Dampak Pembangunan Prasarana Jalan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DAMPAK PEMBANGUNAN PRASARANA JALAN TERHADAP

SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA

SKRIPSI

Diajukan Oleh

Immanuel Christian Mezis Sagala 050901056

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

ABSTRAK

Pembangunan dilaksanakan untuk mempermudah hidup masyarakat sehingga tidak cenderung bergantung pada satu aspek saja. Kegiatan pembangunan pada hakikatnya mengadakan perubahan ekosistem dan lingkungan hidup. Partisipasi masyarakat pedesaan sangat diperlukan bagi berhasilnya pembangunan, sehingga sekaligus dapat meningkatkan penghidupan masyarakat pedesaan. Setiap program pembangunan desa dimaksudkan untuk membantu dan memacu masyarakat desa membangun berbagai sarana dan prasarana desa yang dibutuhkan. Pembangunan infrastruktur diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pemerintahan serta mendorong perkembangan ekonomi wilayah dan menggerakkan kegiatan ekonomi rakyat di suatu kawasan dan sekitarnya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan, mempercepat kemajuan ekonomi perdesaan, memberikan akses bagi masyarakat pedesaan untuk berusaha, menciptakan lapangan kerja, memperlancar arus barang dan jasa, serta menjamin tersedianya bahan pangan dan bahan pokok lainnya.

Hal yang menjadi fokus penelitian adalah mengenai deskripsi dampak pembangunan prasarana jalan terhadap sosial ekonomi masyarakat Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif secara deskriptif yang mencoba melihat apakah ada pengaruh antara pembangunan prasarana jalan terhadap sosial ekonomi masyarakat Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi. Penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk mengetahui pengaruh dari pembangunan prasarana jalan yang telah dilaksanakan di Dusun Tanggiring terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan cara menganalisis data-data penelitian, baik hasil observasi maupun daftar pertanyaan yang telah disediakan di kuesioner, diperoleh bahwa pembangunan prasarana jalan di Dusun Tanggiring adalah suatu bentuk keinginan dari masyarakat untuk lebih berkembang sehingga segi sosial dan ekonomi dapat meningkat setelah dibangunnya prasarana jalan sebagai media penghubung antara dusun yang satu dengan yang lainnya dan dengan daerah lainnya. Pada akhirnya seluruh aktivitas masyarakat dapat dilaksanakan dengan lebih cepat, efisien, dan bermanfaat.

Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi diperoleh r hitung sebesar 0.6 yang

berarti terdapat hubungan antara prasarana jalan (X) dengan sosial ekonomi (Y), dengan tingkat hubungannya TINGGI. Berdasarkan uji “t” yang telah dilakukan maka didapatkan hasil antara thitung dengan nilai 6,525dan ttable 1.67, maka dapat

diketahui thitung > t tabel (6,525 > 1,67), hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan antara pembangunan prasarana jalan dengan sosial ekonomi masyarakat Dusun Tanggiring.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan ucapan syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yesus Kristus, Alpha dan Omega, atas kemurahan kasih-Nya yang mana telah melimpahkan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Dampak Pembangunan Prasarana Jalan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi)”.

Skripsi ini merupakan sebuah karya tulis ilmiah yang disusun guna melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana serta sebagai wahana untuk melatih diri dan mengembangkan wawasan berfikir dalam penulisan karya ilmiah ini.

Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini terjadi karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penulisan karya ilmiah. Namun berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan semaksimal mungkin.

Dengan berbagai bantuan, dalam hal ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.Dr. Baddarudin Rangkuti, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Ibu Dra. Rosmiani, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Kepada kak Nurbeti, kak Fenni Khairifa,S.Sos, selaku pegawai pendidikan FISIP USU Departemen Sosiologi dan kak Devi yang selalu membantu penulis dalam urusan administrasi yang berhubungan dengan perkuliahan hingga skripsi.

6. Untuk yang teristimewa ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya saya ungkapkan kepada kedua orang tua saya, Enget Sagala, SH (Ayah) dan Samaria Solin (Ibu) yang telah memberikan kasih sayang dan memberikan dukungan secara moril dan spritual dalam penyelesaian skripsi ini. Tiada kata-kata yang dapat mengungkapkan betapa besar rasa terima kasih yang dapat saya sampaikan.

7. Untuk kakak – kakak saya, Ayaki Septina Theresia Sagala, Amd, SKM, Ezer Disan Mia Yuana Sagala, Am.Keb, dan DR. Asnat Purnama Sagala terima kasih atas dukungannya dalam berbagai bentuk sehingga mampu menyemangati saya untuk memberikan yang terbaik untuk keluarga.

8. Kepada ipar – ipar saya, Louis Frando Saragih, S.Sos dan Prayitno Hasugian, Amd, S.Sos terimakasih atas semua dukungan dan semangat yang telah diberikan untuk saya selama menyaelesaikan skripsi ini.


(5)

9. Untuk keponakan – keponakanku yang terkasih, Daniel Saragih dan Yehezkiel Hasugian yang telah memberikan saya inspirasi dalam penyelesaian pendidikan saya di Sosiologi USU.

10.Kepada seluruh keluarga yang tidak dapat saya tuliskan satu – persatu, Jimy, Friska, Mak Tua Beny, Tulang dan Nantulang Sam, Tulang dan Nantulang Josh, Samuel, beserta adik-adik, Timbul yang telah memberikan semangat, doa kepada saya selama ini.

11.Kepada Bapak Aston Sagala selaku kepala desa tempat saya melakukan penelitian, saya ucapkan terima kasih buat bantuan informasi dan data yang saya perlukan dalam penyelesaian skripsi ini dan untuk seluruh informan dalam penelitian ini, antara lain : Bapak Bernard Situmorang dan yang lainnya yang tidak dapat saya tuliskan satu – persatu.

12.Untuk teman-teman terkasih dan terbaikku, Wily Daparis Nugraha Sianturi, , Edward Simamora, Chandra Anakampun, David Hutahayan, Wendi Suprapto Padang,A.Md, Suko Amrih Wibowo,S.Sos, Juinto Bancin, terima kasih atas dukungan semangat berjuang dari kalian dan pertemanan kita selama di bangku perkuliahan tak mungkin saya lupakan.

13.Untuk seluruh teman-teman seperjuangan Sosiologi stambuk 2005, M. Muhadi, S.Sos, Gorenty Okseva Manurung, Yenni Suryani Sijabat, Lenny Simatupang, S.Sos, Ade Rahma Ayu, Prima Dafrina Hutagalung, Irene Butar-Butar, Ignatius Sihotang, Indra Antian Sitompul, Boby Andrian Nainggolan dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan seluruh teman-teman stambuk 2004 terima kasih buat semuanya yang telah


(6)

banyak membantu saya. Semoga tetap semangat dan selamat berjuang hingga akhir nya nanti dapat menyelesaikan pendidikan di Sosiologi USU.

14.Untuk teman terbaik dalam kehidupan saya dan sekaligus kekasih yang saya sayangi Herty Ramayanti Sinaga, terimakasih atas semua bantuan, nasihat dan semangat yang telah diberikan pada saya sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan di Sosiologi USU.

Seperti kata pepatah Tiada Gading Yang Tak Retak, demikian pula dengan skripsi ini dengan berbagai ketidaksempurnaannya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima koreksi serta saran-saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Akhir kata semoga substansi di dalam skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 10

1.3.Tujuan Penelitian ... 11

1.4.Manfaat Penelitian ... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Pembangunan Desa ... 12

2.2. Defenisi Konsep ... 16

2.3. Operasional Variabel ... 18

2.4. Hipotesis ... 20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 21

3.2. Lokasi Penelitian ... 21


(8)

3.4. Teknik Penentuan Skor ... 23

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.6. Teknik Analisa Data ... 26

3.7. Jadwal Penelitian... 27

3.7. Keterbatasan Penelitian ... 27

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1. Deskripsi Daerah Lokasi Penelitian ... 29

4.2. Deskripsi Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Dusun Tanggiring ... 33

4.3. Temuan Data Di lapangan ... 35

4.4. Analisis Data ... 56

4.4.1. Pembangunan Prasarana Jalan ... 56

4.4.2. Sosial Ekonomi Masyarakat ... 60

4.5. Dampak Pembangunan Prasarana Jalan terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Dusun Tanggiring, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi ... 67

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 73

5.2. Saran ... 74


(9)

LAMPIRAN • Kuesioner

• Pengajuan Usulan Judul Proposal Skripsi.

• Surat Keputusan Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU Tentang Pengangkatan Dosen Pembimbing Penulisan Proposal Skripsi dan Skripsi. • Lembar Bimbingan Proposal dan Skripsi.

• Izin Penelitian ke Desa Pegagan Julu VIII, Dusun Tanggiring. • Surat Keterangan dari Kepala Desa Pegagan Julu VIII.

• Foto Dokumentasi Lapangan. • Daftar Riwayat Hidup.


(10)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Halaman TABEL

Tabel 4.1. Komposisi Jenis Pekerjaan Masyarakat Dusun Tanggiring ... 33

Tabel 4.2. Tabel Komposisi Tingkat Pendidikan Dusun Tanggiring ... 34

Tabel 4.3. Tabel Sarana di Dusun Tanggiring ... 34

Tabel 4.4. Kondisi bangunan rumah masyarakat di Dusun Tanggiring ... 35

Tabel 4.5. Kondisi Jalan ... 36

Tabel 4.6. Pelaksanaan Kegiatan ... 36

Tabel 4.7. Kelancaran Sarana Transportasi ... 37

Tabel 4.8. Hubungan Masyarakat ... 38

Tabel 4.9. Kerjasama Masyarakat ... 38

Tabel 4.10. Hubungan Antar Masyarakat ... 39

Tabel 4.11. Pelaksanaan Kegiatan Gotong-Royong ... 40

Tabel 4.12. Pelaksanaan Adat Istiadat ... 40

Tabel 4.13. Perubahan Sistem Tradisi Masyarakat ... 40

Tabel 4.14. Perubahan Gaya Hidup Masyarakat ... 41

Tabel 4.15. Pelaksanaan Program Pemerintah ... 42

Tabel 4.16. Akses Terhadap Informasi Perkembangan Di Luar Dusun ... 43

Tabel 4.17. Akses Terhadap Pendidikan ... 44

Tabel 4.18. Akses Bersekolah Bagi Anak-Anak ... 44


(11)

Tabel 4.20. Pengadaan Fasilitas Umum ... 46

Tabel 4.21. Fasilitas Pendidikan Sekolah ... 46

Tabel 4.22. Kelancaran Distribusi Hasil Pertanian ... 47

Tabel 4.23. Kemudahan Akses Penjualan Hasil Panen ... 48

Tabel 4.24. Kemudahan Mendapatkan Informasi Harga Barang Kebutuhan ... 48

Tabel 4.25. Pendapatan Penduduk Dusun ... 49

Tabel 4.26. Pengeluaran Untuk Kebutuhan Hidup ... 50

Tabel 4.27. Kebutuhan Hidup Masyarakat... 50

Tabel 4.28. Keinginan Masyarakat Membeli Barang Selain Kebutuhan Sehari-hari ... 51

Tabel 4.29. Kemudahan Untuk Membeli Barang Kebutuhan ... 52

Tabel 4.30. Kemudahan Untuk Mengetahui Harga Jual Hasil Panen ... 53

Tabel 4.31. Kemudahan Untuk Memperoleh Pupuk Pertanian ... 53

Tabel 4.32. Keuntungan Untuk Menjual Hasil Panen Langsung Ke Kota . 54 Tabel 4.33. Keinginan Mencari Pekerjaan Ke Daerah Lain ... 55

Tabel 4.34. Keinginan Orang Tua Untuk Menyekolahkan Anak-anaknya Ke Luar Daerah ... 56

Tabel 4.35. Penerimaan atas Pendekatan Pembangunan Desa pada Elit Desa ... 59

GAMBAR Gambar 4.1. Peta Desa Pegagan Julu VIII (Lokasi Penelitian di Dusun Tanggiring) ... 32


(12)

ABSTRAK

Pembangunan dilaksanakan untuk mempermudah hidup masyarakat sehingga tidak cenderung bergantung pada satu aspek saja. Kegiatan pembangunan pada hakikatnya mengadakan perubahan ekosistem dan lingkungan hidup. Partisipasi masyarakat pedesaan sangat diperlukan bagi berhasilnya pembangunan, sehingga sekaligus dapat meningkatkan penghidupan masyarakat pedesaan. Setiap program pembangunan desa dimaksudkan untuk membantu dan memacu masyarakat desa membangun berbagai sarana dan prasarana desa yang dibutuhkan. Pembangunan infrastruktur diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pemerintahan serta mendorong perkembangan ekonomi wilayah dan menggerakkan kegiatan ekonomi rakyat di suatu kawasan dan sekitarnya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan, mempercepat kemajuan ekonomi perdesaan, memberikan akses bagi masyarakat pedesaan untuk berusaha, menciptakan lapangan kerja, memperlancar arus barang dan jasa, serta menjamin tersedianya bahan pangan dan bahan pokok lainnya.

Hal yang menjadi fokus penelitian adalah mengenai deskripsi dampak pembangunan prasarana jalan terhadap sosial ekonomi masyarakat Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif secara deskriptif yang mencoba melihat apakah ada pengaruh antara pembangunan prasarana jalan terhadap sosial ekonomi masyarakat Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi. Penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk mengetahui pengaruh dari pembangunan prasarana jalan yang telah dilaksanakan di Dusun Tanggiring terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan cara menganalisis data-data penelitian, baik hasil observasi maupun daftar pertanyaan yang telah disediakan di kuesioner, diperoleh bahwa pembangunan prasarana jalan di Dusun Tanggiring adalah suatu bentuk keinginan dari masyarakat untuk lebih berkembang sehingga segi sosial dan ekonomi dapat meningkat setelah dibangunnya prasarana jalan sebagai media penghubung antara dusun yang satu dengan yang lainnya dan dengan daerah lainnya. Pada akhirnya seluruh aktivitas masyarakat dapat dilaksanakan dengan lebih cepat, efisien, dan bermanfaat.

Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi diperoleh r hitung sebesar 0.6 yang

berarti terdapat hubungan antara prasarana jalan (X) dengan sosial ekonomi (Y), dengan tingkat hubungannya TINGGI. Berdasarkan uji “t” yang telah dilakukan maka didapatkan hasil antara thitung dengan nilai 6,525dan ttable 1.67, maka dapat

diketahui thitung > t tabel (6,525 > 1,67), hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan antara pembangunan prasarana jalan dengan sosial ekonomi masyarakat Dusun Tanggiring.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini telah terjadi proses pembangunan di dalam kehidupan masyarakat. Pembangunan dilakukan guna menunjang dan meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Segala aspek–aspek dan segi kehidupan masyarakat mengalami berbagai perkembangan baik dari yang terkecil hingga yang terbesar. Keseluruhan itu merupakan bentuk keinginan masyarakat untuk menuju ke arah yang lebih baik.

Pembangunan pada umumnya berawal dari masyarakat dan akhirnya diperuntukkan kepada masyarakat. Masyarakat tidak bertindak sendiri dalam pelaksanaan pembangunan, tetapi mayarakat diatur dan dikendalikan oleh pemerintah agar tidak terjadi penyalahgunaan dan tumpang tindih dalam pembangunan.

Pembangunan dilaksanakan untuk mempermudah hidup masyarakat sehingga tidak cenderung bergantung pada satu aspek saja. Kegiatan pembangunan pada hakikatnya mengadakan perubahan ekosistem dan lingkungan hidup. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan).

Program pembangunan yang tepat akan memberikan hasil yang baik dan efektif terhadap masyarakat. Dalam hal ini diperlukan kerja sama yang baik dan bersinergi antara pemerintah dengan masyarakat sehingga pembangunan yang diharapkan dapat terlaksana.


(14)

Pada pembangunan prasarana dan sarana, kebijakan diarahkan pada pembangunan dan peningkatan infrastuktur pemerintahan, ekonomi dan pelayanan publik dengan tujuan untuk mendukung pengembangan wilayah, terutama wilayah yang belum tersentuh pembangunan, pusat-pusat pemerintahan, kawasan pengembangan ekonomi rakyat dan kawasan-kawasan tumbuh cepat.

Pada kenyataan nya, pembangunan yang telah banyak dilakukan di pedesaan tidak begitu mulus seperti yang diharapkan. Sehingga kondisi desa di Indonesia masih bisa dikatakan tetap miskin dan terbelakang. Keadaan seperti itu menurut McCawley (1982:14-15) diakibatkan oleh penjelasan sebagai berikut :

“Di desa hubungan sosial di pedesaan cenderung untuk bercorak “feodal” (untuk memakai sebuah kata yang sering digunakan oleh orang-orang Indonesia sendiri) dalam arti keluarga-keluarga pemilik tanah yang relatif kaya biasanya sangat berpengaruh dalam kehidupan politik di desa dan mempertahankan sikap paternalistik terhadap rakyat di bawah asuhan mereka. Struktur yang hirarkhis itu malahan mendorong timbulnya perasaan tak berdaya serta anggapan bahwa kekuatan-kekuatan yang menentukan hidup seseorang pada umumnya berada di luar kekuasaannya; hal ini mendorong timbulnya perasaan bahwa tak ada gunanya untuk mengadakan perasaan bahwa tak adanya gunanya untuk mengadakan perencanaan untuk masa depan; oleh karena yang menentukan jalan hidup seseorang dan jalan hidup orang-orang yang dicintainya adalah kekuatan birokratis paternalistik yang samar-samar dan kekuatan-kekuatan nasib yang lebih samar-samar lagi.” (Yustika, 2002 : 107-108).

Kurang lebih 81,2% wilayah Indonesia adalah wilayah pedesaan. Pada saat ini terdapat kurang lebih 63.058 desa yang tersebar pada 3329 kecamatan, 295 kabupaten


(15)

/ kotamadya, di dalam berbagai wilayah provinsi di seluruh Indonesia. Berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat teknologi penduduknya, wilayah desa masih tergolong dalam wilayah yang tidak luas, corak kehidupan yang agraris dan sederhana.

Selain itu, desa juga mempunyai jumlah penduduk yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan wilayah – wilayah di atasnya.

Adapun unsur – unsur desa adalah :

1. Daerah, meliputi : tanah-tanah produktif dan yang tidak beserta penggunaannya, lokasi,luas dan batasnya.

2. Penduduk, meliputi : jumlah, pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian masyarakat setempat.

3. Tata kehidupan, meliputi : pola tata pergaulan dan iktan-ikatan pergaulan warga desa.

Sedangkan ciri – ciri kehidupan masyarakat desa adalah : 1.Konflik dan persaingan

2.Kegiatan bekerja

3.Sistem tolong-menolong 4.Gotong royong

5.Musyawarah dan jiwa musyawarah (Sajogyo & Pudjiwati,1995:24)

Maju mundurnya desa sangat ditentukan oleh ketiga unsur di atas dan yang paling utama ditentukan oleh faktor usaha manusia ( human efforts) dan tata geografi (geographical setting) namun yang paling utama bahwa pada dasarnya tiap-tiap desa


(16)

mempunyai tingkat kemakmuran dan kemajuan penduduk yang berbeda-beda. (Bintarto,1983:14).

Dalam rumusan pembangunan nasional tersebut ditetapkan bahwa pembangunan nasional tersebut ditetapkan bahwa pembangunan masyarakat desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Secara lebih khusus pembangunan masyarakat desa memiliki beberapa pengertian, antara lain :

- Pembangunan masyarakat desa berarti pembangunan masyarakat tradisional menjadi manusia modern (Horton dan Hunt, 1976, Alex Inkeles, 1965).

- Pembangunan masyarakat desa berarti membangun swadaya masyarakat dan rasa percaya pada diri sendiri (Mukerjee dalam Bhattacharyya, 1972).

- Pembangunan pedesaan tidak lain dari pembangunan usaha tani atau membangun pertanian (Mosher, 1974, Bertrand, 1958).

Di samping batasan-batasan tersebut, pembangunan desa di Indonesia memiliki arti : pembangunan nasional yang ditujukan pada usaha peningkatan taraf hidup masyarakat pedesaan, menumbuhkan partisipasi aktif setiap anggota masyarakat terhadap pembangunan, dan menciptakan hubungan yang selaras antara masyarakat dengan lingkungannya (berdasar GBHN dan Repelita-repelita) (Rahadjo, 1999 : 194).

Partisipasi masyarakat pedesaan sangat diperlukan bagi berhasilnya pembangunan, sehingga sekaligus dapat meningkatkan penghidupan masyarakat pedesaan. Setiap program pembangunan desa dimaksudkan untuk membantu dan


(17)

memacu masyarakat desa membangun berbagai sarana dan prasarana desa yang dibutuhkan. Pembangunan infrastruktur diharapkan dapat meningkatkan pelayanan pemerintahan serta mendorong perkembangan ekonomi wilayah dan menggerakkan kegiatan ekonomi rakyat di suatu kawasan dan sekitarnya, meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan, mempercepat kemajuan ekonomi perdesaan, memberikan akses bagi masyarakat pedesaan untuk berusaha, menciptakan lapangan kerja, memperlancar arus barang dan jasa, serta menjamin tersedianya bahan pangan dan bahan pokok lainnya.

Indonesia yang merupakan negara dengan sumber daya alam yang sangat besar dengan posisi geografis yang sangat strategis dan iklim yang memungkinkan untuk pendayagunaan lahan sepanjang tahun, hutan dan kandungan bumi yang sangat kaya, merupakan modal utama untuk kemakmuran rakyatnya. Akan tetapi, hingga saat ini potensi besar itu belum secara nyata memberikan kemakmuran bagi rakyatnya. Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup banyak, yang ditandai dengan kerentanan, ketidakberdayaan, keterisolasian, dan ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi.

Pada akhirnya, kondisi tersebut mengakibatkan hal – hal seperti : (i) tingginya beban sosial ekonomi masyarakat

(ii) rendahnya kualitas dan produktivitas sumber daya manusia (iii) rendahnya partisipasi aktif masyarakat

(iv) menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat


(18)

(v) kemungkinan merosotnya mutu generasi yang akan datang.

Penyediaan infrastruktur desa dilaksanakan dengan maksud pembukaan akses dan mendukung kegiatan produksi, ekonomi, dan sosial yang merupakan komponen penting dalam pengembangan desa.

Dengan tercapainya hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa karena terbukanya kawasan dari keterisolasian desa dan meningkatnya arus keluar masuk barang, terjaminnya air irigasi, dan air minum sebagai kebutuhan dasar, serta prasarana desa lainnya yang akan menunjang meningkatnya produksi dan produktivitas masyarakat desa, serta akan memperkuat komoditi ekonomi desa yang potensial untuk berkembang.

Adapun jenis prasarana desa yang dapat dibangun adalah :

1. Prasarana yang mendukung aksesibilitas serta mengurangi keterisolasian, yaitu: jalan desa dan jembatan desa.

2. Prasarana yang mendukung kegiatan peningkatan produksi pangan, yaitu: lumbung, air tanah, bendungan sederhana, dan irigasi desa.

3. Prasarana untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat desa, yaitu: penyediaan

air minum.

Pembangunan merupakan salah satu cara untuk membuka keterisolasian suatu daerah agar lebih optimal pemanfaatan dan pengolahan segala sumber daya yang terdapat di dalamnya. Pembangunan prasarana jalan oleh pemerintah menandakan bahwa suatu daerah mulai bergerak menuju pembangunan. Pembangunan jalan pada umumnya dilakukan pada wilayah perkotaan dan pedesaan. Pada wilayah perkotaan,


(19)

pembangunan jalan biasanya dilakukan guna memperlancar aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat.

Pada wilayah pedesaan pembangunan jalan dilakukan untuk membuka segala akses yang menyangkut kehidupan masyarakat di dalamnya sehingga mampu mencegah terisolirnya masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi.

Masyarakat akan merasakan berbagai dampak akibat dibangunnya prasarana jalan oleh pemerintah. Pemerintah melalui program pembangunan prasarana jalan raya bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat baik dari segi sosial maupun ekonomi. Pada masyarakat desa pembangunan prasarana jalan tentu akan sangat bermanfaat mengingat pada saat ini banyak wilayah pedesaan di Indonesia mengalami berbagai ketertinggalan dalam segala hal akibat belum tersedianya fasilitas jalan yang memadai. Sebagai akibatnya desa–desa tersebut menjadi terisolir dan sulit berkembang.

Adapun komponen kegiatan pembangunan infrastruktur pedesaan seperti : 1. jalan

2. usaha tani 3. saluran irigasi 4. pasar desa

Banyak program – program pembangunan desa yang telah dicanangkan pemerintah pusat baik melalui Pemerintah Tingkat I (Provinsi) maupun Pemerintah Tingkat II (Kabupaten). Tujuan diadakannya pembagunan tersebut tidak lain adalah agar tercapai kesejahteraan masyarakat. Keseluruhan wilayah pedesaan di Indonesia,


(20)

tidak terkecuali wilayah pedesaan di Provinsi Sumatera Utara juga mengalami berbagai proses pembangunan.

Objek dalam penelitian ini adalah Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi. Dusun tersebut merupakan salah satu dusun dari Desa Pegagan Julu VIII yang terdiri dari, 4 dusun : Dusun Tanggiring (324 KK), Dusun Tumanggor (506 KK), Dusun Juma Lubang (276 KK) dan Dusun Tumanggor Dolok (121 KK). Masyarakat dusun ini mayoritas bertani yaitu dengan mengerjakan sawah dan ladang. Adapun komoditas pertanian masyarakat meliputi : padi , kopi dan singkong.

Masyarakat dusun tesebut sangat kesulitan untuk menjual hasil pertanian mereka mengingat prasarana jalan di dusun itu masih sangat minim sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk memasarkan hasil pertaniannya ke kota mengingat kondisi jalan yang belum memadai. Kondisi jalan pada saat itu masih berbentuk jalan tanah yang sempit dan cenderung licin jika kondisi hujan. Jalan itu juga masih ditumbuhi oleh rumput–rumput dan ilalang yang tentunya sangat menghambat perjalanan masyarakat. Untuk menuju ke kota saja dibutuhkan waktu kurang lebih satu jam perjalanan, namun itu pun dengan menggunakan sepeda motor. Kendaraan roda empat seperti mobil sangat tidak mungkin untuk dapat melintasi jalan di desa tersebut mengingat kondisi jalan yang sempit, berbentuk jalan tanah yang sangat licin khususnya jika kondisi hujan.

Situasi demikian terjadi pada sekitar tahun 1980 dan pada akhirnya masyarakat meminta melalui kepala desa agar mengusulkan pembangunan jalan kepada Pemda Dairi. Namun pihak Pemda belum dapat memberikan kepastian pada


(21)

masyarakat hingga pada tahun 1984 dibangunlah jalan berupa jalan berbatu di desa tersebut. Hal demikian tidak banyak membantu masyarakat karena masyarakat tetap kesulitan memasarkan hasil pertaniannya ke kota khusunya jika kondisi hujan.

Kondisi demikian semakin dipersulit oleh minimnya sarana transportasi seperti mobil pengangkutan umum yang melintas dari desa tersebut. Para pemilik dan pengemudi kendaraan roda empat seperti mobil tidak berani mengambil resiko masuk ke desa tersebut karena kondisi jalan yang berbatu dan licin. Jika pun ada mobil yang masuk biasanya akan tergelincir, kandas di bebatuan dan akhirnya mengalami kerusakan. Tentunya banyak pemilik kendaraan tidak ingin kendaraanya rusak sehingga lebih memilih untuk tidak masuk ke Dusun Tanggiring. Adapun masyarakat yang dapat memasarkan hasil pertaniannya hanyalah masyarakat yang mampu membeli kendaraan roda dua, seperti : sepeda motor. Namun hal itu juga tidak terlalu menguntungkan mengingat sepeda motor hanya mampu membawa hasil pertanian dengan jumlah yang terbatas.

Masyarakat Dusun Tanggiring juga sangat kesulitan untuk melakukan aktifitas sosialnya, seperti : mengikuti acara pesta di desa sekitarnya dan berinteraksi dengan masyarakat desa lainnya. Hal itu diakibatkan karena masih belum memadainya prasarana jalan sehingga butuh waktu lama untuk menempuh perjalanan ke desa lain di sekitarnya. Masyarakat tetap berusaha meminta kepada pihak Pemda untuk melanjutkan pembangunan jalan di desa tersebut. Masyarakat yang sangat menginginkan terwujudnya pembangunan jalan di desa Tanggiring berusaha melakukan segala upaya agar permohonan mereka dapat didengarkan dan diwujudkan oleh pemerintah. Mereka beranggapan bahwa pembangunan jalan di desa itu sangat


(22)

penting mengingat jalan adalah satu-satunya cara untuk dapat melancarkan segala aktivitas warga baik secara sosial dan ekonomi.

Setelah mengalami berbagai kendala dan halangan dalam waktu yang cukup lama, pada pertengahan tahun 2002 akhirnya pihak Pemda melanjutkan pembangunan jalan di dusun itu. Jalan yang dulunya hanya dilapisi bebatuan besar dan kasar kemudian diubah dan dibangun menjadi jalan beraspal. Pada awal tahun 2003 pembangunan jalan di desa Tanggiring pun selesai, dan tentunya hal itu sangat menggembirakan karena dapat menunjang segala aktifitas sosial maupun ekonomi masyarakat yang dulunya sangat sulit dilakukan akibat keterbatasan prasarana jalan.

Oleh sebab itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti dan mengetahui dampak–dampak apa saja yang timbul dan dirasakan oleh masyarakat Desa Tanggiring selama kurang lebih enam tahun setelah dibangunnya prasarana jalan di desa tersebut. Setelah melalui perjalanan dan proses yang panjang untuk mewujudkan pembangunan jalan di Dusun Tanggiring, tentunya masyarakat dapat merasakan berbagai perbedaan di dalam aktifitas kesehariannya mengingat pada saat ini prasarana jalan di desa itu telah memadai.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana dampak pembangunan prasarana jalan terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul , Kabupaten Dairi ?


(23)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan pembangunan prasarana jalan di Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

Oleh sebab itu diharapkan dapat diperoleh penjelasan mengenai kondisi sosial dan ekonomi masyarakat dari sebelum dibangunnya jalan hingga setelah terwujudnya pembangunan jalan di Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang baik dan efektif terhadap perkembangan ilmu sosiologi khusunya terhadap sosiologi pembangunan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk para pembuat kebijakan dan khususnya terhadap masyarakat Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Pembangunan Desa

Teori pembangunan desa ditujukan guna meningkatkan produktifitas dan potensi wilayah desa. Adapun teori pembangunan desa, Rondinelli (1985) yang memprioritaskan integrasi desa kota, sangat terkait dengan pelaksanaan program pembangunan perdesaan. lnteraksi desa kota mempunyai arti penting dalam pembangunan perdesaan. Interaksi yang intensif antara desa kota, diperkirakan akan berdampak positif terhadap peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat. Hal ini akan terjadi jika prasarana transportasi antara desa kota telah memadai.

Salah satu program yang efektif dan telah diterapkan pada berbagai daerah pedesaan di Indonesia adalah Program P3DT. Program tersebut sebagai salah satu penjabaran dari program penanggulangan kemiskinan (Inpres No 4 tahun 1993) yang memberikan dukungan dalam hal pengadaan prasarana jalan dan jembatan untuk desa.

Secara spesifik sasaran kajian ini meliputi empat aspek yaitu:

1. aspek kemudahan masyarakat dalam melakukan pergerakan ke kota 2. pemasaran komoditas pertanian

3. memperoleh input produksi pertanian 4. memperoleh produk industri perkotaan.

Dengan adanya prasarana jalan desa yang memadai, masyarakat menjadi lebih mudah dalam melakukan pergerakan, pemasaran produksi pertanian. memanfaatkan


(25)

input produksi pertanian dan memperoleh komoditas industri perkotaan.

Selain itu, Albret Waterson juga mengemukakan bahwa pendekatan Top Down dalam pembangunan wilayah desa tidak akan berhasil dalam memenuhi kebutuhan sosial ekonomi masyarakat desa. Srategi yang hanya fokus terhadap unsur pertanian hanya akan menambah kekayaan bagi petani kaya yang mampu membeli input pertanian seperti : bibit unggul, pupuk, pestisida dan sebagainya. Hendaknya pemerintah sebagai pelaksana pembangunan mampu menciptakan kondisi yang harmonis antara program pembangunan dengan kehidupan masyarakat pedesaan.

Adapun elemen penting untuk keberhasilan masyarakat desa antara lain : 1. produksi padat karya

2. penggunaan surplus tenaga kerja di luar musim pertanian untuk membangun infrastruktur kecil-kecilan

3. penggunaan tenaga kerja untuk industri hasil pertanian ringan 4. memproduksi barang – barang dasar untuk hasil pertanian

5. memproduksi barang konsumsi ringan yang bersumber dari bahan mentah lokal

6. berdikari dan mandiri

7. diselenggarakan dan diatur oleh pemerintah

8. pencapaian tujuan akhir yang mandiri sehingga tidak terjadi kesenjangan dengan desa lain dan wilayah perkotaan. ( Mansour, 2001: 68 )

Secara sosiologis pembangunan pada masyarakat desa memiliki kaitan yang erat dengan Teori Fungsionalisme Struktural oleh Robert. K. Merton. Teori ini


(26)

menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan–perubahan dalam masyarakat. Adapun yang menjadi konsep utamanya adalah : fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan keseimbangan.

Masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian–bagian yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian masyarakat akan membawa perubahan juga terhadap bagian yang lain. Semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional terhadap masyarakat.

Robert . K . Merton mengemukakan bahwa :

1. Fungsi adalah akibat – akibat yang dapat diamati yang menuju adaptasi atau penyesuaian dalam suatu sistem.

2. Disfungsi adalah akibat – akibat negatif yang muncul dalam penyesuaian suatu sistem.

3. Fungsi manifest adalah fungsi yang diharapkan. 4. Fungsi laten adalah fungsi yang tidak diharapkan.

Suatu pranata tertentu dapat fungsional bagi suatu unit tertentu dan sebalikanya disfungsional terhadap unit sosial yang lain.

Dalam hal ini pembangunan jalan yang dilaksanakan di Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi merupakan suatu hal yang mengandung fungsi di dalamnya. Pembangunan jalan dilaksanakan guna meningkatkan produktifitas masyarakat desa sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik terhadap masyarakat baik dari segi sosial dan segi ekonomi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan jalan di dusun tersebut juga akan membawa dampak terhadap masyarakat. Dampak yang dimaksud dapat berupa


(27)

dampak positif dan dampak negatif. Pembangunan jalan sangat bermanfaat untuk meningkatkan kehidupan masyarakat desa. Dari segi sosial masyarakat akan sangat terbantu dalam melaksanakan interaksi sosialnya, baik antar desa maupun wilayah lainnya sehingga setiap kegiatan yang menyangkut aktifitas sosial lainnya seperti kegiatan pesta dan yang lainnya dapat dilaksanakan masyarakat secara lebih efisien.

Sedangkan dari segi ekonomi setiap aktifitas perdagangan hasil pertanian tentu dapat dilakukan dengan lebih cepat, efisien dan efektif. Hal ini sangat bermanfaat bagi masyarakat mengingat aktifitas perekonomian sangat penting dalam menunjang kehidupan masyarakat. Dari segi fungsi, maka hal tersebut termasuk ke dalam fungsi manifest (yang diharapkan) dari dilaksanakannya pembangunan prasarana jalan. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam setiap pembangunan tentu akan membawa dampak – dampak yang tidak diharapkan (fungsi laten).

Pembangunan prasarana jalan di Desa Tanggiring, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi juga tanpa disadari telah membawa beberapa dampak yang tidak diharapkan. Akibat telah memadainya prasarana jalan di desa tersebut membuat semakin mudahnya pengaruh – pengaruh dari luar desa masuk ke dalam kehidupan masyarakat desa.

Tentunya pengaruh–pengaruh tersebut telah menimbulkan berbagai perubahan pada masyarakat desa. Masyarakat cenderung lebih konsumtif akan barang–barang yang tergolong dalam jenis barang mewah seperti televisi, dvd, maupun radio tape. Sebagai akibatnya banyak masyarakat lebih memilih untuk menghabiskan waktu menonton televisi dan menonton film melalui dvd.


(28)

Sebelumnya masyarakat lebih mengutamakan untuk bekerja di sawah maupun di ladang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tentu hal itu berbanding terbalik dengan kondisi masyarakat desa sekarang yang lebih cenderung santai dan tidak terlalu perduli dengan pekerjaannya di ladang maupun di sawah. Hal inilah yang merupakan fungsi laten ( yang tidak diharapkan) dari pembangunan prasarana jalan di desa tersebut. ( Ritzer , 2002 : 21).

Proses pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah harus mampu memberikan dampak yang positif dan bermanfaat terhadap masyarakat tanpa terkecuali dan juga tanpa adanya anggapan bahwa nilai tradisional khusunya seperti yang dimiliki masyarakat desa sebagai hambatan dalam pelaksanaan pembangunan. 2.2. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun,1989:33). Konsep sangat diperlukan dalam penelitian untuk menghindari timbulnya kekacauan / masalah yang dapat mengaburkan penelitian.

Adapun konsep penelitian ini adalah :

1. Dampak : akibat dan hasil dari suatu kegiatan dan aktifitas yang telah dilaksanakan.

2. Sosial : suatu jaringan yang terbentuk akibat adanya interaksi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok.


(29)

3. Ekonomi : unsur yang di dalamnya terdapat istilah untung dan rugi akibat adanya interaksi jual dan beli yang dilakukan oleh masyarakat sebagai pelaku utama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

4. Pembangunan : pekerjaan dan aktifitas yang dilakukan dengan menjadikan suatu hal dari yang tidak ada menjadi ada dan dari yang tidak nyata menjadi nyata.

5. Prasarana : bentuk dari hasil kerja manusia yang digunakan untuk mempermudah dan memperlancar aktifitas manusia.

6. Jalan : sarana melakukan perpindahan, pergerakan dan pelaksanaan dari suatu kegiatan dan aktifitas untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

7. Masyarakat : kumpulan orang – orang yang saling berinteraksi, berkumpul dan saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain.

8. Desa : wilayah pemerintahan yang memiliki skup lebih kecil di bawah tingkat kecamatan,dipimpin oleh seorang kepala desa dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

9. Pemerintah : pihak yang berkewajiban mengatur, mengendalikan dan mewujudkan kesejahteraan pada masyarakat dalam suatu negara.

10.Tradisional : sederhana, asli, utuh dan jauh dari unsur modern dan terdapat pada setiap segi – segi kehidupan manusia.


(30)

2.3. Operasional Variabel

Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1982 : 32), bahwa salah satu unsur yang sangat membantu komunikasi antara peneliti adalah definisi operasional yang merupakan petunjuk tentang bagaimana variabel diukur. Dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian akan mengetahui pengukuran suatu variabel sehingga ia dapat mengetahui baik buruknya pengetahuan tersebut.

Berdasarkan pengertian definisi operasional di atas maka definisi operasioanl adalah pengukuran konsep yang abstrak teoritis menjadi kata-kata tentang tingkah laku/gejala yang dapat diamati, dapat diuji dan dapat ditentukan kebenarannya oleh orang lain. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1) Variabel Bebas (Independent Variable) adalah Prasarana Jalan (X) dengan indikatornya, antara lain :

a. Kondisi Jalan

Yaitu mencakup keadaan atau situasi jalan Dusun Tanggiring. Desa Pegagan Julu VIII.

b. Fungsi Jalan

Yaitu mencakup kelancaraan aktivitas sosial ekonomi keadaan jalan setelah dibangun. Dimana aktivitas sosial berhubungan dengan kelancaran masyarakat Dusun Tanggiring melakukan interaksi sosial ke desa lain. Sedangkan aktivitas ekonomi berhubungan dengan kelancaran masyarakat Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, melakukan aktivitas ekonomi.


(31)

c. Kondisi Sarana Transportasi

Yaitu mencakup kondisi atau keadaan sarana transportasi yang menuju Dusun Tanggiring. Dalam hal ini menyangkut seberapa banyak sarana transportasi yang menghubungkan antara Dusun Tanggiring dengan desa sekitarnya.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) adalah Sosial Ekonomi (Y) dengan indikatornya, antara lain :

A. Indikator Sosial, terdiri dari : a. Kondisi Sosial

Yaitu mencakup interaksi, kerjasama atau tolong-menolong, komunikasi dan budaya yang terjadi pada masyarakat Dusun Tanggiring.

b. Pengetahuan dan Informasi

Yaitu mencakup kelancaran akses terhadap perkembangan informasi yang terjadi (memperoleh informasi, mengetahui perkembangan di kota, mendapatkan informasi harga produksi hasil pertanian, kelancaran memperoleh akses terhadap pendidikan dan hal-hal yang berhubungan dengan akan kebutuhan informasi).

B. Indikator Ekonomi, terdiri dari :

a. Pemasaran dan distribusi hasil produksi pertanian

Yaitu mencakup kelancaran atau akses pemasaran, pemasukan, dan distribusi hasil produksi pertanian masyarakat Dusun Tanggiring.

b. Perilaku ekonomi masyarakat

Yaitu mencakup keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang yang ada atau terdapat di luar wilayah desa.


(32)

c. Peluang kerja

Yaitu mencakup jenis pekerjaan dan keinginan masyarakat untuk menggeluti jenis pekerjaan lain selain bertani.

2.4. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari masalah yang diteliti dan memberikan alur untuk dapat membuktikan masalah yang diteliti. Pembuktian dari hipotesis tersebut memerlukan teori yang didukung oleh data dan fakta yang jelas. Berdasarkan dengan masalah yang diteliti, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh yang positif antara pembangunan prasarana jalan terhadap sosial ekonomi masyarakat desa (Ha)

2. Tidak terdapat pengaruh yang positif pembangunan prasarana jalan terhadap sosial ekonomi masyarakat desa (Ho)


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisa kuantitatif guna menjawab perumusan masalah bagaimana dampak pembagunan prasarana jalan terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Dusun Tanggiring , Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi. Penelitian deskriptif dengan analisa kuantitatif bertujuan untuk mencari pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Alasan pemilihan lokasi penelitian yaitu:

a) Lokasi tersebut dianggap lokasi yang tepat dalam melaksanakan peneliti, karena sudah tersedia prasarana jalan raya yang menghubungkan dari satu dusun ke dusun yang lain.


(34)

b) Lokasi tersebut dianggap sesuai dengan judul dan permasalahan penelitian, sehingga diharapkan mampu menjawab permasalahan penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel Populasi

Menurut Riduwan (2004:6) mengatakan bahwa: populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Maka dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat di Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara sebanyak 324 kepala rumah rumah tangga.

2.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipergunakan sebagai sumber data. Di dalam penelitian ini teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Sampling Insidental. Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan/ insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2005:96). Dalam hal ini sampel dianggap representatif dengan memiliki strata yang sama dalam memberikan jawaban yang diberikan.


(35)

Sedangkan sampel berdasarkan jumlah populasi yang diambil, maka untuk menentukan jumlah sampel penulis menggunakan teknik penarikan sampel berdasarkan rumus Slovin (dalam Prasetyo, 2005 : 136), yaitu :

n =

2

1 Ne N + Keterangan:

N : Populasi n : Sampel

e : Tingkat kesalahan penarikan sampel : 10 % dan tingkat kepercayaan 90% Jumlah penduduk Desa Tanggiring bulan Januari 2009 tercatat sejumlah 77 kepala rumah rumah tangga atau 1269 jiwa. Sehingga berdasarkan rumus Slovin jumlah sampelnya adalah :

n =

( )

2 1 . 0 324 1

324 + n = 77 KK 3.4. Teknik Penentuan Skor

Untuk membantu dalam menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian, maka penelitian ini menggunakan teknik penentuan skor. Teknik pengukuran skor yang akan digunakan adalah dengan skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner responden. Adapun skor yang ditentukan untuk setiap pertanyaan adalah :

1. Untuk alternatif jawaban A diberi skor 3 2. Untuk alternatif jawaban B diberi skor 2


(36)

3. Untuk alternatif jawaban C diberi skor 1

Untuk mengetahui atau menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel apakah tergolong tinggi, sedang atau rendah maka terlebih dahulu ditentukan skala interval dengan cara sebagai berikut :

70 . 0 3

1 3

= −

Skor Tertinggi – Skor Terendah Banyaknya Bilangan Maka diperoleh :

Sehingga dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden masing-masing variabel yaitu :

Skor untuk kategori tinggi = 2.41 – 3.00 Skor untuk kategori sedang = 1.71 – 2.40 Skor untuk kategori rendah = 1.00 – 1.70 3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan yang diperlukan penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data Primer

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data primer tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :


(37)

a. Metode Observasi dan wawancara.

Yaitu teknik pengumpulan data dengan metode observasi dan wawancara terhadap sejumlah hal yang berkenaan dengan penelitian, dalam hal ini adalah Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

b. Metode Kuesioner.

Teknik pengumpulan dengan metode kuesioner digunakan untuk menjawab perumusan masalah bagaimana dampak pembagunan prasarana jalan terhadap kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Dusun Tanggiring , Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui : a. Penelitian Kepustakaan.

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, dokumen, majalah dan berbagai bahan yang berhubungan dengan objek penelitian.

b. Studi Dokumentasi.

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.


(38)

3.6. Teknik Analisa Data

1. Untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel X terhadap Y digunakan rumus Product Momen (Sugiyono, 2005 : 212) :

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

i i i i i i i i xy Y Y n X X n Y X Y X n r Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =

r = koefisien korelasi x = variabel bebas y = variabel terikat n = jumlah populasi

2 Analisa data pada penelitian ini adalah menggunakan teknik distribusi frekuensi. Frekuensi tersebut dapat dilihat penyebaran persentasenya, yang oleh kebanyakan orang dikenal dengan frekuensi relatif.

Untuk menghitung sebaran persentase dari frekuensi tersebut, dapat menggunakan rumus:

N = fx X 100 % N

Keterangan :

N : Jumlah kejadian Fx : Frekuensi individu


(39)

3.7. Jadwal Penelitian

NO Jenis Kegiatan

Bulan ke-

11 12 1 2 3 4 5 6 7 1. Pra Observasi

2. ACC Judul √

3. Penyusunan Laporan Penelitian

√ √

4. Seminar Penelitian √

5. Revisi Proposal Penelitian √ 6. Penyerahan Hasil Seminar

Proposal

√ √

7. Operasional Penelitian √ √

8. Bimbingan √ √ √ √

9. Penulisan Laporan Akhir √ √

10. Sidang Meja Hijau √

3.8. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian adalah permasalahan-permasalahan atau hambatan-hambatan yang dihadapi peneliti selama menjalankan dan melakukan penelitian di lapangan. Dalam hal ini peneliti juga mengalami beberapa kendala di dalam melakukan penelitian kendala-kendala yang dihadapi antara lain :


(40)

1. Proses pengumpulan data di lapangan agak sukar, karena pada saat dilakukan penelitian (berupa pembagian kuesioner) masyarakat dusun Tanggiring dalam masa pra panen cenderung sibuk, sulit dijumpai dan sangat berbelit-belit dalam mengisi kuesioner.

2. Adanya item pertanyaan yang responden tidak dapat dijawab oleh responden dengan alasan-alasan yang tidak jelas atau mungkin lupa.

3. Masyarakat desa kurang terbuka dengan penelitian mahasiswa, mereka umumnya lebih terbuka dengan hal seperti : bantuan pemerintah, dan hal-hal yang bersifat memberikan mereka sumbangan berupa dana dan materi. 4. Pada saat dilakukan pengumpulan data (pengisian kuesioner), cuaca tidak


(41)

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Lokasi Penelitian

Desa Pegagan Julu VIII merupakan desa tua yang sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Desa ini dulunya hanya memiliki satu wilayah saja, yaitu Tanggiring. Masyarakat desa dan seluruh aktivitas sosial ekonomi berlangsung hanya di dusun Tanggiring. Namun pada akhirnya setelah masa kolonialisasi selesai terjadi perluasan wilayah desa menjadi 4 dusun. Pada mulanya kepala desa yang terpilih secara resmi adalah Mujahidin Sihotang.

Namun masa pemerintahan Mujahidin Sihotang berlangsung sampai tahun 2006. Pada akhirnya masyarakat melalui musyawarah desa menyarankan agar dilakukan pemilihan kepala desa yang baru mengingat kondisi Mujahidin Sihotang yang sudah tua renta. Setelah itu, dipilihlah kepala desa yang baru berdasarkan musyawarah desa, yaitu Aston Sagala. Beliau masih menjabat sebagai kepala desa hingga saat ini.

Desa Pegagan Julu VIII adalah salah satu desa yang terdapat pada kecamatan Sumbul Pegagan kabupaten Dairi. Desa Pegagan Julu VIII terdiri dari 4 dusun, yaitu : dusun Tanggiring, dusun Tumanggor, dusun Juma Lubang dan dusun Tumanggor Dolok. Dusun Tanggiring adalah salah satu dari 4 dusun yang ada di desa Pegagan Julu VIII. Secara keseluruhan alam desa Pegagan Julu VIII dapat digolongkan sebagai wilayah yang berbukit, beriklim dingin, dan memiliki tanah yang pertanian yang cukup subur. Tidak heran jika masyarakat desa tak terkecuali masyarakat di


(42)

dusun Tanggiring memiliki pekerjaan mayoritas sebagai petani. Masyarakat lebih cenderung menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Dikatakan demikian karena memang pada dasarnya sektor pertanianlah yang paling unggul di desa Pegagagan Julu VIII.

Dusun Tanggiring merupakan ibukota dari desa Pegagan Julu VIII. Hal ini mengakibatkan setiap program-program pembangunan lebih diutamakan untuk dilaksanakan di dusun ini. Tidak jauh berbeda dengan dusun-dusun lainnya, dusun Tanggiring merupakan wilayah dusun yang mayoritas penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Kondisi alam dusun Tanggiring yang cenderung memiliki tanah yang subur turut serta membantu masyarakat dalam meningkatkan hasil-hasil pertanian.

Adapun tanaman-tanaman yang menjadi komoditas utama dusun Tanggiring adalah meliputi : padi, kopi, coklat, dan kapas. Keadaan tersebut tentunya didukung dengan tersedianya sumber-sumber pengairan, walaupun dusun Tanggiring belum mengenal sistem pengairan resmi, yaitu PAM, namun masyarakat telah mampu mengelola dan memanfaatkan sumber pengairan yang ada sejak zaman nenek moyang dulu. Sumber pengairan yang biasa dimanfaatkan masyarakat adalah aliran arus sungai Lae Renun. Sungai Lae Renun merupakan sungai dengan aliran terbesar yang melintasi wilayah dusun Tanggiring sehingga mampu dikelola menjadi sumber irigasi pertanian. Penduduk dusun Tanggiring hingga pada saat ini masih menggunakan aliran sungai Lae Renun untuk mengairi pertanian mereka.

Selain itu, masyarakat dusun Tanggiring pada saat ini telah mengalami beberapa perkembangan yang cukup berarti. Masuknya aliran listrik dari PLN dan


(43)

terjangkaunya jaringan telepon dari Telkom kian membantu masyarakat untuk lebih berkembang dan keluar dari keterisolasian. Sedikit banyak hal ini membuka berbagai peluang dalam kehidupan masyarakat dusun.

Akhir-akhir ini masyarakat semakin terbantu dengan dilaksanakannya pembangunan sumber air bersih dari PAM oleh Pemda Dairi. Dulunya masyarakat dusun jarang bahkan tidak pernah menggunakan sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari. Masyarakat biasanya menggunakan sumber air mata-mata dari sungai Lae Renun. Walaupun kondisi alam dusun Tanggiring berbukit-bukit, namun pada akhirnya pembangunan sumber air bersih dari PAM dapat terwujud saat ini. Hal ini juga tidak terlepas dari peranan perangkat desa dan masyarakat yang aktif meminta dilaksanakannya pembangunan yang berarti oleh pemerintah Dairi untuk kebaikan dari dusun Tanggiring.

Secara geografis dusun Tanggiring, desa Pegagan Julu VIII memiliki batas wilayah antara lain :

Timur : berbatasan dengan Pegagan Julu Tujuh Utara : berbatasan dengan Pegagan Julu Sembilan Barat : berbatasan dengan Lae Renun


(44)

Gambar 4.1. Peta Desa Pegagan Julu VIII (Lokasi Penelitian di Dusun Tanggiring) Adapun struktur pemerintahan yang ada di dusun Tanggiring, antara lain :

Kepala Desa : Aston Sagala

Sekertaris Desa : Lais Kaloko

Kepala Urusan Pemerintahan Desa : Lundu Pandiangan Kepala Urusan Pembangunan Desa : Muba Sinaga Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat Desa : Mangapul Sinaga Kepala Dusun Tanggiring : Johny Sianturi Kepala Dusun Tumanggor : Japaksa Munthe Kepala Dusun Juma Lubang : Sarimuddin Manalu Kepala Dusun Tumanggor Dolok : Jusman Sinaga


(45)

4.2. Deskripsi Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Dusun Tanggiring 1. Komposisi Jenis Pekerjaan Masyarakat Dusun Tanggiring

Tabel 4.1. Komposisi Jenis Pekerjaan Masyarakat Dusun Tanggiring

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Bertani 1166 jiwa 90%

2 Pedagang 130 jiwa 10%

3 PNS - 0%

Jumlah (324 KK) 1296 jiwa 100%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Dusun Tanggiring bekerja sebagai petani sebanyak 1166 jiwa atau sebesar 90 % dan selebihnya sebanyak 130 jiwa atau sebesar 10 % dari keseluruhan penduduk Dusun Tanggiring sebanyak 1296 jiwa.

2. Komposisi Agama Masyarakat Dusun Tanggiring

Dalam hal ini penduduk di Dusun Tanggiring merupakan salah satu dusun di Desa Pegagan Julu VIII yang secara keseluruhan masyarakatnya menganut agama Kristen sebanyak 1296 jiwa (324 KK).


(46)

3. Komposisi Tingkat Pendidikan Dusun Tanggiring

4.2. Tabel Komposisi Tingkat Pendidikan Dusun Tanggiring

No Tingkat Pendidikan Akhir

Jumlah (dalam jiwa)

Persentase

1 Tidak pernah sekolah 253 jiwa 19,5 %

2 Belum sekolah 110 jiwa 8,5%

3 Tamat SD 246 jiwa 19%

4 Tamat SMP 272 jiwa 21%

5 Tamat SLTA 415 jiwa 32%

Jumlah 1296 jiwa 100%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk Desa Tanggiring didominasi oleh penduduk yang berlatar belakang pendidikan tamatan SLTA sebanyak 415 jiwa (32%), kemudian diikuti oleh tamatan SMP sebanyak 272 jiwa (21%), tidak pernah mengecap pendidikan sebanyak 253 jiwa (19,5%), tamatan SD sebanyak 246 jiwa (19%) dan belum sekolah sebanyak 110 jiwa (8,5%).

4. Sarana di Dusun Tanggiring

4.3. Tabel Sarana di Dusun Tanggiring

No Sarana Jumlah

1 Tempat Ibadah (Gereja) 2 unit


(47)

3 Tempat Pemakaman Umum (Kuburan) 1 bidang

4 Posyandu 1 unit

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa sarana yang ada di Dusun Tanggiring masih relatif kurang memadai, dimana pada dusun ini hanya terdapat 2 unit sarana ibadah, 1 kantor kepala desa, 1 tempat pemakaman umum, dan 1 unit posyandu. 5. Kondisi bangunan rumah masyarakat di Dusun Tanggiring

Tabel 4.4. Kondisi bangunan rumah masyarakat di Dusun Tanggiring

No Kondisi Bangunan Jumlah

1 Non Permanen 8%

2 Semi Permanen 68%

3 Permanen 34%

4 Jumlah 100%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa yang mendominasi kondisi bangunan masyarakat Dusun Tanggiring adalah berbentuk semi permanen sekitar 68 %, diikuti dengan bangunan permanen 34 % dan yang terakhir sebesar 8% merupakan bentuk rumah non permanen.

4.3. Temuan Data Di lapangan

Temuan data dilapangan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui persentase jawaban responden berdasarkan kuesioner bulan Agustus 2009.


(48)

1. Jawaban menurut responden mengenai kondisi jalan setelah jalan dibangun Tabel 4.5. Kondisi Jalan

Tingkat kondisi jalan Frekuensi (F) %

Sangat baik 7 9,1

Baik 69 89,6

Tidak baik 1 1,3

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 1 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh responden sebanyak 69 orang atau 89,6% menyatakan bahwa kondisi jalan sudah baik. Sedangkan 7responden atau 9,1% menyatakan bahwa kondisi jalan sudah sangat baik dan 1 orang atau sebesar 1,3% menyatakan bahwa kondisi jalan tidak baik. Dari tabel dapat digambarkan bahwa status kondisi jalan di Dusun Tanggiring pada umumnya masih dalam kondisi baik.

2. Jawaban menurut responden mengenai pelaksanaan kegiatan sehari-hari setelah jalan dibangun.

Tabel 4.6. Pelaksanaan Kegiatan Tingkat pelaksanaan kegiatan

sehari-hari

Frekuensi (F) %

Sangat lancar 12 15,6

Lancar 63 81,8

Tidak lancar 2 2,6

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 2 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh responden sebanyak 63 orang atau 81,8% menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan sehari-hari sudah lancar


(49)

Sedangkan 12 responden atau 15,6% menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan sehari-hari sudah sangat lancar dan 2 orang atau sebesar 2,6% menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan sehari-hari tidak baik. Dari tabel dapat digambarkan bahwa pelaksanaan kegiatan sehari-hari setelah jalan di bangun di Dusun Tanggiring pada umumnya dalam keadaan lancar tanpa ada hambatan maupun gangguan.

3. Jawaban menurut responden mengenai kelancaran sarana transportasi setelah jalan dibangun.

Tabel 4.7. Kelancaran Sarana Transportasi Tingkat kelancaran sarana

transportasi

Frekuensi (F) %

Sangat lancar 13 16,9

Lancar 63 81,8

Tidak lancar 1 1,3

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 3 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh responden sebanyak 63 orang atau 81,8% menyatakan bahwa kelancaran sarana transportasi sudah dapat dikatakan lancar. Sedangkan 13 responden atau 16,9% menyatakan bahwa kondisi sarana transportasi sudah sangat lancar dan 1 orang atau sebesar 1,3% menyatakan bahwa kondisi sarana transportasi tidak baik. Dari tabel dapat digambarkan bahwa kondisi kelancaran sarana transportasi di Dusun Tanggiring pada umumnya dalam keadaan yang lancar.

4. Jawaban menurut responden mengenai hubungan masyarakat dengan dusun lain setelah jalan dibangun.


(50)

Tabel 4.8. Hubungan Masyarakat Tingkat hubungan masyarakat

dengan dusun lain

Frekuensi (F) %

Sangat baik 8 10,4

Baik 69 89,6

Tidak baik 0 0

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 4 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh responden sebanyak 69 orang atau 89,6% menyatakan bahwa hubungan sosial yang terjalin antara masyarakat Dusun Tanggiring dengan dusun yang lain terjalin dengan baik. Sedangkan 8 responden atau 10,4% menyatakan hubungan sosial yang terjalin sangat baik dan tidak ada responden yang menyatakan bahwa hubungan sosial masyarakat tidak baik. Dari tabel dapat digambarkan bahwa hubungan sosial yang terjadi di antara masyarakat di Dusun Tanggiring dengan dusun lainnya pada umumnya terjalin dengan baik.

5. Jawaban menurut responden mengenai kerjasama antar masyarakat dusun setelah jalan dibangun.

Tabel 4.9. Kerjasama Masyarakat Tingkat kerjasama antar

masyarakat dusun

Frekuensi (F) %

Sangat baik 13 16,9

Baik 64 83,1

Tidak baik 0 0

Total 77 100


(51)

Tabel diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh responden sebanyak 64 orang atau 83,1% menyatakan bahwa tingkat kerjasama antar masyarakat terbina dengan baik. Sedangkan 13 responden atau 16,9% menyatakan bahwa tingkat kerjasama antara masyarakat dusun sudah terbina dengan sangat baik dan tidak ada responden yang menyatakan bahwa tidak ada kerjasama yang tidak baik. Dari tabel dapat digambarkan bahwa kerjasama antara masyarakat di Dusun Tanggiring pada umumnya terbina dengan baik.

6. Jawaban menurut responden mengenai hubungan antar masyarakat dusun di desa ini setelah jalan dibangun.

Tabel 4.10. Hubungan Antar Masyarakat Tingkat hubungan antar

masyarakat dusun

Frekuensi (F) %

Sangat baik 11 14,3

Baik 66 85,7

Tidak baik 0 0

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 6 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 66 orang atau 85,7% reponden menyatakan bahwa hubungan antar masyarakat dapat dikatakan baik. Sedangkan 11 responden atau 14,3% menyatakan bahwa hubungan antar masyarakat sudah sangat baik. Dari tabel dapat digambarkan bahwa hubungan antar masyarakat di Dusun Tanggiring pada umumnya sangat baik.

6. Jawaban menurut responden mengenai pelaksanaan kegiatan gotong-royong setelah jalan dibangun.


(52)

Tabel 4.11. Pelaksanaan Kegiatan Gotong-Royong Tingkat pelaksanaan kegiatan

gotong-royong

Frekuensi (F) %

Sangat sering 8 10,4

Sering 65 88,4

Tidak sering 4 5,2

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 7 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 65 orang atau 88,4% responden menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan gotong royong sering dilaksanakan. Sedangkan 8 responden atau 10,4% menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan gotong royong sangat sering dilaksanakan. Sebanyak 4 atau 5,2% responden menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan gotong royong tidakt sering dilaksanakan. Dari tabel dapat digambarkan bahwa pelaksanaan kegiatan gotong royong cenderung sering dilaksanakan.

8. Jawaban menurut responden mengenai adat istiadat masyarakat setelah jalan dibangun.

Tabel 4.12. Pelaksanaan Adat Istiadat Tingkat pelaksanaan adat

istiadat

Frekuensi (F) %

Sangat berubah 13 16,9

Berubah 60 77,9

Tidak berubah 4 5,2

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 8 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 60 orang atau 77,9% reponden menyatakan bahwa pelaksanaan adat istiadat Desa khususnya pada dusun Tanggiring


(53)

berubah. Sedangkan 13 responden atau 16,9% menyatakan bahwa pelaksanaan adat istiadat pada dusun Tanggiring sangat berubah.. Sebanyak 4 atau 5,2% responden menyatakan bahwa pelaksanaan adat istiadat pada dusun Tanggiring tidak berubah. Dari tabel dapat digambarkan bahwa pelaksanaan adat istiadat pada dusun Tanggiring berubah.

9. Jawaban menurut responden mengenai sistem tradisi masyarakat setelah jalan dibangun.

Tabel 4.13. Perubahan Sistem Tradisi Masyarakat Tingkat perubahan sistem

tradisi masyarakat

Frekuensi (F) %

Sangat berubah 22 28,6

Berubah 50 64,9

Tidak berubah 5 6,5

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 9 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 50 orang atau 64,9% responden menyatakan bahwa sistem tradisi masyarakat Desa khususnya pada dusun Tanggiring berubah. Sedangkan 22 responden atau 28,6% menyatakan bahwa sistem tradisi masyarakat pada dusun Tanggiring sangat berubah. Sebanyak 5 atau 6,5% responden menyatakan bahwa sistem tradisi masyarakat pada dusun Tanggiring tidak berubah. Dari tabel dapat digambarkan bahwa sistem tradisi masyarakat pada dusun Tanggiring berubah.

10. Jawaban menurut responden mengenai perubahan gaya hidup pada masyarakat dusun setelah jalan dibangun.


(54)

Tabel 4.14. Perubahan Gaya Hidup Masyarakat Tingkat perubahan gaya hidup

pada masyarakat

Frekuensi (F) %

Sangat berubah 12 15,6

Berubah 63 81,8

Tidak berubah 2 2,6

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 10 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 63 orang atau 81,8% responden menyatakan bahwa gaya hidup masyarakat dusun Tanggiring berubah. Sedangkan 12 responden atau 15,6% menyatakan bahwa gaya hidup masyarakat dusun Tanggiring sangat berubah. Sebanyak 2 atau 2,6% responden menyatakan bahwa gaya hidup masyarakat dusun Tanggiring tidak berubah. Dari tabel dapat digambarkan bahwa gaya hidup masyarakat dusun Tanggiring berubah.

11. Jawaban menurut responden mengenai program-program pemerintah yang dilaksanakan setelah jalan dibangun.

Tabel 4.15. Pelaksanaan Program Pemerintah Tingkat pelaksanaan program

pemerintah

Frekuensi (F) %

Semakin meningkat 29 37,7

Meningkat 46 59,7

Tidak meningkat 2 2,6

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 11 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 46 orang atau 59,7% responden menyatakan bahwa pelaksanaan program pemerintah meningkat pada dusun Tanggiring. Sedangkan 29 responden atau 37,7% menyatakan bahwa pelaksanaan


(55)

program pemerintah semakin meningkat pada dusun Tanggiring. Sebanyak 2 atau 2,6% responden menyatakan bahwa pelaksanaan program pemerintah tidak meningkat pada dusun Tanggiring. Dari tabel dapat digambarkan bahwa pelaksanaan program pemerintah meningkat pada dusun Tanggiring.

12. Jawaban menurut responden mengenai kemudahan mendapatkan informasi tentang perkembangan di luar dusun setelah jalan dibangun.

Tabel 4.16. Akses Terhadap Informasi Perkembangan Di Luar Dusun Tingkat kemudahan terhadap

informasi perkembangan di luar dusun

Frekuensi (F) %

Semakin mudah 33 42,9

Mudah 42 54,5

Tidak mudah 2 2,6

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 12 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 42 orang atau 54,5% responden menyatakan bahwa mudah untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan di luar dusun Tanggiring. Sedangkan 33 responden atau 42,9% menyatakan bahwa semakin mudah untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan di luar dusun Tanggiring. Sebanyak 2 atau 2,6% responden menyatakan bahwa tidak mudah untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan di luar dusun Tanggiring. Dari tabel dapat digambarkan bahwa mudah untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan di luar dusun Tanggiring.


(56)

13. Jawaban menurut responden mengenai kemudahan akses pendidikan setelah jalan dibangun.

Tabel 4.17. Akses Terhadap Pendidikan Tingkat kemudahan akses

terhadap pendidikan

Frekuensi (F) %

Semakin mudah 39 50,6

Mudah 38 49,4

Tidak mudah 0 0

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 13 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 39 orang atau 50,6% responden menyatakan bahwa semakin mudah akses untuk mendapatkan pendidikan di dusun Tanggiring. Sedangkan 38 responden atau 49,4% menyatakan bahwa mudah akses untuk mendapatkan pendidikan di dusun Tanggiring. Dari tabel dapat digambarkan bahwa semakin mudah akses untuk mendapatkan pendidikan di dusun Tanggiring. 14. Jawaban menurut responden mengenai kemudahan bersekolah bagi anak-anak ke daerah lain setelah jalan dibangun.

Tabel 4.18. Akses Bersekolah Bagi Anak-Anak Tingkat kemudahan bersekolah

bagi anak-anak dusun

Frekuensi (F) %

Semakin mudah 41 53,2

Mudah 35 45,5

Tidak mudah 1 1,3

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 14 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 41 orang atau 53,2% responden menyatakan bahwa anak – anak di dusun Tanggiring semakin mudah untuk


(57)

bersekolah. Sedangkan 35 responden atau 45,5% menyatakan bahwa anak – anak di dusun Tanggiring mudah untuk bersekolah. Sebanyak 1 orang atau 1,3% responden menyatakan bahwa anak – anak di dusun Tanggiring tidak mudah untuk bersekolah Dari tabel dapat digambarkan bahwa semakin mudah anak – anak di dusun Tanggiring untuk bersekolah.

15. Jawaban menurut responden mengenai pengetahuan tentang tata cara bertani setelah jalan dibangun.

Tabel 4.19. Pengetahuan Tentang Tata Cara Bertani Tingkat pengetahuan tentang

tata cara bertani

Frekuensi (F) %

Semakin meningkat 31 40,3

Meningkat 44 57,1

Tidak meningkat 2 2,6

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 15 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 44 orang atau 57,1% responden menyatakan bahwa pengetahuan masyarakat di dusun Tanggiring tentang tata cara bertani meningkat. Sedangkan 31 responden atau 40,3% menyatakan bahwa pengetahuan masyarakat di dusun Tanggiring tentang tata cara bertani semakin meningkat. Sebanyak 2 orang atau 2,6% responden menyatakan bahwa pengetahuan masyarakat di dusun Tanggiring tentang tata cara bertani tidak meningkat. Dari tabel dapat digambarkan bahwa pengetahuan masyarakat di dusun Tanggiring tentang tata cara bertani meningkat.


(58)

16. Jawaban menurut responden mengenai pengadaan fasilitas umum (seperti : sumber air bersih, koperasi, listrik, telepon) setelah jalan dibangun.

Tabel 4.20. Pengadaan Fasilitas Umum Tingkat pengadaan fasilitas

umum

Frekuensi (F) %

Semakin meningkat 21 27,3

Meningkat 56 72,7

Tidak meningkat 0 0

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 16 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 56 orang atau 72,7% responden menyatakan bahwa pengadaan fasilitas umum di dusun Tanggiring meningkat. Sedangkan 21 responden atau 27,3% menyatakan bahwa pengadaan fasilitas umum di dusun Tanggiring semakin meningkat. Dari tabel dapat digambarkan bahwa pengadaan fasilitas umum di dusun Tanggiring meningkat.

17. Jawaban menurut responden mengenai fasilitas-fasilitas pendidikan sekolah setelah jalan dibangun.

Tabel 4.21. Fasilitas Pendidikan Sekolah Tingkat fasilitas pendidikan

sekolah

Frekuensi (F) %

Semakin baik 21 27,3

Baik 53 68,8

Tidak baik 3 3,9

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 17 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 53 orang atau 68,8% responden menyatakan bahwa fasilitas pendidikan sekolah di dusun Tanggiring baik. Sedangkan


(59)

21 responden atau 27,3% menyatakan bahwa fasilitas pendidikan sekolah di dusun Tanggiring semakin baik. Sebanyak 3 orang atau 3,9% responden menyatakan bahwa bahwa fasilitas pendidikan sekolah di dusun Tanggiring tidak baik. Dari tabel dapat digambarkan bahwa fasilitas pendidikan sekolah di dusun Tanggiring baik.

18. Jawaban menurut responden mengenai distribusi atau penjualan hasil panen ke kota setelah jalan dibangun.

Tabel 4.22. Kelancaran Distribusi Hasil Pertanian Tingkat kelancaran distribusi

hasil pertanian

Frekuensi (F) %

Sangat lancar 27 35,1

Lancar 50 64,9

Tidak lancar 0 0

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 18 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 50 orang atau 64,9% responden menyatakan bahwa distribusi hasil pertanian di dusun Tanggiring lancar. Sedangkan 27 responden atau 35,1% menyatakan bahwa distribusi hasil pertanian di dusun Tanggiring sangat lancar. Dari tabel dapat digambarkan bahwa distribusi hasil pertanian di dusun Tanggiring lancar.

19. Jawaban menurut responden mengenai kemudahan akses penjualan hasil panen ke luar dusun setelah jalan dibangun.


(60)

Tabel 4.23. Kemudahan Akses Penjualan Hasil Panen Tingkat kemudahan akses

penjualan hasil panen

Frekuensi (F) %

Semakin mudah 32 41,6

Mudah 35 45,5

Tidak mudah 0 0

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 19 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 35 orang atau 45,5% responden menyatakan bahwa penjualan hasil panen di dusun Tanggiring mudah dilakukan. Sedangkan 32 responden atau 41,6% menyatakan bahwa penjualan hasil panen di dusun Tanggiring semakin mudah dilakukan. Dari tabel dapat digambarkan bahwa penjualan hasil panen di dusun Tanggiring mudah dilakukan.

20. Jawaban menurut responden mengenai kemudahan mendapatkan informasi harga-harga barang kebutuhan setelah jalan dibangun.

Tabel 4.24. Kemudahan Mendapatkan Informasi Harga Barang Kebutuhan Tingkat kemudahan

mendapatkan informasi harga barang kebutuhan

Frekuensi (F) %

Semakin mudah 20 26

Mudah 46 59,7

Tidak mudah 1 1,3

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 20 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 46 orang atau 59,7% responden menyatakan bahwa mudah mendapatkan informasi harga-harga barang kebutuhan di dusun Tanggiring. Sedangkan 20 responden atau 26% menyatakan bahwa semakin


(61)

mudah mendapatkan informasi harga-harga barang kebutuhan di dusun Tanggiring. Sebanyak 1 orang atau 1,3% responden menyatakan bahwa tidak mudah mendapatkan informasi harga-harga barang kebutuhan di dusun Tanggiring. Dari tabel dapat digambarkan bahwa mudah mendapatkan informasi harga-harga barang kebutuhan di dusun Tanggiring.

21. Jawaban menurut responden mengenai pendapatan responden setelah jalan dibangun.

Tabel 4.25. Pendapatan Penduduk Dusun

Tingkat pendapatan responden Frekuensi (F) %

Sangat meningkat 14 15,2

Meningkat 59 76,6

Tidak meningkat 4 5,2

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 21 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 59 orang atau 76,6,7% responden menyatakan bahwa pendapatan masyarakat di dusun Tanggiring meningkat. Sedangkan 14 responden atau 15,2% menyatakan bahwa pendapatan masyarakat di dusun Tanggiring sangat meningkat. Sebanyak 4 orang atau 5,2% responden menyatakan bahwa bahwa pendapatan masyarakat di dusun Tanggiring tidak meningkat. Dari tabel dapat digambarkan bahwa pendapatan masyarakat di dusun Tanggiring meningkat.

22. Jawaban menurut responden mengenai biaya pengeluaran terhadap kebutuhan hidup setelah jalan dibangun.


(62)

Tabel 4.26. Pengeluaran Untuk Kebutuhan Hidup Tingkat pengeluaran untuk

kebutuhan hidup

Frekuensi (F) %

Sangat meningkat 23 29,9

Meningkat 42 54,5

Tidak meningkat 2 2,6

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 22 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 42 orang atau 54,5% responden menyatakan bahwa pengeluaran untuk kebutuhan hidup masyarakat di dusun Tanggiring meningkat. Sedangkan 23 responden atau 29,9% menyatakan bahwa pengeluaran untuk kebutuhan hidup masyarakat di dusun Tanggiring sangat meningkat. Sebanyak 2 orang atau 2,6% responden menyatakan bahwa pengeluaran untuk kebutuhan hidup masyarakat di dusun Tanggiring tidak meningkat. Dari tabel dapat digambarkan bahwa pengeluaran untuk kebutuhan hidup masyarakat di dusun Tanggiring meningkat.

23. Jawaban menurut responden mengenai kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari setelah jalan dibangun.

Tabel 4.27. Kebutuhan Hidup Masyarakat Tingkat kebutuhan hidup

masyarakat

Frekuensi (F) %

Sangat meningkat 16 20,8

Meningkat 59 76,6

Tidak meningkat 2 2,6

Total 77 100


(63)

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 59 orang atau 76,6% responden menyatakan bahwa kebutuhan hidup masyarakat di dusun Tanggiring meningkat. Sedangkan 16 responden atau 20,8% menyatakan bahwa kebutuhan hidup masyarakat di dusun Tanggiring sangat meningkat. Sebanyak 2 orang atau 2,6% responden menyatakan bahwa kebutuhan hidup masyarakat di dusun Tanggiring tidak meningkat.. Dari tabel dapat digambarkan bahwa kebutuhan hidup masyarakat di dusun Tanggiring meningkat.

24. Jawaban menurut responden mengenai keinginan untuk membeli barang-barang selain barang kebutuhan sehari-hari setelah jalan dibangun.

Tabel 4.28. Keinginan Masyarakat Membeli Barang Selain Kebutuhan Sehari-hari

Tingkat keinginan masyarakat membeli barang selain kebutuhan sehari-hari

Frekuensi (F) %

Sangat meningkat 18 23,4

Meningkat 56 72,7

Tidak meningkat 3 3,9

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 24 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 56 orang atau 72,7% responden menyatakan bahwa keinginan masyarakat di dusun Tanggiring untuk membeli barang selain kebutuhan sehari – hari meningkat. Sedangkan 18 responden atau 23,4% menyatakan bahwa keinginan masyarakat di dusun Tanggiring untuk membeli barang selain kebutuhan sehari – hari sangat meningkat. Sebanyak 3 orang atau 3,9% responden menyatakan bahwa keinginan masyarakat di dusun Tanggiring


(64)

untuk membeli barang selain kebutuhan sehari – hari tidak meningkat. Dari tabel dapat digambarkan bahwa keinginan masyarakat di dusun Tanggiring untuk membeli barang selain kebutuhan sehari – hari meningkat.

25. Jawaban menurut responden mengenai kemudahan untuk membeli barang-barang kebutuhan setelah jalan dibangun.

Tabel 4.29. Kemudahan Untuk Membeli Barang Kebutuhan Tingkat kemudahan untuk

membeli barang kebutuhan

Frekuensi (F) %

Semakin mudah 22 28,6

Mudah 53 68,8

Tidak mudah 2 2,6

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 25 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 53 orang atau 68,8% responden menyatakan bahwa masyarakat di dusun Tanggiring mudah untuk membeli barang kebutuhan. Sedangkan 22 responden atau 28,6% menyatakan bahwa masyarakat di dusun Tanggiring semakin mudah untuk membeli barang kebutuhan. Sebanyak 2 orang atau 2,6% responden menyatakan bahwa masyarakat di dusun Tanggiring tidak mudah untuk membeli barang kebutuhan Dari tabel dapat digambarkan bahwa bahwa masyarakat di dusun Tanggiring mudah untuk membeli barang kebutuhan.

26. Jawaban menurut responden mengenai kemudahan untuk mengetahui harga jual hasil panen setelah jalan dibangun.


(65)

Tabel 4.30. Kemudahan Untuk Mengetahui Harga Jual Hasil Panen Tingkat kemudahan untuk

mengetahui harga jual hasil panen

Frekuensi (F) %

Semakin mudah 39 50,6

Mudah 37 48,1

Tidak mudah 1 1,3

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 26 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 39 orang atau 50,6% responden menyatakan bahwa masyarakat di dusun Tanggiring mudah untuk mengetahui harga jual hasil panen. Sedangkan 37 responden atau 48,1% menyatakan bahwa masyarakat di dusun Tanggiring semakin mudah untuk mengetahui harga jual hasil panen. Sebanyak 1 orang atau 1,3% responden menyatakan bahwa masyarakat di dusun Tanggiring tidak mudah untuk mengetahui harga jual hasil panen. Dari tabel dapat digambarkan bahwa bahwa masyarakat di dusun Tanggiring mudah untuk mengetahui harga jual hasil panen.

27. Jawaban menurut responden mengenai kemudahan untuk memperoleh pupuk untuk pertanian setelah jalan dibangun.

Tabel 4.31. Kemudahan Untuk Memperoleh Pupuk Pertanian Tingkat kemudahan untuk

memperoleh pupuk pertanian

Frekuensi (F) %

Semakin mudah 29 37,7

Mudah 34 44,2

Tidak mudah 5 6,5

Total 77 100


(66)

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 34 orang atau 44,2% responden menyatakan bahwa masyarakat di dusun Tanggiring mudah untuk memperoleh pupuk pertanian. Sedangkan 29 responden atau 37,7% menyatakan bahwa masyarakat di dusun Tanggiring semakin mudah untuk memperoleh pupuk pertanian. Sebanyak 5 orang atau 6,5% responden menyatakan bahwa masyarakat di dusun Tanggiring tidak mudah untuk memperoleh pupuk pertanian. Dari tabel dapat digambarkan bahwa bahwa masyarakat di dusun Tanggiring mudah untuk memperoleh pupuk pertanian. 28. Jawaban menurut responden mengenai keuntungan dengan menjual hasil panen langsung ke kota setelah jalan dibangun.

Tabel 4.32. Keuntungan Untuk Menjual Hasil Panen Langsung Ke Kota Tingkat keuntungan untuk

menjual hasil panen langsung ke kota

Frekuensi (F) %

Semakin untung 55 71,4

Untung 19 24,7

Tidak untung 3 3,6

Total 77 100

Sumber : Kuesioner No. 28 Agustus 2009

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 55 orang atau 71,4% responden menyatakan bahwa masyarakat di dusun Tanggiring semakin untung dengan menjual hasil panen langsung ke kota. Sedangkan 19 responden atau 24,7% menyatakan bahwa masyarakat di dusun Tanggiring untung dengan menjual hasil panen langsung ke kota. Sebanyak 3 orang atau 3,6% responden menyatakan bahwa masyarakat di dusun Tanggiring tidak untung dengan menjual hasil panen langsung ke kota. Dari


(1)

16. Bagaimana dengan pengadaan fasilitas umum (seperti : sumber air bersih, koperasi, listrik, telepon) setelah jalan dibangun ?

a. Semakin meningkat b. Meningkat

c. Tidak meningkat

17. Bagaimanakah dengan fasilitas-fasilitas pendidikan sekolah di dusun ini, setelah jalan dibangun ?

a. Semakin baik b. Baik

c. Tidak baik

Indikator ekonomi :

Pemasaran dan distribusi hasil produksi pertanian

18. Bagaimana distribusi atau penjualan hasil panen ke kota setelah jalan dibangun ?

a. Sangat lancar

b. Lancar c. Tidak lancar

19. Apakah hasil panen semakin mudah dijual ke luar dusun setelah jalan dibangun ?

a. Sangat mudah b. Mudah c. Tidak mudah


(2)

20. Apakah anda semakin mudah mendapat informasi harga-harga barang kebutuhan setelah jalan dibangun ?

a. Semakin mudah b. Mudah

c. Tidak mudah

Perilaku ekonomi masyarakat

21. Bagaimanakah penghasilan anda setelah jalan dibangun ? a. Sangat meningkat

b. Meningkat c. Tidak meningkat

( Untuk pertanyaan a sampai dengan e mohon dijawab dengan menuliskan jawaban di bawah pertanyaan yang tersedia )

a. Berapakah penghasilan anda per bulan?

... ... b. Adakah pengaruh pembangunan jalan di dusun ini terhadap peningkatan

penghasilan anda dibandingkan dengan sebelum terjadinya pembangunan jalan?

... ... ...


(3)

c. Berapakah rata –rata jumlah biaya pengeluaran kebutuhan anda sehari – hari? ... ... ... d. Kebutuhan apa saja yang paling penting untuk dipenuhi pada keluarga anda?

... ... e. Untuk hal apa sajakah penghasilan anda paling sering digunakan?

... ... ... ...

22. Bagaimanakah biaya pengeluaran anda terhadap kebutuhan hidup setelah jalan dibangun?

a. Sangat meningkat b. Meningkat c. Tidak meningkat

23. Bagaimanakah kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari setelah jalan di bangun ?

a. Sangat meningkat b. Meningkat c. Tidak meningkat


(4)

24. Bagaimanakah keinginan anda untuk membeli barang-barang selain barang kebutuhan sehari-hari semakin meningkat sejak jalan dibangun ?

a. Sangat meningkat b. Meningkat c. Tidak meningkat

25. Apakah masyarakat semakin mudah untuk membeli barang-barang kebutuhan setelah jalan dibangun ?

a. Sangat mudah b. Mudah c. Tidak mudah

26. Apakah anda semakin mudah mengetahui harga jual hasil panen setelah jalan di bangun ?

a. Semakin mudah b. Mudah

c. Tidak mudah

27. Apakah masyarakat semakin mudah memperoleh pupuk untuk pertanian setelah jalan dibangun ?

a. Semakin mudah b. Mudah

c. Tidak mudah

28. Apakah masyarakat semakin untung dengan menjual hasil panen langsung ke kota setelah jalan dibangun ?


(5)

b. Untung c. Tidak untung

Peluang kerja

29. Apakah masyarakat semakin banyak mencari pekerjaan ke daerah lain, setelah jalan dibangun ?

a. Semakin banyak b. Banyak

c. Tidak banyak

30. Bagaimana keinginan para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya ke luar daerah, setelah jalan dibangun ?

a. Semakin meningkat b. Meningkat


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Immanuel Christian Mezis Sagala

Umur : 25 Tahun

Tempat/Tgl Lahir : Sidikalang, 25 Desember 1984 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Kristen Protestan

Anak ke : 4 dari 4 bersaudara

Alamat : Jl. Mesjid Syuhada Gg.Sepadan, No.12 Pasar VI P.Bulan, Medan ( 20132 )

Anak dari

Ayah : Enget Sagala, SH

Ibu : Samaria Solin

Pendidikan Formal

• 1. TK PERTIWI Sidikalang Tahun 1992-1993 • 2. SD Katolik ST.Josef Bers.Sidikalang Tahun 1993-1999 • 3. SMP ST.Paulus.Sidikalang Tahun 1999-2002 • 4. SMA Negeri 1 Sidikalang Tahun 2002-2005

• 5. S1 Sosiologi FISIP USU Tahun 2005-2009

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya perbuat dengan sebenarnya.

Medan, September 2009