur ulang limbah industrinya menjadi bermanfaat sebagai barang komoditi


(9)

Abstrak

Pertumbuhan industri di daerah pedesaan memungkinkan desa tersebut tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya. Hal tersebut akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat, termasuk di sini adalah masyarakat Desa Lalang Kecamatan Medang Deras dengan perkembangan industri Inalumnya. Perkembangan industri Inalum tersebut membawa dampak dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Permasalahan dalam penelitian ini, adalah : bagaimana adalah bagaimana dampak industrialisasi terhadap perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang meliputi: (1) Jenis industrialisasi apa saja yang hadir di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras ? (2) Apa akibat yang ditimbulkan dari kehadiran industri terhadap kehidupan sosial, mata pencaharian, dan nilai budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras? (3) Bagaimana tanggapan masyarakat desa atas kehadiran berbagai industri yang ada di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras? Tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mendeskripsikan berbagai bentuk dampak industrialisasi terhadap perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya Masyarakat di Desa Pesisir Lalang. Manfaat dari penelitian ini, antara lain :(1) Secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan ke ilmuan khususnya Antropologi, dalam memahami perubahan kehidupan masyarakat pesisir (2) Manfaat Secara praktis, dapat memberi masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam membuat kebijakan pembangunan yang akhirnya membentuk berbagai aspek kehidupan warga, khususnya masyarakat pedesaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitin kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pemilihan, pemilahan, kategorisasi dan evaluasi data.

Hasil penelitian diperoleh bahwa perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Desa Lalang terjadi penurunan penduduk lokal yang bekerja di bidang pertanian (petani dan nelayan), walaupun tidak begitu besar. Kemudian mereka yang bekerja di luar bidang pertanian mengalami kenaikan. Dari mereka yang telah berubah pekerjaan tersebut, kebanyakan mereka terserap pada pekerjaan yang berhubungan dengan konstruksi PT Inalum. Namun ada pula yang beralih ke bidang perdagangan maupun usaha jasa. Alasan mengapa mereka berganti pekerjaan, kebanyakan mengatakan karena adanya kesempatan kerja baru yang cukup menguntungkan. Adapun saran yang dapat diberikan, antara lain bagi Industri Inalum untuk masyarakat Desa Lalang agar menjalin kontak sosial secara


(10)

kontinu dengan masyarakat sekitar , berupaya memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan pembinaan berupa penyuluhan di bidang sosial budaya , bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan pendidikan dan latihan agar masyarakat sekitar dapat mendaur ulang limbah industrinya menjadi bermanfaat sebagai barang komoditi


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai negara maritim sebagian besar penduduk pesisir di Indonesia menggantungkan hidupnya dari bidang perikanan. Mewacanakan tentang kehidupan masyarakat pesisir, mau tidak mau akan bersentuhan dengan masyarakat nelayan dan pembudi daya ikan. Masyarakat nelayan adalah orang atau sekelompok orang yang bekerja sebagai nelayan yang bertempat tinggal di kawasan nelayan dan/atau sekitarnya. Nelayan atau orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Walaupun mata pencarian orang-orang desa di pesisir beragam, namun sebagian besar adalah nelayan dan kegiatan nelayan menjadi sumber penghasilan utama masyarakat desa. Koentjaraningrat (1997) mengatakan :

“Selain berburu dan meramu, mencari ikan juga merupakan mata pencaharian hidup yang telah ada sejak awal keberadaan manusia di bumi. Manusia purba yang kebetulan hidup dekat rawa-rawa, sungai, danau atau laut, telah memanfaatkan sumber alam itu guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika manusia mulai mengenal kepandaian bercocoktanam, mencari ikan sering kali


(12)

dijadikan mata pencaharian tambahan. Akan tetapi sebaliknya di samping menangkap ikan, masyarakat-masyarakat nelayan yang menggantungkan hidupnya dari menangkap hasil laut itu juga mengerjakan kebun dan ladang. Dibandingkan berburu, mata pencaharian menangkap ikan lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Selain alat-alat yang digunakan misalnya berbagai jenis kail, tombak, jala, dan perangkap, para nelayan juga membutuhkan perahu yang selain harus dilengkapi dengan berbagai jenis peralatan navigasi dan pengamanan, juga menuntut adanya keterampilan untuk mengemudikan, pengetahuan mengenai ciri-ciri dan cara hidup berbagai jenis ikan, mengenai cuaca, dan mengenai bintang-bintang. Di Indonesia metode-metode ilmu gaib dan ilmu dukun pun masih banyak diterapkan dalam usaha dalam usaha penangkapan ikan di laut.”

Pembangunan kawasan pesisir pada dasarnya adalah suatu proses perubahan pada berbagai aspek di desa. Perubahan tersebut tidak hanya berupa mekanisasi atau teknologi namun lebih jauh lagi pada kelembagaan ekonomi dan sosial. Dengan demikian proses pembangunan kawasan pesisir dapat dikatakan sebagai proses transformasi pedesaan. Proses ini menyentuh seluruh lapisan masyarakat di penjuru desa.


(13)

Proses transformasi mayarakat pedesaan, tentu sangat berkaitan erat dengan faktor-faktor eksternal yang turut mempengaruhi dan menetukan arah dan tahapan perkembangan sebuah desa. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perubahan saat ini adalah modernisasi. Modernisasi adalah suatu persoalan yang harus dihadapi oleh masyarakat. Setiap manusia dalam masyarakat sangat sulit untuk lepas dari pengaruh modernisasi yang melanda dunia saat ini. Menurut Schoorl (1980), pada dasarnya pengertian modernisasi mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial menuju kearah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara Barat yang stabil.

Industrialisasi merupakan aspek dari paham modernisasi yang pada tingkatan negara-negara berkembang ternyata mempunyai kelemahan-kelemahan mendasar, walaupun paham modernisasi terlanjur menjadi rujukan utama dalam proses pembangunan (Dove, 1985:45). Industrialisasi sangat erat kaitannya dengan teknologi modern. Teknologi merupakan cara yang harus dilakukan manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya yang makin meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya, oleh karena itu diperlukan alih teknologi (transfer of technology) dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang. Proses pengambilalihan teknologi ini memerlukan perhitungan yang matang agar teknologi yang baru dapat diterima dan digunakan oleh masyarakat waktu itu atau sampai menjadi teknologi yang adaptif.

Sejalan dengan perkembangannya industri justru kemudian memposisikan desa sebagai arena pertarungan dalam memperebutkan sumber daya alam.


(14)

Hadirnya industri di wilayah pedesaan mempunyai konsekwensi logis atas tercerabutnya sumber-sumber maritim, khususnya pada kelautan. Nelayan kemudian menjadi kehilangan mata pencaharian akibat keberadaan industri di pedesaan. Itu artinya bahwa fenomena muncunya industri justru membawa perubahan yang sangat mendasar tidak hanya pada fragmentasi lahan, selebihnya proses transformasi di pedesaan cenderung berjalan begitu cepat dan membawa perubahan-perubahan juga secara subtansial di berbagai aspek kehidupan masyarakat desa (Castles, 2001). Mata pencaharian nelayan pun kurang diminati lagi, penduduk desa telah menjadikan industri sebagai mata pencaharian.

Perubahan dari nelayan ke industri ini juga terjadi pada masyarakat Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras. Hal ini bisa dilihat dari catatan Harian Analisa (Selasa 3/3/2009) bahwa :

“Penurunan luas ini berpotensi mengakibatkan abrasi pada kawasan pantai. Selain itu, peralihan ke industri juga berakibat pada pengalihan sistem mata pencaharian nelayan. Sejak lima tahun belakangan ini diperkirakan ratusan hektar tambak udang produktif di Kecamatan Medang Deras, Batubara dibiarkan terlantar begitu saja oleh pemiliknya. Sehingga semua areal pertambakan itu tertimbun lumpur dan semak-semak. Hasil keterangan yang diperoleh di lapangan menyebutkan, tak berfungsinya dan terlantarnya ratusan hektare areal pertambakan itu akibat bibit (nener) udang pertumbuhannya sudah jauh berkurang, tidak seperti sebelumnya, sehingga mempengaruhi kualitas pemasaran dibanding


(15)

modal pembibitan selama 3-4 bulan. Wagiran (45) salah seorang mantan karyawan tambak udang membenarkan, bibit (nener) udang beberapa tahun belakangan ini kualitas tanah lokasinya jauh berkurang akibat kesuburan tanah lokasinya, sehingga tak memungkinkan lagi pertumbuhannya. Dikatakannya, kalaupun pemilik tambak berminat lagi mau membuka lahan baru terpaksa di lokasi lain, jauh dari lokasi semula itupun harus sesuai mutu tanah lumpur di pinggir pantai.”

Dahulu pada tahun 1960 Desa Pesisir Lalang awalnya berbentuk rawa, mata pencaharian penduduk mayoritas sebagai nelayan yang masih sangat tradisional. Teknologi yang digunakan sangat sederhana, yaitu perahu sampan dayung dan jaring kecil hasil rajutan sendiri. Wilayah penangkapan ikan pun hanya dilakukan di pinggir-pinggir laut.

Pembangunan industri di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara ini di mulai Pada tahun 1976. Saat itu Jepang masuk ke Indonesia dan melakukan kerja sama guna membangunan pabrik INALUM (Indonesia Asahan Alumunium). Sejalan dengan pembangunan INALUM desa ikut bangkit dan berkembang. Pembangunan yang dilakukan diantaranya jalan raya, jembatan, rumah-rumah permanen, instalasi listrik dan air. Penduduk setempat pun mulai beralih mata pencaharian menjadi pekerja pabrik. Mulai tahun 1995-2009 industrialisasi terus terjadi. Sederet perusahaan besar seperti pabrik


(16)

minyak goreng MULTIMAS NABATI ASAHAN dan pabrik minyak goreng DOMAS mulai membangun pabrik di kawasan tersebut.

Dengan berkembangnya industri dan kegiatan ekonomi, maka memungkinkan orang hidup dalam lapangan pekerjaan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat bahwa pekerja di pabrik atau perusahaan terus meningkat, sedangkan yang bekerja di sektor pertanian dan perikanan makin menurun.

1. 2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka permasalahan yang diajukan adalah bagaimana dampak industrialisasi perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang Permasalahan ini diuraikan ke dalam 3 (tiga) pertanyaan penelitian yaitu :

1. Jenis industrialisasi apa saja yang hadir di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras ?

2. Apa akibat yang ditimbulkan dari kehadiran industri terhadap kehidupan sosial, mata pencaharian, dan nilai budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras?

3. Bagaimana tanggapan masyarakat desa atas kehadiran berbagai industri yang ada di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras?


(17)

1. 3. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu bara. Hal ini didasari karena banyak pembangunan industri yang selama ini diyakini sebagai penyebab perubahan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat Desa Pesisir Lalang

1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai bentuk dampak industrialisasi terhadap perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya Masyarakat di Desa Pesisir Lalang. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan ke ilmuan khususnya Antropologi, dalam memahami perubahan kehidupan masyarakat pesisir. Secara praktis, dapat memberi masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam membuat kebijakan pembangunan yang akhirnya membentuk berbagai aspek kehidupan warga, khususnya masyarakat pedesaan.

1. 5. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Linton (dalam Behrendf, 1974) manusia dewasa ini baru sampai pada permulaan taraf yang ketiga dari perkembangannya. Pada taraf budaya pertama yang paling tua umurnya manusia bekerja hanya sebagai pemungut dan pemburu saja, sedangkan taraf hidup kedua mulai kira2 sejak tahun 8000 atau 6000 SM dicirikan oleh pertanian dan peternakan serta pekerjaan tangan yang sederhana. Baru sejak dua abad yaitu dimulai dari revolusi industri manusia


(18)

sanggup membuka sumber tenaga baru yang makin kuat (uap,listrik,motor ledakan, tenaga atom).

Kebudayaan adalah suatu kelompok cara-cara merasa, berfikir dan bertingkah laku, yang sudah menjadi kebiasaan dari sejumlah manusia tertentu sehingga dapat dipandang sebagai ciri2 masyarakat itu. Semua faktor itu saling mempengaruhi dan mempunyai tugas-tugas tertentu di dalam keseluruhan hubungan-hubungan kebudayaan itu. Oleh sebab itu, setiap perubahan besar dalam lingkungan bagian yang satu mempengaruhi lingkungan bagian yang lain dan dengan demikian mengakibatkan perubahan susunan pula. Jadi kebudayaan adalah suatu bentuk hidup masyarakat, yang agak tetap dan berlaku untuk beberapa generasi. (Behrendf, 1974 : 36)

Dinamika berarti suatu cara hidup yang diciri tegaskan oleh pertumbuhan kebudayaan yang tetap berlangsung dalam perubahan yang menyolok mata, yaitu perubahan tata nilai, perubahan cara berfikir, dan bertingkah laku, perubahan peralatan teknis, perubahan alat2 produksi, perubahan syarat organisasi dan kesemua perubahan itu dalam waktu yang panjang melalui beberapa generasi dan terutama ditujukan ke arah perbaikan dan penambahan tenaga manusia dan kebendaan, dan juga ke arah pengluasan lingkungan hubungan kemasyarakatan dan pelembagaan sosial yang dianggap penting dalam kehidupan manusia.

Untuk itu pembangunan merupakan suatu hal yang penting untuk dijalankan dalam suatu masyarakat. Dari sudut pandang ekonomi Meier mengatakan Pembangunan adalah suatu proses dimana real per capita income


(19)

dari suatu negara meningkat dalam suatu masa panjang, dan dalam masa yang bersamaan jumlah penduduk yang di bawah garis kemiskinan tidak bertambah, dan distribusi pendapatan tidak makin senjang (dalam Marzali, 2005 : 62)

Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses perubahan pada berbagai aspek khususnya pada penelitian ini di pedesaan. Perubahan tersebut tidak hanya berupa mekanisasi atau teknologi namun lebih jauh lagi pada kelembagaan ekonomi dan sosial, yang mencakup perubahan bentuk, ciri, struktur dan kemampuan sistem kegiatan pertanian dalam menggairahkan, menumbuhkan dan mengembangkan, dan menyehatkan perekonomian masyarakat pedesaan (Pranaji, 2000)

Seiring dengan jalannya pembangunan mengarah pada munculnya industrialisasi. Indonesia sedang dalam proses menuju era industrialisasi, suatu era yang dipandang sangat penting dalam sejarah kebudayaan bangsa karena pada era inilah diharapkan Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya dari negara lain sehingga dapat hidup sederajat dengan negara-negara maju yang lain. Era industri dipandang sebagai era strategis untuk memacu bangsa dalam mencapai cita-cita kemerdekaan. Pada masa orde baru, pemerintah menetapkan tiga aspek kebijakan ekonomi untuk menumbuhkan iklim perekonomian menjadi semakin baik. Ketiga kebijakan tersebut diantaranya adalah: dirombaknya sistem devisa transaksi luar negeri lebih bagus dan sederhana, dikuranginya fasilitas yang khusus disediakan bagi perusahaan yang diambil kebijaksaaan pemerintah baru untuk mendorong pertumbuhan sektor swasta bersama dengan sektor perusahaan negara serta dikeluarkannya Undang-Undang penanaman modal asing (Mountjoy,1983).


(20)

Wujud konkrit dari kebijakan tersebut yaitu dengan banyak bermunculan industri-industri baru.

Pembangunan industri disesuaikan dengan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi (Bintarto,1997:86). Industri adalah semua perubahan atau semua usaha yang melakukan kegiatan merubah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi yang kurang nilainya menjadi barang jadi yang lebih tinggi nilainya. Industri juga dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk memproduksi barang jadi, bahan baku atau barang mentah melalui proses penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin (Sandy, 1985:148).

Industri dapat diartikan dengan seluruh kegiatan manusia yang produktif. Jadi disini industri meliputi juga industri pertanian, industri peternakan, industri pertambangan dan sebagainya. Yang dimaksud dengan industri disini adalah setiap usaha yang merupakan satu unit produksi yang membuat barang atau yang mengerjakan suatu barang untuk masyarakat di suatu tempat tertentu. Jadi bila usaha tersebut berpindah-pindah atau tidak memiliki tempat yang tetap untuk melakukan usaha, belum bisa disebut industri.

Adapun beberapa penggolongan industri menurut Hardjanto dalam Breman (1986) antara lain yaitu :


(21)

1. Klasifikasi Industri menurut jenisnya

a. Industri berat.

Merupakan industri yang bergerak di bidang alat-alat berat seperti industri alat-alat pertanian, logam, mekanik, dan lain-lain.

b. Industri ringan.

Merupakan industri yang bergerak di bidang alat-alat ringan seperti industri makanan, kosmetik dan lain sebagainya.

2. Klasifikasi Industri berdasarkan ukuran

a. Industri besar

b. Industri sedang

c. Industri ringan

3. Klasifikasi Industri berdasarkan bahan baku yang digunakan

a. Industri primer

b. Industri skunder

c. Industri tersier

4. Klasifikasi Industri menurut tingkatannya

a. Industri dasar c. Industri atas


(22)

Berdasarkan penyelenggaranya, dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

1). Industri Rakyat/Industri Kecil yang mempunyai ciri-ciri: produksinya banyak menggunakan pekerjaan tenaga manusia, menggunakan alat-alat dan teknik sederhana, tempat produksi dilakukan dirumah. Yang termasuk industri kecil adalah industri batik, batu bata, dan lain-lain.

2). Industri Besar yang memiliki ciri-ciri : modal yang digunakan besar, menggunakan mesin modern dalam proses produksi, tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga yang terdidik.

Mc. Cawley membagi industri berdasarkan tenaga kerjanya yaitu industri besar yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang, industri sedang memiliki tenaga kerja antara 20-99 orang, industri kecil yang memiliki tenaga kerja 5-19 orang, dan industri rumah tangga yang memiliki tenaga kerja kurang dari 4 orang. Begitu pula bila dilihat dari jenis tenaga kerjanya dibagi menjadi 4 kelompok yaitu terdidik, terlatih, setengah terlatih dan tidak terlatih (Simanjuntak, 1990:20).

Industrialisasi merupakan proses merubah masyarakat dari sistem mata pencaharian pertanian ke industri. Di dalam proses ini, segala aspek masyarakat, kebudayaan dan lingkungannya turut bergeser.Industri terwujud dalam berbagi bentuk dan cenderung terjadi di wilayah pedesaan baik itu di wilayah pertanian ataupun perikanan. Sebagai contoh dapat dilihat dari berdirinya pabrik-pabrik di Desa Pesisir Lalang.


(23)

Perkembangan yang pesat dari industrialisasi yang terjadi di kawasan Desa Pesisir Lalang tentunya memiliki dampak terhadap perubahan berbagai aspek kehidupan masyarakat, baik itu Perubahan sosial dan budaya. Perubahan sosial dan budaya mempunyai dua konsep yang saling terkait dan tidak terpisahkan. Dalam menghadapi perubahan sosial budaya tentu masalah utama yang perlu diselesaikan ialah pembatasan pengertian atau definisi perubahan sosial dan perubahan kebudayaan itu sendiri.

Kebanyakan definisi membicarakan perubahan dalam arti yang sangat luas. Moore mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari stuktur sosial” dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan interaksi sosial (Moore, 1967 : 3). Dengan demikian dapat diartikan bahwa perubahan sosial dalam suatu kajian untuk melihat dan mempelajari tingkah laku masyarakat dalam kaitannya dengan perubahan.

Soemardjan mengatakan perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola kelakukan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat” (dalam, Soekanto, 1974: 217). Definisi ini menekankan perubahan lembaga sosial, yang selanjutnya mempengaruhi segi-segi lain struktur masyarakat. Lembaga sosial ialah unsur yang mengatur pergaulan hidup untuk mencapai tata tertib melalui norma. Artinya perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai


(24)

himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat lainnya.

Davis (1960) berpendapat bahwa perubahan sosial ialah perubahan dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, dengan timbulnya organisasi buruh dalama masyarakat kapitalis, terjadi perubahan-perubahan hubungan antara buruh dengan majikan, selanjutnya perubahan-perubahan organisasi ekonomi dan politik.

Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan. Sorokin (1957), berpendapat bahwa segenap usaha untuk mengemukakan suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan sosial tidak akan berhasil baik.

Ogburn (dalam Soekanto 1990) berpendapat, ruang lingkup perubahan sosial meliput i unsur-unsur kebudayaan, baik yang material ataupun yang bukan material. Unsur-unsur material itu berpengaruh besar atas yang bukan material. Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.

Dari beberapa definisi di atas dapat dilihat bahwa perubahan sosial adalah perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau komunitas, perubahan dapat menyangkut struktur sosial atau pola nilai dan norma serta peran. Dengan demikian, istilah yang lebih lengkap adalah perubahan sosial kebudayaan


(25)

karena memang antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan itu sendiri.

Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Soekanto (1990) mengatakan perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan.

Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial. Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan (Davis, 1960).

Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor (dalam Soekanto, 1990) kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan dalah segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut.


(26)

Soemardjan (1982) mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.

Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya sesuatu yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan. Menurut Soekanto (1990), penyebab perubahan sosial dalam suatu masyarakat dibedakan menjadi dua macam yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk, penemuan baru, pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi. Sedangkan faktor penyebab dari luar masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar, peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan cara yang sederhana untuk mengerti perubahan sosial (masyarakat) dan kebudayaan itu adalah mendapatkan gambaran yang lebih jelas lagi mengenai perubahan mayarakat dan kebudayaan itu dan mencoba menangkap semua kejadian yang sedang berlangsung di tengah-tengah masyarakat itu sendiri.

Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat dianalisa dari berbagai segi diantaranya, ke arah mana perubahan dalam masyarakat itu bergeak (direction of change), bahwa perubahan itu bergerak


(27)

meninggalkan faktor yang diubah. Perubahan itu bisa bergerak ke suatu bentuk yang baru sama sekali, bisa juga bergerak ke suatu bentuk yang sudah ada di masa sebelumnya.

Perubahan sosial dan budaya yang sedang berlangsung dimasyarakat merupakan dampak dari modernisasi. Schoorl (1980), melihat modernisasi sebagai suatu proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya. Dibidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri dengan pertumbuhan ekonomi sebagai akses utama. Berhubung dengan perkembangan ekonomi, sebagian penduduk tempat tinggalnya tergeser ke lingkungan kota-kota. Masyarakat modern telah tumbuh tipe kepribadian tertentu yang dominan. Tipe kepribadian seperti itu menyebabkan orang dapat hidup di dalam dan memelihara masyarakat modern.

Sedangkan Dube (1988), berpendapat bahwa terdapat tiga asumsi dasar konsep modernisasi yaitu ketiadaan semangat pembangunan harus dilakukan melalui pemecahan masalah kemanusiaan dan pemenuhan standart kehidupan yang layak, modernisasi membutuhkan usaha keras dari individu dan kerjasama dalam kelompok, kemampuan kerjasama dalam kelompok sangat dibutuhkan untuk menjalankan organisasi modern yang sangat kompleks dan organisasi kompleks membutuhkan perubahan kepribadian (sikap mental) serta perubahan pada struktur sosial dan tata nilai.

Tujuan akhir dari modernisasi adalah terwujudnya masyarakat modern yang dicirikan oleh kompleksitas organisasi serta perubahan fungsi dan struktur


(28)

masyarakat. Secara lebih jelas Schoorl (1980) mengatakan proses petumbuhan struktur sosial yang dimulai dari proses perbesaran skala melalui integrasi. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan diferensiasi hingga pembentukan stratifikasi dan hirarki.

Motivasi teori modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat berkembang sesungguhnya adalah usaha merubah cara produksi pra-kapitalis ke kapitalis, sebagaimana negara-negara maju sudah menerapkannya untuk ditiru. Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas yang terkadang batasannya tidak dapat ditetapkan secara mutlak. Modernisasi mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial menuju ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara barat yang stabil (Soekanto, 1990).

Dampak sosial muncul ketika terdapat aktivitas modernisasi seperti proyek, program, atau kebijakan yang diterapkan pada suatu masyarakat. Aktivitas yang biasanya berasal dari luar masyarakat ini mempengaruhi keseimbangan pada suatu sistem masyarakat. Pengaruh itu bisa positif bisa pula negatif. Hal ini hanya dapat di uji seperti yang dikatakan Hadi (1995) dari nilai, norma, aspirasi, dan kebiasaan dari masyarakat yang bersangkutan.

Dapatlah disimpulkan bahwa dampak sosial merupakan perubahan yang terjadi pada manusia dan masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas pembangunan. Lebih rinci lagi perubahan itu menurut Armour meliputi aspek-aspek:


(29)

1. Cara hidup (way of life) termasuk di dalamnya bagaimana manusia dan masyarakat itu hidup, bekerja, bermain dan berinteraksi satu dengan yang lain.

2. Budaya termasuk didalamnya sistem nilai, norma dan kepercayaan.

3. Komunitas meliputi struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas masyarakat, estetika, sarana dan prasarana yang diakui sebagai “public falities” adalah gedung sekolah, mushola, balai rukun warga, dan balai kelurahan. (dalam Hadi, 1995 : 24-25).

1. 6. METODOLOGI PENELITIAN

1. 6.1. Tipe penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci tentang dampak industrialisasi terhadap kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang Kec Medang Deras Kab Batu Bara.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan, melalui observasi dan wawancara mendalam.

Sedangkan data skunder merupakan data yang diperoleh dari Penelitian kepustakaan, yaitu cara penelitian dalam perolehan data melalui studi pustaka


(30)

sebagai sumber data sekunder yang bersifat teoritis, dalam hal ini berupa buku-buku, literature, jurnal, tesis, laporan penelitian, skripsi, serta bahan-bahan relevan lainnya.

Teknik pengumpulan data Primer dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Observasi yang dilakukan adalah observasi non partisipasi yang dilakukan oleh seorang peneliti tanpa harus ikut terlibat di dalam kehidupan masyarakat yang diteliti. Observasi non partisipasi dilakukan untuk mengamati tentang :

• Kondisi rumah. • Kondisi jalan.

• Kondisi lingkungan maupun kondisi alam

• Aktifitas yang dilakukan oleh para nelayan tradisional dalam kehidupan sehari- hari, mulai dari melaut, bertani, dan lain sebagainya. Observasi yang dilakukan dilengkapi dengan kamera photo untuk mengabadikan hal-hal yang tidak terobservasi di lapangan. Di samping itu, hasil photo yang dilakukan dapat dijadikan sebagai penegasan data yang diperoleh di lapangan.

2. Wawancara mendalam ditujukan untuk menggali informasi yang didapatkan dari informan. Informan terbagi atas dua jenis yaitu informan


(31)

kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah orang yang mengetahui secara luas tentang masalah yang sedang di teliti Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah kepala desa, tokoh adat dan tokoh masyarakat. Sedangkan yang menjadi informan biasa adalah masyarakat desa Pesisir Lalang yang tinggal di lokasi penelitian.

1.6.3. Analisa Data.

Analisa data merupakan sebuah pengkajian di dalam data yang mencakup prilaku objek, atau pengetahuan yang teridentifikasi. Hasil pengumpulan data penelitian akan dianalisis secara kualitatif. Beberapa hal yang dilakukan dalam analisa data yaitu: pemilihan, pemilahan, kategorisasi dan evaluasi data. Data yang diperoleh tersebut dianalisis menggunakan teknik analisis domain. Teknik analisis domain digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara umum, namun relatif utuh tentang objek penelitian.

Artinya analisis hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran penelitian seutuhnya dari dampak industrialisasi terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan budaya pada masyarakat Desa Pesisir Lalang. Analisis data dilakukan mulai pada saat meneliti atau selama proses pengumpulan data berlangsung hingga penulisan laporan penelitian selesai.


(32)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah, Letak dan Kondisi Geografis.

Desa Lalang dahulu bernama Teluk Baru yang terletak lebih kurang satu km dari pekan Desa Lalang yang mengarah ke barat. Dahulu daerah ini banyak ditumbuhi pohon ilalang sehingga di namakan Desa Lalang. Teluk Baru diapit oleh dua sungai yaitu sungai Kuba Padang dan sungai Desa Lalang yang sekaligus menjadi batas dari daerah Teluk Baru. Penduduk Teluk Baru dulunya hanya sekitar 10 KK. Masyarakat asli Desa Lalang merupakan suku bangsa Melayu. Daerah Teluk Baru juga dihuni oleh masyarakat pendatang dari Tanjung Limasipurut. Hal ini terjadi karena pada tahun 1942 daerah Limasipurut tenggelam sehingga masyarakatnya bermigrasi ke daerah Teluk Baru yang sekarang bernama Desa Lalang.

Posisi desa terletak pada daerah pantai yakni berjarak 0-2 km dari laut. Pantai yang dekat dengan desa secara alamiah menyebabkan masyarakat memanfaatkan potensi alam yang ada dengan menjadi nelayan guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Desa Lalang adalah salah satu desa dari 12 desa yang ada di Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara. Desa Lalang mempunyai luas wilayah 697 Ha, yang terbagi atas 10 dusun yang wilayahnya memiliki batas-batas yakni:


(33)

- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Selat Sumatera, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pakam,

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karang Tanjung, - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Medang.

Kondisi jalan umum menuju Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kab Batubara sepanjang 8 (delapan) kilometer sejak beberapa bulan belakangan ini mengalami rusak parah, sulit dilalui kendaraan bermotor di badan jalan karena banyak terdapat lobang-lobang besar, jika musim hujan mengakibatkan jalan menjadi becek dan berlumpur. Batu padas dan kerikil sebagai bahan pengaspalan hilang terbenam di tanah. Dari observasi peneliti, ketika kendaraan bermotor baik roda dua, roda tiga dan roda empat bila hendak melintas kawasan jalan tersebut terpaksa melaju lebih cepat untuk menghindari lobang yang berada di sisi sebelah kiri arah Desa Lalang.

Jalan umum ini merupakan sarana insfrastruktur yang menghubungkan beberapa desa dan merupakan jalan pintas menuju ibukota Kabupaten Batubara yakni Limapuluh dan sebelumnya melalui jalan masuk PT Inalum Kuala Tanjung. Menurut keterangan Informan (31) warga Desa Lalang mengungkapkan:

”Selama kondisi badan jalan ini berlobang para pengendara sepeda motor berebutan untuk melintasi jalan yang tidak berlobang sehingga kadang-kadang hampir mengalami kecelakaan, Selain itu saat hujan turun jalan yang berlobang tadi tertutup air membuat pengendara kendaraan bermotor yang tidak mengetahui di mana posisi lobangnya terperosok dan jatuh. Sebelum memakan korban,


(34)

sebaiknya Pemda Batubara melalui instansi terkait segera melakukan perbaikan ruas jalan umum ini.”

2.2. Kependudukan.

Jumlah penduduk di Desa Lalang adalah 6424 jiwa pada tahun 2009, yang terdiri dari 1378 kepala keluarga dan tersebar ke dalam 10 dusun yang ada. Adapun persebaran penduduk menurut dusun dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1.

Jumlah Penduduk Setiap Dusun

No Dusun Lk Pr Lk + Pr

Rumah yang dihuni

Kepala Keluarga

1 Dusun Berdikari 209 212 421 106 117

2 Dusun Merdeka 257 262 519 107 158

3 Dusun Pekan 225 228 453 106 125

4 Dusun Pengajian 394 395 789 133 202


(35)

6 Dusun Masjid Timur 272 276 548 150 123

7 Dusun Pasak Lama 390 396 789 154 120

8 Dudun Pasak Baru 417 410 827 122 122

9 Dusun Sono 510 511 1021 119 163

10 Dudun Pandau Palas 200 203 403 126 118

Jlh Total 3204 3615 6424 1315 1378

Sumber: Data Februari 2009

Tabel 2.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Pendidikan

No Golongan Umur Jumlah (Jiwa)

1 0-6 tahun 180

2 7-12 tahun 575

3 13-16 tahun 385

4 17-20 tahun 315

5 21 tahun ke atas 190


(36)

Tabel 3.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Tenaga Kerja

No Golongan Umur Jumlah (Jiwa)

1 10-14 tahun -

2 15-19 tahun 125

3 20-26 tahun 450

4 27-40 tahun 575

5 41-56 tahun 310

6 57 tahun ke atas 195

Sumber: Data Desember 2007

Tabel 4.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No

Suku Angka (Jiwa)

1 Melayu 4039


(37)

3 Batak 199

4 Minang 146

5 Banjar 72

6 Aceh 47

7 Lainnya 82

Sumber: Data Desember 2007

Tabel 5.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Umum

No Pendidikan umum Jumlah (Jiwa)

1 Taman kanak-kanak -

2 Sekolah dasar 575

3 SLTP 365

4 SLTA 245

5 Akademi (D1-D3) 16

6 Sarjana (S1-S2) 5


(38)

Tabel 6.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Khusus

No Pendidikan khusus Jumlah (Jiwa)

1 Pondok pesantren 10

2 Madrasah 30

3 Pendidikan keagamaan -

4 Sekolah luar biasa (SLB) 27

5 Kursus keterampilan 15

Sumber: Data Desember 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan formal lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan khusus, namun dapat dilihat dari keseluruhan jumlah tingkat pendidikan rata-rata paling tinggi hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTA saja, hal tersebut disebabkan karena keterbatasan ekonomi yang dimiliki, dan akses ke perguruan tinggi yang mengharuskan penduduk desa merantau ke kota, sehingga banyak dari penduduk Desa Lalang yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.


(39)

Tabel 7.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Pendidikan khusus Jumlah (Jiwa)

1 Islam 6440

2 Kristen Protestan 56

3 Kristen Khatolik 58

4 Buddha 66

5 Hindu -

Sumber: Data Desember 2007

Tampak jelas pada tabel agama Islam merupakan agama mayoritas penduduk yang mendiami di Desa Lalang. Agama Kristen Protestan menduduki peringkat ke dua terbanyak, setelah itu terdapat agama Kristen Katolik. Dari data yang beragam di atas, pada kenyataannya mereka dapat hidup harmonis dan membaur tanpa hadirnya konflik antar agama.

Saling berbaur dan hormat menghormati antara sesama pemeluk agama di desa ini, tampak langsung pada saat perayaan hari besar keagamaan. Pada saat perayaan Hari Raya Idul Fitri serta Natal. Pada waktu tersebut antara sesama pemeluk agama biasanya mereka saling mengundang antara sesama pemeluk


(40)

agama untuk saling mengunjungi rumah mereka masing-masing. Kelompok mayoritas dan minoritas berdasarkan agama yang dianut tidak berpengaruh terhadap perlakuan dalam pembangunan desa. Rumah-rumah ibadah berdiri tegak walaupun dengan jumlah bangunan fisik yang tidak selalu ramai ditangani pemeluk agama masing guna menjalankan ajaran agamanya masing-masing. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa sistem kekeluargaan yang mereka miliki cukup erat dan tidak pernah terjadi konflik antar sesama pemeluk agama, jika pun terjadi konflik mereka selalu melakukan musyawarah untuk mencari solusi dan berakhir dengan baik.

Jumlah penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Pegawai negeri sipil (PNS) 21

2 TNI 5

3 Pegawai Swasta 127


(41)

5 Tani 988

6 Pertukangan 30

7 Buruh Tani 12

8 Pensiunan 6

9 Nelayan 239

Sumber: Data Desember 2007

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penyebaran mata pencaharian penduduk Desa Lalang yang memiliki mayoritas mata pencaharian sebagai petani, nelayan dan wiraswastawan atau pedagang yang tersebar di 10 dusun tersebut. Mata pencaharian yang berprofesi pada sektor formal sangatlah minim, hal ini dikarenakan mayoritas penduduk banyak bekerja pada sektor informal. Tampak langsung pada pola kehidupan masyarakat Desa Lalang yang sangat sederhana. Hal tersebut juga disebabkan oleh keterbatasan pendidikan formal yang dimiliki, sehingga menyulitkan mereka untuk bekerja di luar dari sektor perikanan dan pertanian. Namun, walaupun dengan demikian mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat tradisional di Desa Lalang, mampu membuat mereka untuk bertahan hidup sampai sekarang ini.

Sistem mata pencaharian hidup masyarakat di Desa Lalang umumnya adalah sebagai petani dan nelayan tradisional yang memanfaatkan sumber daya


(42)

alam yang ada di Desa Lalang khususnya pantai yang mereka jadikan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti yang dikatakan oleh Koentjaraningrat (1972:33) di samping berburu dan meramu, mencari ikan juga merupakan suatu mata pencaharian hidup makhluk manusia yang amat tua. Manusia zaman purba yang kebetulan hidup di dekat sungai, danau atau laut, pokoknya yang didekat air telah mempergunakan sumber alam itu untuk keperluan hidupnya. Waktu manusia mengenal bercocok tanam, mencari ikan sering dilakukan sebagai mata pencaharian tambahan. Sebaliknya, masyarakat nelayan yang mencari ikan sebagai mata pencaharian hidupnya yang utama, di samping itu juga bertani atau berkebun.

2.3. Sarana Fisik.

Sarana fisik merupakan suatu aspek pendukung yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sarana fisik merupakan sarana umum yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, khususnya yang berhubungan dengan kepentingan umum. Di Desa Lalang yang meliputi 10 dusun di Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara terdapat sarana-sarana fisik yaitu antara lain: sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana hiburan, dan sarana perdagangan

2.3.1. Sarana Kesehatan

Di Desa Lalang terdapat 1 (satu) sarana kesehatan. Sarana kesehatan tersebut berupa balai pengobatan/poliklinik yang biasanya ditangani oleh bidan. Saran kesehatan tersebut yang selalu dimanfaatkan oleh masyarakat setempat


(43)

untuk mengobati segala macam penyakit. Sarana kesehatan tersebut juga selalu dikunjungi oleh masyarakat setempat jika mereka mengalami keluhan-keluhan seperti demam, batuk serta flu. Jika balai pengobatan tersebut tidak mampu menangani penyakit mereka yang tergolong cukup parah maka akan disarankan untuk dibawa ke rumah sakit umum yang letaknya di kota kecamatn dengan jarak tempuh ± 14 km.

2.3.2. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Desa Lalang terdiri dari bangunan sekolah dasar 6 (enam) gedung dengan dukungan 38 guru satu gedung SLTP, 1 (satu) gedung madrasah dan 1 (satu) gedung taman kanak-kanak, di desa ini juga terdapat fasilitas pendidikan non formal yaitu kursus menjahit 1 (satu) gedung.. Dari fasilitas pendidikan yang ada disini diharapkan pemerintah dapat membantu melalui pembangunan sekolah untuk memudahkan masyarakat agar dapat bersekolah tanpa membayar biaya apapun.

2.3.3. Sarana Ibadah

Jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Lalang adalah 11unit bangunan yang terdiri dari 2 (dua) Mesjid, 8 (delapan) Mushola dan 1 (satu) Vihara. Masyarakat menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Lalang tidak banyak, karena biaya yang mereka butuhkan untuk membangun sarana ibadah tidaklah


(44)

2.3.4. Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang terdapat di Desa Lalang berupa alat angkutan umum (angkot), becak mesin dan ojek. Perjalanan menuju Desa Lalang ± 14 km dari pusat kota kecamatan. Sarana transportasi yang sering digunakan oleh masyarakat di Desa Lalang adalah berupa sepeda dayung, sepeda motor, mobil, serta sampan dan perahu motor yang digukan untuk trasportasi mencari ikan di laut.

2.3.5. Sarana Hiburan dan Komunikasi

Sarana komunikasi yang terdapat di Desa Lalang berupa televisi, radio dan handphone sebagai alat komunikasi yang hampir semua penduduk desa memiliki sarana tersebut. Selain itu, jika ada pesta perkawinan tidak lagi menggunakan musik tradisional yang mereka tampilkan tetapi sudah menggunakan organ keyboard. Sarana hiburan tersebut sudah berlangsung lama tanpa ada membeda-bedakan suku diantara mereka. Sarana hiburan lain yang mereka miliki adalah pantai, karena lokasi tempat tinggal mereka yang juga dijadikan sebagai tempat wisata bagi mereka yang jika pada hari libur selalu ramai dikunjungi tidak hanya dari desa tersebut saja tetapi juga dari luar tempat tinggal mereka.

2.3.6. Sarana Perdagangan

Sarana perdagangan yang mereka miliki berupa 10 buah pasar lingkungan, 60 buah, kios, warung, kedai/toko kelontong dengan bentuknya sederhana dan biasanya milik pribadi. Kedai/toko kecil tersebut menjual makanan, minuman,


(45)

rokok, sandal, obat-obatan dan juga sayur-sayuran seadanya. Sarana perdagangan tersebut mereka buat karena jarak pasar jauh dengan tempat tinggal

2.4. Kondisi Sosial Budaya

Sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli bahwa kebudayaan terdiri dari kebudayaan materiil yang dapat dilihat berupa hasil material, dan kebudayaan imateril berupa norma dan ide-ide tentang kehidupan. Perbedaan tempat dan tantangan kehidupan akan melahirkan bentuk-bentuk kebudayaan yang mempunyai ciri khas berbeda. Demikian pula dengan kondisi geografis dan lingkungan yang sangat berbeda pada tiap tempat akan melahirkan pola kebudayaan yang berbeda pula.

Pada kenyataan lain masyarakat akan selalu dihadapkan pada kondisi pertentangan akibat berbagai proses yang tidak selamanya adil. Kesenjangan baik sosial, ekonomi maupun politik membawa masyarakat untuk berhadapan guna melakukan kompromi dengan keadaan itu. Ada yang beranggapan akan terjadi perubahan radikal terhadap kesenjangan yang ada dan menggantikannya dengan nilai baru, ada pula yang hanya melakukan kompromi agar terjadi keseimbangan. Kondisi-kondisi inilah yang akan selalu mewarnai kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat diorganisasi atau diatur oleh adat istiadat/aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan dimana ia hidup dan bergaul tiap harinya (Soerjono Soekanto,2000:39).

Dalam sebuah masyarakat terdapat berbagai unsur kebudayaan seperti bahasa, organisasi sosial dan lain-lain. Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh


(46)

penduduk di desa ini adalah Bahasa Melayu. Untuk bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia tidak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari walaupun sebagian masyarakat sudah mulai mengetahuinya. Bahasa ini digunakan pada waktu-waktu tertentu saja misalnya pada saat musyawarah desa ataupun pemberian pengarahan oleh instansi pemerintah pada masyarakat.Namun demikian, pemakaiannya tidak seutuhnya menggunakan bahasa Indonesia asli, tetapi dicampur dengan menggunakan bahasa Melayu, hal ini biasanya dilakukan untuk lebih memudahkan penerimaan oleh warga masyarakat terhadap isi pesan yang ingin disampaikan. Bahasa Indonesia campuran ini juga memiliki kesan akrab dan komunikatif dibandingkan dengan pemakaian bahasa Indonesia yang sebenarnya.

Selain bahasa, unsur kebudayaan lainnya adalah organisasi kemasyarakatan. Organisasi masyarakat ini berfungsi sebagai pedoman segala perilaku masyarakat agar menjadi mudah untuk seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat sehari-hari. Organisasi masyarakat ini merupakan wujud dari norma-norma dalam masyarakat yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai tata tertib. Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya.

Golongan orang tua dalam masyarakat desa umumnya memegang peranan penting. Orang akan selalu meminta nasehat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Demikian halnya yang terjadi di masyarakat desa Lalang. Orang tua yang dimintai nasehat ini biasanya dijadikan sesepuh desa. Namun


(47)

demikian, ada juga aturan atau norma-norma yang berfungsi mengatur seluruh perilaku seseorang di dalam masyarakat, dimana hal itu sangat dipatuhi oleh penduduk desa. Aturan-aturan itu biasanya berupa hukum-hukum yang tidak tertulis yang sudah ada sejak dulu dan secara turun temurun dipatuhi oleh warga masyarakat.

Musyawarah desa juga dilakukan sebagai salah satu cara menjaga kerukunan antar warga. Agar hubungan antara manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana yang diharapkan maka dirumuskan suatu norma-norma masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja. Namun lama kelamaan norma-norma tersebut telah melembaga dan dilaksanakan secara sadar oleh masyarakat. Norma-norma yang ada di desa Lalang adalah kebiasaan. Salah satu bentuk kebiasaan yang ada di desa ini adalah hormat dan patuh pada orang yang lebih tua ataupun orang yang disegani. Apabila seseorang tidak melaksanakan hal ini maka orang tersebut dianggap telah melakukan penyimpangan terhadap kebiasaan yang sudah ada. Anggota masyarakat yang melanggar adat kebiasaan ini akan mendapat sanksi dari masyarakat lain berupa pengucilan atau cemoohan.

Masyarakat desa Lalang adalah masyarakat Melayu maka tradisi yang berlaku di masyarakat ini adalah tradisi yang berasal dari budaya Melayu. Tradisi ini masih dilakukan dengan baik oleh masyarakat walaupun tidak sepenuhnya sama seperti pada masyarakat Melayu pesisir zaman dulu. Dahulu sebelum adanya pembangunan pabrik sekitar tahun 1979, masyarakat sering mengadakan acara adat seperti jamu laut yang dipimpin oleh pemuka adt setempat. Upacara


(48)

jamu laut dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan memotong seekor kerbau di tepi laut dengan tujuan untuk mendapatkan hasil ikan yang melimpah. Tetapi lambat laun upacara jamu laut sudah berkurang menjadi 6 bulan sekali, lalu berlanjut menjadi 1 tahun sekali, lalu lama ke lamaan menjadi hilang. Hal tersebut di sebabkan oleh faktor ekonomi, karena perekonomian menurun akibat tangggkapan ikan menurun di sebabkan oleh limbah pabrik sehingga mereka tidak mampu lagi untuk membeli kerbau sebagai syarat dalam acara jamu laut.

Dahulunya juga sempat ada adat istiadat tentang nikah tamu yang dilakukan masyarakat dengan pesta besar, dengan mengadakan pertunjukkan khas melayu. Sekarang acara tersebut sudah tidak ada lagi yang dikarenakan perekonomian masyarakat yang tidak mampu lagi mambuat acara tersebut. Aturan anak perempuan tidak boleh keluar malam, berbahasa santun, berprilaku sopan. Aturan-aturan tersebut mulai pudar dan tidak lagi dipergunakan oleh masyarakat.

Tradisi-tradisi yang juga masih berlaku dalam masyarakat Lalang adalah tradisi mengenai ritus lingkaran hidup. Ritus lingkaran hidup ini dimulai dengan upacara kehamilan yaitu pada waktu usia kehamilan tujuh bulan. Upacara ini dimaksudkan supaya dalam proses kelahiran nanti baik ibu maupun bayi yang akan dilahirkan mendapat keselamatan dan kesehatan. Keselamatan dalam hal ini yaitu selamat dari cacat fisik ataupun psikis/mental. Upacara ini adalah upacara utama sehingga sering dibuat secara besar-besaran terutama bagi kehamilan pertama. Yang paling menonjol dalam upacara ini adalah adanya rujak dari buah-buahan di dalam berkat yang akan dibagi-bagikan. Rasa dari rujak ini dipercaya


(49)

oleh masyarakat setempat sebagai penanda jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.

Tujuh hari setelah bayi lahir, diadakan upacara puputan yaitu lepasnya ari-ari dari-ari pusar bayi. Kemudian setelah bayi berumur 40 hari-ari diadakan upacara kekahan. Pada upacara ini biasanya ditandai dengan penyembelihan kambing. Apabila bayi itu laki-laki maka akan disembelih dua kambing dan jika perempuan maka hanya satu kambing. Namun, biasanya upacara ini dilakukan apabila orang tua sudah merasa mampu menyelenggarakannya, jadi tidak berpatokan pada umur bayi.

Upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup masih terus dilakukan diantaranya adalah khitanan/sunatan. Upacara khitanan ini biasanya diadakan bagi seorang anak laki-laki yang sudah memasuki masa akil baligh/dewasa. Biasanya khitanan ini dilaksanakan ketika anak berusia 10-13 tahun. Dalam upacara ini diadakan suatu pesta dengan mengundang sanak saudara dan kerabat serta tetangga sebagai pemberitahuan dan rasa syukur bahwa anak mereka telah mencapai tingkat kedewasaan. Upacara yang lain adalah upacara perkawinan. Upacara perkawinan merupakan upacara yang dianggap paling penting dalam siklus kehidupan manusia, karena setelah perkawinan tersebut seseorang akan menjalani kehidupan yang baru bersama dengan pasangan hidupnya.

Pelaksanaan Upacara perkawinan yang diadakan oleh masyarakat di desa ini tidak jauh berbeda dengan upacara perkawinan yang dilakukan orang Jawa pada umumnya. Dalam ritual perkawinan ini terdapat tahap-tahap yang harus


(50)

dilalui seperti, lamaran, dan masih banyak lagi tahap-tahap lain yang harus dilalui baik oleh kedua mempelai maupun keluarga kedua belah pihak. Dalam upacara perkawinan ini biasanya juga digunakan sebagai ajang untuk mempererat tali silaturahmi antar keluarga dan kerabat, karena biasanya dalam upacara perkawinan ini seluruh kerabat baik yang dekat ataupun kerabat jauh diundang untuk memberikan doa restu pada kedua mempelai. Karena upacara perkawinan ini merupakan upacara paling penting dalam siklus hidup seseorang maka biasanya upacara ini diadakan semeriah mungkin. acaranya biasanya berlangsung dua hari satu malam. apabila yang memiliki hajat ini berasal dari keluarga mampu maka biasanya upacara ini diselenggarakan secara meriah dengan mengadakan suatu pertunjukan dangdutan/orkesan.

Upacara yang bernuansa kesedihan adalah upacara kematian. Bagi masyarakat Desa Lalang yang masih mempercayai akan adanya kekuatan-kekuatan. roh nenek moyang, akan selalu melakukan suatu ritual upacara apabila ada kematian. Upacara ini dilaksanakan sebagai tanda penghormatan dan untuk mendoakan keluarga atau orang yang meninggal tersebut. Upacara ini dilakukan sejak prosesi pemakaman dan berlanjut sampai hari ke 1000 orang tersebut meninggal. Selamatan ini dilakukan untuk menjaga kesinambungan antara keluarga dengan orang yang sudah meninggal itu. Menurut kepercayaan mereka sebelum hari keseribu orang tersebut meninggal, arwahnya masih berada disekitar keluarga yang ditinggalkan sehingga supaya arwah orang yang meninggal tersebut tidak mengganggu dan tenang dialamnya maka diadakan upacara tahlilan dan selamatan yang ditujukan kepada arwah tersebut


(51)

Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah seorang informan.

“Kalau ada orang meninggal tidak diselamati nanti arwahnya mengganggu orang yang masih hidup karena minta dikirimi doa.”

Pada hari pertama orang meninggal sebelum jenazah dimakamkan, warga berdatangan kerumah duka sebagai wujud rasa bela sungkawa atas meninggalnya anggota keluarga tersebut. Biasanya para perempuan datang dengan membawa beras atau uang untuk membantu meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. Kemudian pada malam harinya diadakan tahlilan di rumah duka dengan membaca yasin, dzikir dan tahlil untuk mendoakan arwah orang yang meninggal agar diampuni dan diterima disisi Allah SWT. Tahlilan ini dilakukan selama tiga malam berturut-turut. Selamatan kemudian dilanjutkan pada hari. ke-7 setelah kematian, kemudian berturut-turut adalah 40 hari, 100 hari, dan yang terakhir adalah 1000 hari.


(52)

BAB III

INDUSTRI PT. INALUM DAN PENGARUHNYA

PADA MASYARAKAT DESA

3.1Gambaran Umum Industri PT. Inalum

PT. Inalum berada Di Desa Kuala Tanjung Indah, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara, Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan Sei Suka adalah pemekaran dari Kecamatan Medang Deras, yang diresmikan pada akhir tahun 2002. Pemekaran ini dilakukan karena daerah ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. meningkatnya pertambahan penduduk di sekitar kawasan industri dan pembangunan di sektor perindustrian termasuk Desa Lalang yang lokasinya sangat dekat dengan industri Inalum. Sebelumnnya daerah ini terisolir, jalan yang adapun masih merupakan jalan setapak dan tanah liat. Areal pabrik PT. Inalum sekarang sebelumnya adalah rawa milik masyarakat setempat yang dibebaskan oleh PT.Inalum dengan harga yang relatif murah. Setelah dilakukan pengurukan sedalam kurang lebih 2 meter, baru PT. Inalum membangun pabriknya dan sarana penunjangnya di atas lahan seluas 200 Ha. Sejak itu daerah ini mengalami perubahan secara fisik.

Perkembangan di daerah ini makin meningkat setelah PT. Inalum melakukan proyek pembangunan jalan dan sarana lainnya untuk kepentingan pabrik peleburan Aluminium. Dengan adanya pembangunan sarana jalan, jarak antara lokasi pabrik PT. Inalum dengan Ibukota Propinsi Sumatera Utara adalah l10 Km. Desa Lalang menjadi pusat perhatian dalam penelitian, terutama karena


(53)

wilayahnya relatif dekat dengan lokasi PT. Inalum. Sebelum PT. Inalum berdiri, pada umumnya mata pencaharian masyarakat setempat berasal dari pertanian sawah, tegalan, perkebunan karet dan nelayan yang dilakukan secara tradisional. Tingkat pendidikan masyarakat pun masih relatif rendah. Pada saat itu, hanya 4 orang yang berpendidikan tamat SMU.

3.3.1. Sejarah Berdirinya PT. Inalum.

Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai Asahan yang mengalir dari Danau Toba untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami kegagalan pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Republik Indonesia bertekad mewujudkan pembagian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sungai tersebut. Tekad itu semakin kuat ketika tahun 1992 Pemerintah menerima studi kelayakan proyek PLTA dan Alumunium Asahan dari Nippon Koei, seluruh perusahaan konsultan Jepang.

Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA layak dibagian dengan sebuah peleburan alumunium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkan. Setelah melalui perundingan yang panjang dan dengan adanya bantuan ekonomi dari pemerintah Jepang untuk proyek ini, maka pada 7 Juli 1975 di Tokyo dan 12 perusahaan penanam modal Jepang menandatangani perjanjian induk untuk PLTA dan pabrik peleburan alumunium Asahan yang kemudian dikenal dengan sebutan Proyek Asahan. Selanjutnya kedua belas perusahaan penanam modal tersebut bersama pemerintah Jepang membentuk sebuah perusahaan dengan nama Nippon


(54)

Asahan Alumunium Co, Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25 Nopember 1975.

Pada pada tanggal 6 Januari 1976 didirikanlah PT. Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) sebuah perusahaan antara pmerintah Indonesia depan NAA Co, Ltd Di Jakarta. Perusahaan inilah yang membangun dan mengoperasikan proyek Asahan sesuai dengan perjanjian Induk. Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia dengan NAA Co, Ltd pada waktu perusahaan didirikan adalah 10% depan 90%. Pada bulan Oktober 1978. perbandingan tersebut berubah menjadi 25% dengan 75% sejak bulan Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%. Untuk melaksanakan ketentuan dalam perjanjian Induk, pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan Sk Presiden No. 5 tahun 1976 yang melandasi terbentuknya Otorita Pembagian Proyek Asahan sebagai wakil Pemerintah yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan pengembangan Proyek Asahan.

Inalum dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak dalam bidang industri peleburan alumunium dengan investasi sebesar 411 miliyar Yen, Investasi tersebut untuk membiayai pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di PLTA Sigura-gura dan dengan kapasitas terpanjang 603 MW, out put tetap sebesar 426 MW di out put puncak sebesar 513 MW. Tenaga listrik yang dihasilkan dipakai untuk industri alumunium di Kuala Tanjung. Sesuai dengan perjanjian Induk, kelebihan tenaga listrik dari kebutuhan perusahaan untuk operasi PLTA, pabrik peleburan dan sarana penunjang lainnya disalurkan kepada masyarakat melalui PLN dengan


(55)

batasan beban puncak 50 MW dan energi listrik sebesar 2186 Wh setiap tahun. Selesai bulan Oktober 1982, dan pembangunan kedua stasiun PLTA ini berada di wilayah Kabupaten Toba Samosir tenaga listrik yang dihasilkan kedua stasiun PLTA disalurkan ke pabrik pelebaran alumunium di Kula Tanjung melalui Jaringan Transmisi bertegangan tinggi 275 KV sepanjang 120 Km menembus daerah pegunungna, perkebunan dan dataran rendah yang melintasi Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan. Jaringan transmisi ini mempunyai 271 menara dengan sistem 2 saluran (circuit) digunakan untuk interkoneksi dengan jaringan 150 KV milik PLN Sumatera Utara yang titik Interkoreksinya berada di Kuala Tanjung.

Inalum membangun pabrik peleburan alumunium beserta prasarana pendukung produksinya diatas area seluas 20 ha di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara yang berjarakk lebih kurang 110 km daripada Ibukota Sumatera Utara. Pabrik peleburan denga kapasitas 225.000 ton alumunium per tahun, dibangun menghadap Selat Malaka. Pembangunannya dimulai tanggal 8 Juli 1979 sedang tahap operasinya dimulai tanggal 20 Januari 1982. Pada tanggal 14 Oktober 1982, Inalum mengekspor produk perdananya sebesar 4.800 ton alumunium ingot ke Jepang. Sejak itu Indonesia tercatat sebagai salah satu negara pengekspor alumunium di dunia produksi ke sejuta ton dicapai pada tanggal 8 Februari 1988, produksi kedua juta ton tanggal 2 Juni 1993 dan pada tanggan 12 Desember 1997 dihasilkan produksi ketiga juta ton.

Produk Inalum menjadi komoditas ekspor depan tujuan utama ke Jepang dan juga dipasarkan untuk konsumsi dalam negeri. Umumnya produsen dalam


(56)

negeri menggunakan alumunium untuk industri kini terpasti produk ekstrusi, kabel dan lembaran alumunium. Produk Inalum telah mendapat ISO 9002, Qualify Certification, sebuah Thendor International untuk jaminan mata produksi, instruksi dan service. Alumunium ingot produksi makin mempunyai tingkat kemurnian 99,7%, 99,85% dan 99,92%. Peleburan alumunium INALUM di Kuala Tanjung memproses alumunium menjadi logam alumunium dengan memakai alunima, karbon dan tenaga listrik sebagai bahan baku utamanya. Perlu pula dicatat bahwa alumia dan karbon adalah impor terutama dari Jepang.

Pada industri peleburan ini terdapat 3 bagian utama untuk proses produksi yaitu bagian Tungku Reduksi, Bagian Karbon dan Bagian Penuangan serta fasilitas penunjang. Untuk menunjang kelancaran operasi, perusahaan juga memiliki banyak di pabrik peleburan guna memperbaiki peralatan, mesin-mesin, kendaraan yang rusak dan lain-lain di pabrik peleburan. Disini ¡uga dibangun 3 silo untuk menyimpan masing-masing dengan kapasitas 20.000 ton serta 20 silo penyimpanan dengan kapasitas 28.000 ton. Pabrik peleburan juga memiliki bangunan kantor seluas 3.300 M2, kantin, rumah ibadah.

3.2. Kebijakan PT. Inalum Terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Pihak PT. INALUM menyadari bahwa kelancaran operasionalnya sangat bergantung kepada masyarakat sekitar. Sehubungan dengan itu, pihak Inalum melakukan upaya-upaya yang berhubungan dengan masyarakat sekitar.


(57)

3.2.1. Pengendalian Dampak Lingkungan

Inalum juga memperhatikan pengendalian polusi guna mencegah dampak operasi peleburan. Investasi cukup besar telah dilakkan untuk manajemen lingkungan berkaitan dengan aktivitas peleburan, terutama sekali untuk sistem pengendalian emisi yang merupakan bagian yang tak terpisahkan denga pengoperasian pabrik. Pabrik peleburan dilengkapi dengan sistem pembersih gas untuk menghindari pencemaran gas untuk menghindari pencemaran gas buang termasuk florida dan debu yang keluar dari tungku reduksi serta SOx dan ter dari proses penanggungan anoda. Pabrik juga dilengkapi dengan 27 unit pembersih gas kering yang dihubungkan ketiga gedung reduksi untuk membersihkan emisi gas yang keluar dari tungku reduksi. Untuk membersihkan emisi gas, alumina, disemprolkan ke aliran gas yang mengandung florida. Hampir semua florida dalam gas yang bereaksi dengan alumina dan terserap.

Alumina yang mengandung florida serta partikel-partikel lain tersebut kemudian dimasukkan kembali kedalam tungku reduksi sementara gas yang telah bersih dikeluarkan melalui cerobong. Sistem recoven/ dan recycling dari florida ini tidak saja bermanfaat bagi pengendalian dampak lingkungan, tetapi juga merupakan penghematan yang cukup besar yang hampir dapat menutup biaya pengoperasian pembersih gas kering. Perusahaan menerapkan konsep R-3 (Reduction, Recovery dan Recycling). Material-material yang terlibat, baik dari bahan baku sampai produk akhir dapat dimanfaatkan kembali dalam rangkaian proses produksi. Selain itu, perusahaan ¡uga mengadakan pemantauan terhadap zat-zat baik dilingkungan pabrik maupun disekitarnya. Pemantauan ini dilakukan


(58)

secara berlaku terhadap emisi florida yang terdapat di udara, pada tumbuhan dan ditanah serta SO x yang terdapat di udara. Pemantauan terhadap kualitas air juga dilakukan secara cermat.

Sumbangsih PT. Inalum Terhadap Masyarakat Desa Lalang

3.2.2. Fasilitas Pelabuhan

Untuk kegiatan impor bahan baku dan produknya, perusahaan telah membangun sebuah pelabuhan pada bagian Timur pabrik pelabuhan dengan 3 buah dermaga yakni Dermaga A, B dan C. Dermaga ini dibangun menjorok sepanjang 2,5 Km ke tengah laut dengan jembatan yang menghubungkannya ke darat. Pelabuhan ini mempunyai kapasitas muat sebesar 1500-2000 MT/hari dan kapasitas bongkar sebesar -4600 MT/hari Dermaga A dengan kapasitas 25.000 DWT dipakai khusus untuk membongkar bahan baku dan bahan-bahan keperluan operasi pabrik lainnya. Dermaga B dengan kapasitas 16.000 DWT dipakai untuk pengapalan dan dermaga C yang digunakan untuk membongkar perolehan pada masa pembangunan proyek, guna kepentingan umum, diserahkan kepada pemerintah pada tanggal 24 April 1 984.

3.2.3. Perumahan Karyawan

Guna memberikan akomodasi bagi karyawan, perusahaan membangun dan menyediakan fasilitas perumahan serta prasarana lainnya untuk menciptakan rasa aman, nyaman dan membangkitkan semangat serta kegairahan bagi karyawan dan keluarganya. Dilokasi PLTA di Paritohan, perusahaan membangun pemukiman


(59)

diatas tanah seluas 80 Ha, dilengkapi dengan perumahan, fasilitas olahraga dan kesenian, klinik, sekolah, tempat peribadatan. Kira-kira 16 Km dari pabrik peleburan perusahaan membangun sebuah kota kecil seluas 200 Ha.

Kota yang pembangunannya dimulai tahun 1978, diresmikan tanggal 20 Januari 1982. Kota ini kemudian diberi nama Tanjung Gading. Di kota ini perusahaan membangun 1.340 unit rumah tempat tinggal karyawan yang telah berkeluarga serta 7 asrama bagi karyawan yang belum berkeluarga. Fasilitas perkotaan juga disediakan untuk penghuninya, seperti balai pertemuan, mesjid, gereja, kantor pos, fasilitas telekomunikasi dan rumah sakit. Perusahaan juga menyediakan fasilitas olahraga dan rekreasi seperti lapangan sepak bola, lapangan tennis, lapangan voli, padang golf, kolam renang dan danau buatan. Sedang untuk pendidikan, karyawan dapat menyekolahkan anak-anaknya di TK, SD dan SMP Negeri serta SMU Yayasan Mitra.

3.2.4. Prasarana Jalan

Lokasi pabrik pelebaran alumunium dan PLTA pada mulanya terletak didaerah yang terisolir dan pada waktu itu untuk tiba di tempat yang dituju membutuhkan waktu yang relatif lama. Untuk memperlancar transportasi, Inaiurn telah memperbaiki jalan-jalan yang ada, mengganti jembatan-jembatan yang telah tua dan membangun jalan-jalan baru. Di daerah PLTA, perusahaan melakukan perbaikan dan peningkatan jalan antara Siraituruk dan Paritohan dengan secara tetap melakukan pemeliharaan jalan yang menghubungkan Paritohan-Siguragura-Tongga-Bandar Baru. Sedangkan didaerah pabrik pelebaran, dibangun ¡alan


(60)

penghubung (access road) sepanjang 1 6,5 Km dari persimpangan jalan propinsi antara Tebing Tinggi-Kisaran menuju ke pabrik peleburan. Jalan penghubung ini tidak saja digunakan oleh Inaiurn tetapi juga masyarakat.

3.2.5. Kebijakan Bidang Pendidikan

Kehadiran Inalum di daerah ini telah dirasakan masyarakat terutama sejak 7 tahun belakangan ini. OK Dahlan (49 tahun) tokoh masyarakat menyatakan bahwa secara tidak langsung pengaruh induk bagi masyarakat adalah makin terbukanya cakrawala berpikir mereka terhadap dunia yang lebih luas, karena dimungkinkan oleh terbukanya komunikasi yang membawa masyarakat setempat kepada dunia lain yang selama ini merupakan suatu hal yang mustahil

Masyarakat setempat sebelumnya hidup semata-mata dari sector agraris/nelayan, kemudian dengan adanya pembangunan PT. Inalum mereka telah diantarkan kedunia jasa yaitu terbukanya kesempatan ikut serta dalam dunia usaha / berdagang dan sebagai karyawan di Inalum. Masuknya berbagai jenis peralatan teknologi modern kedatangan orang-orang pekerja dari berbagai daerah dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda pula telah membawa masyarakat kepada pola pergaulan baru dan memperindah mereka untuk mengikuti serta mengenal perkembangan dunia sekelilingnya.

Kepala Desa Lalang OK Bahrun (52 tahun) pun menyatakan bahwa kondisi pendidikan masyarakat setempat pada saat dimulainya pembanguna proyek PT. Inalum sangat memprihatinkan. Pada saat itu, hanya (6 orang) 1,5% penduduk kecamatan air penting yang berpendidikan SMU. Pada saat penelitian


(61)

ini dilakukan, jumlah penduduk yang berpendidikan SMU telah meningkat dengan drastis menjadi 40 orang (28%), bahkan telah ada beberapa orang yang telah menyelesaikan pendidikan diperguruan tinggi, khususnya pendidikan tinggi agama Islam di kota Medan.

Sebagian besar lulusan SMU tersebut telah bekerja di PT. Inalum dan perusahaan-perusahaan yang baru didirikan di daerah ini, seperti PT. Multi Nabati Asahan (PT MNA), yang memproduksi minyak goreng sawit "Sania". Peningkatan jumlah siswa SMU dari masyarakat setempat ini tidak terlepas dari bantuan-bantuan yang diberikan oleh PT. Inalum berupa pemberian beasiswa baik pada tingkat SD, SMP, SMU dan perguruan tinggi yang digalakkan sejak tiga tahun terakhir ini. Selain bantuan beasiswa, pihak Inalum juga memberikan sumbangan untuk renovasi sekolah-sekolah yang sudah tua dan sarana penunjang pendidikan lainnya berupa sarana olahraga dan alat peraga. Untuk meningkatkan pengetahuan teknologi dari kelompok masyarakat PT. Inalum juga mendirikan vocational training di Porsea dan Indrapura. Meskipun demikian, ada juga sekelompok kecil masyarakat yang merasa kurang beruntung dari PT. Inalum, diantaranya mereka yang tidak dapat ditampung bekerja di Inalum walaupun telah memperoleh pendidikan SMU. Ketika melakukan wawancara berupa seorang nara sumber S (54 tahun) diperoleh rekruitment pegawai baru di Inalum sangat tergantung kepada formasi. Apabila tidak ada yang pensiun atau mengundurkan diri maka sulit merekrut pegawai baru.


(62)

BAB IV

DAMPAK DAN TANGGAPAN MASYARAKAT ATAS KEBERADAAN INDUSTRI PT. INALUM

4.1. Dampak Sosial Atas Keberadaan P.T Inalum Terhadap Masyarakat

Dalam Bab ini selanjutnya akan dikemukakan bahwa PT. inalum membawa pengaruh terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat sekitar. Dalam hal ini adanya perkembangan baru, yaitu terciptanya interaksi masyarakat dengan PT. Inalum, interaksi antara masyarakat desa dan adanya perubahan dalam pemilikan tanah.

4.1.1. Interaksi Masyarakat dengan PT. Inalum

Hubungan antara masyarakat dengan Inalum mengalami dinamika pada awal pembangunan tercipta hubungan harmonis antara masyarakat dengan Inalum. Hal ini terjadi karena masyarakat setempat dapat bekerja pada proyek-proyek Inalum. Akan tetapi setelah proyek-proyek pembangunan telah selesai terjadilah ketidak harmonisan akibat adanya pemutusan hubungan kerja denga kontraktor-kontraktor Inalum. Keadaan ini sempat menimbulkan antipati masyarakat. Seorang nara sumber tokoh masyarakat F (56 tahun) menyatakan ketidakpuasan masyarakat sering dilampiaskan dengan cara mengganggu kendaraan-kendaraan karyawan PT. Inalum, merusak bangunan-bangunan milik Inalum bahkan ada yang mencuri peralatan milik Inalum dari lokasi pabrik peleburan. Ketegangan itu sempat berlangsung kira-kira 3 tahun. Hubungan itu kembali mencair, setelah


(63)

pihak Inalum berupaya berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, sekaligus memberikan bantuan pangan pada saat masyarakat mengalami masa panceklik menjelang tahun 2000, dan bantuan perbaikan jalan-jalan ke desa dan memberikan bantuan banjir pada awal tahun 2000 dan 2001.

Hubungan itu makin akrab, terutama setelah pihak Inalum memberikan bantuan pangan kepada rumah tangga-rumah tangga yang tidak mampu per bulan sebesar 30 kg beras yang disalurkan melalui kepala-kepala desa di daerah sekitar Kuala Tanjung. Upaya lainnya yang dilakukan adalah mengutamakan putra-putri daerah setempat untuk mengisi formasi karyawan di lingkungan PT. Inalum. Perubahan hubungan itu diakui juga oleh seorang informan H (47 tahun) yang kebetulan lokasi PT. Inalum berada di daerahnya, la mengatakan bahwa perbaikan hubungan itu juga berkaitan dengan mulai bergulirnya reformasi dan adanya kekhawatiran pihak Inalum, pengalaman buruk yang dialami oleh PT. Indorayon di Kabupaten Toba Samosir bisa saja menimpa mereka jika masyarakat setempat merasa tidak memiliki PT. Inalum.

Keakraban hubungan itu pun dirasakan ketika melakukan penelitian di daerah ini. Ketika melakukan kunjungan dibeberapa desa yang sedang melakukan perayaan 17 Agustus, saya melihat kehadiran pejabat-pejabat PT. Inalum seperti Direktur Umum dan Senior Deputy Manajer. Menurut sebagian besar masyarakat, dana pelaksanaan perayaan 17 Agustus sejak 2 tahun terakhir sebagian besar dari PT. Inalum.


(1)

memenuhi kebutuhan karyawan, seperti kebutuhan sehari-hari, di dalam komplek perumahan karyawan PT Inalum banyak dijumpai toko atau Supermarket yang dikelola oleh Koperasi karyawan PT Inalum. Usaha catering yang dahulunya dikelola oleh penduduk lokal, sekarang diambil alih pula oleh Kokafum, sehingga kesempatan kerja bagi penduduk sekitar berangsur-angsur mulai menipis, sementara untuk mencari pekerjaan lainnya tidaklah begitu mudah. Jadi sudah tidak membutuhkan mitra kerja yang berasal dari penduduk sekitar, tidak seperti pada waktu awal pembukaan atau masa konstruksi.

Lapangan-lapangan pekerjaan, seperti: sopir, tenaga kebersihan, juru masak, PT Inalum lebih cenderung menyerahkan pekerjaan itu kepada kontraktor dari luar daerah, sehingga bagi mereka yang ingin bekerja harus berhubungan dengan kontraktor tersebut. Tenaga-tenaga kerja seperti itu sering disebut "tenaga kontrak" yang mana mereka lebih bertanggung jawab kepada kontraktornya. Perubahan pekerjaan yang terjadi pada masyarakat sekitar PT Inalum, lebih terlihat ketika pada waktu pembukaan lahan dan masa konstruksi, mereka yang umumnya sebagai petani cenderung menjadi tenaga buruh atau tukang dan adapula yang sebagai pedagang.

Setelah masa konstruksi itu selesai, mereka mengalami kebingungan. Ada yang kembali menjadi petani/nelayan dan ada pula yang menganggur. Kemudian ada pula yang menjadi pedagang, dan bekerja di sektor informal seperti tukang ojeg, sopir angkutan, dan sebagainya. Ada juga beberapa penduduk lokal yang masih bertahan sebagai karyawan di PT Inalum di posisi level bawah antara lain:,


(2)

perkembangan daerah yang disebabkan oleh PT Inalum, telah mengakibatkan daerah menjadi ramai dan dinamis.

Kondisi ini menyebabkan adanya peluang- peluang usaha bagi penduduk lokal yang tadinya mayoritas menjadi petani ada beberapa penduduk yang beralih pekerjaan. Bagi mereka yang mempunyai tanah di pinggir jalan raya, yang tadinya nilai harganya rendah sekarang sudah menjadi tinggi harganya. Ada penduduk yang cenderung menyewakan tanahnya kepada orang lain yang dipergunakan untuk usaha membuka warung, dan ada pula yang menjual tanah kemudian uangnya dibelikan mobil angkutan yang dioperasikan di sepanjang jalan raya antara PT Inalum ke jalan negara penghubung kota Kisaran - Tebing Tinggi - Medan. Hai ini mengakibatkan bagi beberapa penduduk lokal yang berpindah pekerjaan yang tadinya sebagai petani/nelayan. Pada mulanya pekerjaan sebagai petani sebagai pekerjaan utama, akhirnya bergeser menjadi pekerjaan sambilan dan pekerjaan di sektor non pertanian misalnya: usaha jasa angkutan atau pedagang menjadi pekerjaan utama.

5.2. Saran

Berdasarkan uraian diatas saran dan rekomendasi penulis adalah sebagai berikut :

1. Pihak manajemen PT. Inalum arus menjalin kontak sosial secara kontinu dengan masyarakat sekitar, menyesuaikan diri dengan potensi sosial budayanya. Kontak sosial ini dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan lembaga-lembaga sosial yang ada seperti mejid, gereja,


(3)

koperasi, organisasi pemuda, dan organisasi-organisasi lainnya yang ada di Desa Lalang.

2. Pihak manajemen PT. Inalum hendaknya berupaya memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar baik di sektor formal maupun informal. Usaha-usaha tersebut antara lain seperti melayani kebutuhan sehari-hari karyawan, seperti menyediakan makanan, minuman dan memperioritaskan masyarakat sekitar untuk mengisi lowongan yang tersedia.

3. Pihak manajemen Industri hendaknya bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan pembinaan berupa penyuluhan di bidang sosial budaya seperti penyuluhan narkoba, miras, pelacuran/prilaku menyimpang dan pencurian.

4. Pihak manajemen Industri hendaknya bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan pendidikan dan latihan agar masyarakat sekitar dapat mendaur ulang limbah industrinya menjadi bermanfaat sebagai barang komoditi. Pembinaan ini dapat meningkatkan ekonomi rakyat, terutama masyarakat sekitar industri tersebut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A.B. Mountjoy. 1997. Industrialisasi dan Negara-negara Dunia Ketiga. Bina Aksara. Jakarta.

Barth, Frederik. 1969. Kelompok Etnis dan Batasannya. UI Press. Jakarta.

Behrendf, Richard F, 1974. Siasat Kemasyarakatan Bagi Negara Yang Sedang

Berkembang. Pradnya Paramita, Jakarta, hal 36

Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta:Ghalia Indonesia

Breman, Jan. 1986. Penguasaan Tanah dan Tenaga Kerja. Jakarta : LP3ES

Davis, Kingsley. 1960. Human Society. The Macmillan Company. New York.

Dube, S.C. 1988. Modernization and Development: The Search for Alternative

Paradigms. Zed Books Ltd, London.

Etzioni, A. & Halevy, Eva Etzioni- (eds). 1973. Social Changes: Sources,

Patterns andConsequences. Basic Books, New York.

Harper, Charles L. 1989. Exploring Social Change. Prentice Hall. New Jersey.

Hadi, Shudarto P. 1995. Aspek Sosial AMDAL, Sejarah, Teori dan Metode.


(5)

Kontjaraningrat. 1997. Pengantar Antropologi II. Rineka Cipta. Jakarta.

Marzali, Amri. 2005. Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Kencana. Jakarta.

Moore, Wilbert E. 1967. Order and Change. Essay in Comparative Sosiology.

Jhon Wiley and sons. New York.

_____, 2000. Social Change. The Macmillan Company. New York.

Pranaji, T. 2000. Strategi pengembangan Kelembagaan Agribisnis (Pengolahan

Hasil Perikanan). Makalah Seminar Sehari “Pemberdayaan Industri

Pengolahan Ikan di Indonesia”. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perikanan. 2 Agustus 2000.Jakarta.

______1999. Perekayasaan Sosio Budaya Dalam Percepatan Transformasi Masyarakat Pedesaan Secara Berkelanjutan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Sandy, I Made. 1985. Republik Indonesia Geografi Regional. Depdikbud. Jakarta.

Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial. Tiara Wacana. Yogyakarta.

Schoorl, J.W. 1980. Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara

Negara Sedang Berkembang. PT. Gramedia, Jakarta.


(6)

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers. Jakarta. Soemardjan, Selo. 1986. Perubahan Sosial di Yogyakarta. UGM Press.

Yogyakarta.

Sorokin, Pitirim A. 1957. Social and Cultural Dynamics. Sargent. Boston.

Sumber lain :


Dokumen yang terkait

Sistem Pengawasan Internal Terhadap Pembiayaan Pada Kantor Camat Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara

1 73 48

Penataan Permukiman Kumuh Di Dusun Sono Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara

5 43 89

Peranan Penyuluh Perikanan Terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Nelayan Di Kabupaten Asahan ( Studi Kasus: Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Asahan)

3 42 116

Analisis Dampak Pembangunan Jaringan Irigasi terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi pada Masyarakat Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara

27 161 85

Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Terhadap Lingkungan Rumah Tempat Tinggal Nelayan Di Desa Lalang Dan Desa Medang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara

9 109 122

Dampak Pembangunan Prasarana Jalan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi)

42 255 98

Memaknai Potensi Lompat Batu (Hombo Batu) Bagi Masyarakat Bawomataluo Nias Selatan Dari Budaya Tradisional Menjadi Budaya Wisata

10 116 132

PENGARUH PENGGUNAAN AIR BERSIH TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI DI KELURAHAN PANGKALAN DODEK KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATU BARA.

0 3 24

RESISTENSI MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI DI DESA LALANG KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATU BARA.

0 1 22

Sistem Pengawasan Internal Terhadap Pembiayaan Pada Kantor Camat Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara

0 0 20