Dampak Ekonomi Atas Keberadaan P.T Inalum Terhadap Masyarakat

mereka hanya berprofesi sebagai tukang ojek atau tenaga harian di lahan pertanian milik orang lain. Sebagian dari mereka menjadi pekerja serabutan.

4.2. Dampak Ekonomi Atas Keberadaan P.T Inalum Terhadap Masyarakat

Secara resmi proyek Asahan merupakan suatu proyek yang diharapkan dapat membantu perkembangan potensi daerah sekitarnya. Proyek ini juga diharapkan dapat memberikan Multiplier effect atau efek pengganda yang cukup besar dalam industri yang besar. Jadi, dengan dibangunnya proyek Asahan di Sumatera Utara mengakibatkan beberapa buah proyek lainnya baik yang terletak di Sumatra Utara maupun yang terletak di Propinsi lain menjadi layak untuk dibangun. Secara umum proyek Asahan dibagi dalam beberapa bagian yaitu: a. Pembangunan PLTA Asahan di Tapanuli Utara b. Pembangunan Pabrik Peleburan Aluminium PT Inalum di Kuala Tanjung c. Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung sebagai sarana penunjang PT. Inalum d. Pembangunan Kota Baru di Tanjung Gading sebagai tempat pemukiman Karyawan PT Inalum. Dari keempat macam proyek Asahan tersebut di atas, diharapkan dapat menimbulkan pengaruh yang dapat meningkatkan taraf hidup penduduk setempat, melalui berbagai macam usaha seperti : Universitas Sumatera Utara a. Kesempatan kerja di proyek b. Perdagangan kecil-kecilan barang-barang kebutuhan tenaga kerja proyek tersebut. c. Peningkatan berbagai hasil produksi penduduk di sekitar proyek yang tadinya kurang pembeli dan lain sebagainya. Dalam aspek ini pengaruh yang akan dilihat dengan dibangunnya Proyek Asahan, hanya dikhususkan pada pengaruh yang ditimbulkan oleh Proyek Pembangunan Pabrik Peleburan Aluminium {PT Inalum di Kuala Tanjung. Jadi penelitian ini tidak melihat secara keseluruhan pengaruh yang ditimbulkan oleh Proyek Asahan. Hanya saja, data-data yang diperoleh dari pengaruh proyek Asahan tersebut dipakai sebagai bahan penunjang. Adanya pengaruh PT Inalum terhadap bidang sosial ekonomi akan diuraikan melalui Efek pengganda, kesempatan kerja dan perubahan mata pencaharian masyarakat sekitar dalam kaitannya dengan berdirinya PT Inalum.

4.2.1 Efek Pengganda Dari PT. Inalum

Sebelumnya, perlu kiranya diberikan definisi apa yang dimaksud dengan Efek Pengganda. Efek Pengganda multiplier effect adalah bertambahnya kegiatan berusaha penduduk sebagai pengaruh berdirinya Pabrik Peleburan Aluminium PT Inalum. Efek pengganda yang diharapkan sebenarnya ada dua macam yaitu yang pertama: timbulnya industri hilir dan yang kedua bertambahnya kegiatan berusaha penduduk di sekitar pabrik smelter terutama di bidang perdagangan. Universitas Sumatera Utara Efek pengganda yang timbul dengan berdirinya PT Inalum khususnya terhadap timbulnya industri hilir, sampai sekarang pengaruhnya belum ada. Sebenarnya PT Inalum sendiri mengharapkan ada 6 macam pabrik industri hilir yang dapat didirikan dengan menggunakan bahan baku aluminium. Keenam jenis pabrik tersebut adalah sebagai berikut: a. Pabrik yang menghasilkan Billet, sebagai bahan baku untuk pabrik extrusi. b. Pabrik aluminium rod, yang menghasilkan bahan baku untuk pabrik kabel. c. Pabrik rolling mill, yang akan mengolah batangan-batangan aluminium menjadi lembaran-lembaran. d. Pabrik pembuat foil aluminium foil, untuk keperluan kertas pembungkus dan bahan isolasi. e. Pabrik extrusi yang mengolah Billet, menjadi bahan-bahan bangunan seperti kosen dan lain-lain. f. Pabrik pengecoran aluminium, {Departemen Perindustrian, 1990 Maksud didirikannya keenam macam pabrik industri hilir tersebut adalah untuk memperkuat sektor industri primer industri Aluminium PT Inalum. Jadi dengan adanya, industri hilir tersebut diharapkan akan memperkuat pasaran aluminium baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Maksudnya adalah dengan banyaknya berdiri industri hilir di daerah sekitar PT Inalum, maka pasaran aluminium dari PT Inalum tidak bergantung kepada pasaran luar negeri saja. Berdirinya industri hilir diharapkan juga dapat meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja khususnya di kabupaten Asahan dan Propinsi Sumatera Universitas Sumatera Utara pada umumnya. Tujuannya agar pendapatan daerah Sumatra Utara akan meningkat dengan banyaknya berdiri industri hilir, disamping pendapatan daerah yang diperoleh dari PT Inalum. Efek pengganda dari penambahan kegiatan ini diharapkan akan melimpah ke bidang-bidang lain seperti perumahan sewa- menyewa atau pembangunan rumah baru, pertokoan, restoran, hotel, pengangkutan, pesawat dan catering makanan pesanan. Jika keenam pabrik di atas bisa didirikan oleh pengusaha- pengusaha setempat atau dari kota lain, tentu akan berkembang pesat daerah sekitar PT Inalum. PT Inalum yang mempunyai potensi untuk mengembangkan ke-6 pabrik tersebut tidak diperbolehkan untuk mendirikannya oleh Pemerintah Indonesia. Hal ini sesuai dengan perjanjian antara PT Inalum dengan Pemerintah Indonesia Departemen Perindustrian RI, bahwasannya PT Inalum tidak diperbolehkan menjual secara langsung kepada konsumen atau ke pasaran bebas berupa aluminium yang telah diolah. Jadi pihak PT Inalum hanya berhak memproduksi batangan-batangan aluminium sebagai bahan baku saja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berdirinya industri hilir dalam kaitannya dengan berdirinya PT Inalum yaitu modal dan pemasaran. Modal merupakan faktor yang paling penting dalam mendirikan sebuah pabrik. Apabila diperhatikan dari 6 macam pabrik yang diharapkan berdiri oleh PT Inalum semuanya memerlukan modal yang besar. Modal yang besar diperlukan untuk membeli mesin-mesin dan juga untuk pembelianpembebasan tanah sebagai tempat lokasi pabrik yang akan didirikan. Masalah modal ini merupakan penghambat utama bagi pengusaha lokal untuk mendirikan pabrik tersebut. Universitas Sumatera Utara Walaupun mungkin ditinjau dari segi lainnya tidak ada masalah seperti misalnya, tersedianya tenaga kerja yang muram. Seperti yang telah diterangkan di atas, bahwasannya modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk mendirikan sebuah pabrik. Namun, disamping modal, faktor yang tak kalah pentingnya dalam mendirikan suatu pabrik adalah faktor pemasaran. Pemasaran yang dimaksudkan di sini adalah pasar sebagai tempat pelemparan hasil produksi kepada konsumen. Jauh dekatnya pasar sangat menentukan dalam mendirikan suatu pabrik. Menurut keterangan yang diperoleh dari pihak PT Inalum, enggannya para pengusaha mendirikan pabrik di sekitar lokasi PT Inalum, hal ini terutama disebabkan karena jauhnya jarak pasar dengan lokasi pabrik. Hal ini tidak menguntungkan bagi pengusaha apabila ditinjau dari segi lokasi. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang Staf PT Inalum, bahwasannya pasar bagi hasil industri ringan masih tetap berada di Pulau Jawa. Artinya konsumen barang- barang yang dihasilkan oleh industri hilir tersebut mengelompok di Pulau Jawa, karena sebagian besar penduduk Indonesia berdiam di pulau tersebut. Penjelasan lain yaitu industri-industri proyek bahan baku aluminium akan cenderung mendekati daerah konsumen yang telah memiliki fasilitas industri. Sebagi jalan keluar banyak pengusaha yang sudah mempunyai pabrik di pulau Jawa lebih suka mendatangkan bahan baku daripada mendirikan pabrik yang baru di sekitar industri PT Inalum di Kuala Tanjung, kabupaten Batu Bara. Hal ini tentunya lebih murah karena mengangkut bahan baku lebih mudah, sehingga biaya transportasi transportation cost dapat dihemat. Berbeda dengan Universitas Sumatera Utara mengangkut barang sudah jadi, biaya transportasinya lebih tinggi, karena selain memakan ruangannya lebih banyak, ditambah lagi dengan menjaga keselamatan barang-barang tersebut. Sehingga hal ini menyebabkan biaya transportasinya lebih mahal dari pada mengangkut bahan baku, Jadi, dapat. disimpulkan bahwa dalam mendirikan suatu pabrik yang sifatnya berupa industri hilir dibutuhkan modal yang besar dan tempat pemasaran yang strategis. Kedua faktor tersebut harus saling kait-mengkait dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa belum satupun dari 6 pabrik yang diharapkan oleh PT Inalum berdiri di sekitar industri tersebut. Namun demikian, setelah pasca operasional dan bahkan akhir-akhir ini muncul berdirinya industri-industri lain di luar รณ pabrik tersebut. Industri tersebut antara lain industri pengolahan minyak goreng yang bahan bakunya dari kelapa sawit Sania yang telah beroperasi sejak tahun 1998, dan bahkan akan disusul munculnya jenis-jenis industri lainnya. Industri ini telah banyak pula menyerap tenaga kerja penduduk lokal.

4.2.2. Tumbuhnya Usaha Perdagangan

Usaha perdagangan yang dilakukan di sekitar proyek PT Inalum sewaktu masa konstruksi, sebagian besar bergerak di bidang usaha sektor informal antara lain-lain: warung-warung, toko kelontong, tukang tambal ban, bengkel sepeda motor, tukang ojeg, dan kafe-kafe tradisional. Oleh karena itu, sebelum menguraikan masalah ini lebih lanjut, perlu kiranya diberikan definisi apa yang dimaksud dengan sector informal. Sektor informal adalah unit-unit usaha yang Universitas Sumatera Utara tidak atau sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah Hidayat, 1983:418. Menurut Hidayat, ada 11 ciri sektor informal yaitu : 1. Kegiatan usahanya tidak terorganisasikan secara baik 2. Pada umumnya unit usahanya tidak mempunyai usaha 3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja. 4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi lemah tidak sampai ke sektor ini, 5. Unit usaha mudah keluar masuk dari suatu sub sektor ke lain sub sektor. 6. Teknologi yang dipergunakan bersifat tradisional. 7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi relatif kecil. 8. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperlukan diperoleh dari pengalaman sambil bekerja. 9. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan yang mengerjakan sendiri usahanya dan kalau mengerjakan buruhnya berasal dari keluarga. 10. Sumber dan modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri atau dari lembaga keuangan tidak resmi. 11. Hasil produksi jasa terutama dikonsumsikan oleh golongan kota atau desa yang berpenghasilan rendah, tetapi juga kadang- kadang yang berpenghasilan menengah. Dari 11 ciri sektor informal tersebut di atas, maka dapatlah diidentifikasi bahwasannya kegiatan perdagangan di daerah sekitar lokasi PT Inalum, termasuk Universitas Sumatera Utara dalam kategori usaha di sektor informal. Hal ini dapat dilihat dari pola usahanya yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Kegiatan usahanya tidak terorganisasikan secara baik 2. Pada umumnya unit usahanya tidak mempunyai izin usaha 3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja 4. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperlukan diperoleh dari pengalaman sambil bekerja 5. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan yang mengerjakan sendiri usahanya, dan kalau mengerjakan buruhnya berasal dari keluarga. 6. Hasil produksi jasa terutama dikonsumsi oleh golongan yang berpenghasilan rendah tetapi juga kadang-kadang yang berpenghasilan menengah. Pada masa pembangunan fisik industri masa konstruksi merupakan fase dimana kegiatan pembangunan Proyek PT Inalum mencapai titik puncaknya. Pada masa konstruksi tersebut tenaga kerja yang bekerja jumlahnya besar sekali yaitu mencapai kurang lebih 2.000 orang. Umumnya tenaga kerja tersebut berasal dari luar Kabupaten Batu Bara dan hanya sedikit yang berasal dari Kabupaten Asahan. Untuk mencukupi kebutuhan para pekerja, terutama yang pendatang, mulailah penduduk membuka usaha terutama usaha untuk memenuhi kebutuhan pokok pekerja, seperti makan dan minum sehari-hari. Mulai saat itu tumbuhlah usaha-usaha di sektor informal terutama yang bergerak di bidang usaha perdagangan makanan. Di sekitar proyek tumbuh warung-warung makanan guna melayani pekerja yang bekerja siang maupun malam. Umumnya penduduk yang bertempat tinggal di sekitar proyek PT Inalum Universitas Sumatera Utara yaitu Desa Kuala Tanjung, Desa Lalang dan Kuala Indah. Namun demikian, ada juga penduduk yang berasal dari luar desa tersebut yang ikut berjualan di sekitar proyek PT Inalum. Proses pembangunan fisik industri PT Inalum cukup memakan waktu yang lama yaitu dimulai sejak tahun 1977 sampai tahun 1982. Ini berarti bahwa selama decade tersebut merupakan waktu yang cukup lama bagi penduduk di sekitar proyek untuk membuka usaha perdagangannya. Saat-saat seperti itu, merupakan suatu hal yang sangat menguntungkan bagi penduduk setempat. Dari pengakuan mereka yang tidak mengira sama sekali akan berdirinya industri raksasa di daerahnya. Pada hal dahulunya, daerah tersebut merupakan daerah terisolir, daerah yang berupa rawa-rawa yang sepertinya tidak akan pernah dijamahdiperhatikan oleh penduduk dari daerah lain, apalagi oleh para pengusaha. Pada masa sesudah beroperasinya PT Inalum, akhir tahun 1982 pembangunan fisik industri selesai, maka dengan demikian berakhirlah semua kegiatan selama ini yang banyak menyerap tenaga kerja. Dengan demikian hilanglah pula semua konsumen yang selama ini menjadi langganan dari usaha dagang penduduk, yang sebagian besar meninggalkan daerah tersebut. Sebagai akibatnya usaha-usaha tersebut sekarang menjadi tidak menguntungkan lagi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar tenaga kerja meninggalkan proyek dan banyak dari tenaga kerja tersebut yang kembali pada kontraktor induknya semula sedangkan tenaga kerja yang tersisa yang jumlahnya lebih kurang 2.500 orang. Universitas Sumatera Utara Tenaga kerja ini akan menangani pabrik yang beroperasi, dan mereka ini telah diangkat menjadi karyawan PT Inalum. Sebagian besar mereka ini tinggal di komplek Inalum yang berlokasi di Kota Baru Tanjung Gading yang telah menyediakan fasilitas secara lengkap dan fasilitasnya berdasarkan struktur jabatan dalam pekerjaan. Sedangkan karyawan PT Inalum yang tinggal di luar komplek, jumlahnya hanya sedikit. Dengan pulangnya sebagian besar tenaga kerja ke kontraktor mereka masing-masing, maka banyak pula penduduk yang meninggalkan warung-warungnya yang dibangun selama ini. Hal ini disebabkan karena warung-warung makanan tersebut tidak menguntungkan lagi. Apabila diperhatikan daerah sekitar lokasi PT Inalum, maka akan terlihatlah bahwa keadaan di sekitar pabrik smelter makin sepi. Warung-warung yang dahulunya ramai dikunjungi pekerja proyek, sekarang tinggal bekas-bekas bangunan saja. Penduduk nampaknya tidak lagi bergairah untuk membuka usaha perdagangan khususnya usaha warung makanan atau toko kelontong, hal ini disebabkan karena pembeli sudah berkurang. Namun demikian, dilihat perkembangannya sampai sekarang ada beberapa orangpenduduk yang masih bertahan membuka usahanya berupa warung makanan, toko kelontong, dan bahkan ada beberapa kafe-kafe tradisional yang beroperasi pada malam hari khususnya di pinggir jalan masuk yang menghubungkan PT Inalum dengan jalan negara yang menghubungkan Medan - Tebing Tinggi - Kisaran. Daerah-daerah yang untuk beroperasi antara lain di pinggir jalan yakni Desa Pakam, Desa Pakamraya dan Desa Lalang. Usaha-usaha yang masih dijalankan oleh penduduk lokal, meskipun sudah banyak yang berkurang tetapi Universitas Sumatera Utara ada yang tetap bertahan. Bantuan-bantuan sarana ekonomi yang dibangun oleh PT Inalum, masih tetap dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk melakukan kegiatan di sektor perdagangan. Bantuan tersebut antara lain sebuah Pasar PT Inalum yang terletak di Desa Lalang, sampai sekarang tetap beroperasi dan sebagai tempat transaksi jual-beli barang-barang perdagangan misalnya: kebutuhan makanan sehari- hari, pakaian, Ikan laut hasil para nelayan setempat, dan sebagainya. Para pelaku yang memanfaatkan pasar tersebut adalah bervariasi antara lain penduduk lokal, karyawan Inalum dan masyarakat umum lainnya. Menurut keterangan beberapa pedagang yang berasal dari penduduk lokal, bahwa mereka dahulu sebelum membuka warung di pasar Inalum pernah melakukan dagang minum-minuman dan makanan di sekitar pabrik ketika masih dibangun dan keuntungannya lumayan besar. Tetapi setelah pembangunan pabrik selesai dan mulai PT Inaium beroperasi lama-lama kehilangan konsumen, sehingga lama- kelamaan tidak ada penghasilan dan akhirnya membuka warung di pasar Inalum. Bahkan konsumen-konsumen yang membeli di warung tersebut, disamping masyarakat umum, juga banyak yang berasal dari karyawan PT Inalum. Dilihat perkembangannya pada akhir-akhir ini, keuntungan yang diperoleh menurun. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh daya beli yang menurun, terutama pada masa krisis ekonomi lima tahun terakhir ini. Pedagang-pedagang di Pasar PT Inalum umumnya mengatakan merasa diuntungkan, karena konsumen-konsumen sebagian juga berasal dari karyawan PT Inalum. Seperti pedagang ikan yang menampung dari hasil tangkapan para Universitas Sumatera Utara nelayan, umumnya sudah mempunyai pelanggan yang rutin membeli kepadanya tersebut yang sebagian besar dibutuhkan oleh karyawan PT Inalum. Sehingga keuntungan yang diperoleh oleh pedagang ikan tersebut, konsumen dari PT Inalum sangat mempengaruhi karena sudah menjadi langganan tetap.

4.2.3 Kesempatan Kerja

Sebagaimana di kemukakan diatas, sebelum berdirinya PT Inalum, sebagian besar daerah penelitian masih merupakan daerah yang terisolir. Salah satu akibat dari keadaan tersebut adalah terbatasnya kesempatan kerja. Kesempatan kerja yang ada pada umumnya hanya di bidang pertanian. Menurut keterangan dari beberapa responden, bahwa sebelum dibangun PT Inalum, sebagian penduduk bekerja di bidang pertanian antara lain sebagai petani dan nelayan. Sedangkan yang bekerja di luar pertanian hanya sebagian kecil saja. Pekerjaan di luar bidang pertanian pada umumnya bekerja pada pekerjaan yang bersifat informal seperti tukang, dagang dan buruh, sedangkan yang bekerja pada sector formal yaitu seperti Pegawai Negeri guru, karyawan kantor pemerintah dan yang bekerja di luar bidang pertanian ini pada umumnya adalah yang bertempat tinggal dekat dengan kota atau pinggiran kota. Setelah dibangunnya industri peleburan aluminium di lokasi penelitian, dengan sendirinya menimbulkan harapan-harapan baru bagi terbukanya kesempatan kerja baru di luar bidang pertanian bagi penduduk setempat. PT Inalum, pada masa beroperasi telah menyerap tenaga kerja sebanyak 2.210 pekerja. Sedangkan sebelumnya, yaitu pada waktu masa konstruksi lebih Universitas Sumatera Utara banyak lagi yaitu sekitar 1 2.000 orang yang pada umumnya tenaga-tenaga buruh yang didatangkan dari penduduk setempat maupun pendatang yang dikontrak oleh para kontraktor. Dilihat dari daerah asal pekerja, dari 2210 pekerja yang PT Inalum sudah beroperasi itu, sebagian besar berasal dari Propinsi Sumatra Utara, dan hanya sebagian kecil saja yang didatangkan dari luar Pulau Sumatra. Banyaknya pekerja yang berasal dari Sumatra Utara tersebut, karena perusahaan mempunyai kebijaksanaan untuk mengambil pekerja dari putra daerah setempat. Walaupun perusahaan telah mengambil kebijaksanaan untuk mempekerjakan putra daerah setempat, sedikit sekali penduduk daerah penelitian yang menjadi pekerja tetap di pabrik tersebut. Penduduk lokal yang bekerja di PT Inalum kebanyakan ditempatkan di posisi level bawah seperti: pelayan, satpam, dan sejenisnya. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kualitas tenaga kerja setempat yang tidak sesuai dengan persyaratan yang diajukan oleh PT Inalum. Seperti diketahui, bahwa tingkat pendidikan penduduk lokal rata-rata masih rendah. Kondisi tersebut yang merupakan penghalang bagi mereka untuk masuk menjadi pekerja di PT Inalum. Bagi sebagian kecil penduduk yang tinggal dekat dengan PT Inalum, masih mempunyai kesempatan kerja yang berhubungan dengan PT Inalum, yaitu sebagai buruh mengangkut batangan- batangan aluminium ke kapal. Pekerjaan tersebut kebanyakan merupakan usaha sampingan. Pekerjaan tersebut tidak dilakukan setiap hari, hanya sekitar sepuluh hari dalam setiap bulan. Penghasilan sebagai buruh angkut tersebut memberikan tambahan yang cukup berarti bagi mereka, yang semula hanya mendapatkan penghasilan dari hasil Universitas Sumatera Utara pertanian saja. Tentunya harapan, penduduk setempat, fidak hanya bekerja sebagai buruh angkut saja, namun persyaratan yang diajukan oleh PT Inalum untuk menjadi pekerja diperusahaan tersebut tidak terjangkau oleh mereka, sehingga untuk sementara ini mereka terpaksa puas sebagai Buruh angkut. Kesempatan kerja lain yang ditimbulkan oleh adanya pembangunan pabrik peleburan aluminium. Melihat perkembangan akhir-akhir ini khususnya setelah terjadi krisis moneter semakin memprihatinkan, banyak karyawan-karyawan PT Inalum yang mengajukan pensiun muda, meskipun sejak berdiri belum pernah terjadi PHK Pemutusan Hubungan Kerja. Mereka umumnya yang kurang produktif, sebagai akibat untuk mengurangi tenaga kerja, ditawari untuk memilih Pensiun Muda atau masih tetap bertahan sebagai karyawan. Sehingga bagi mereka yang merasa tidak tahan bekerja di perusahaan tersebut, ada kecenderungan mengajukan memilih pensiun muda dengan mendapat uang pesangon yang besarnya ditentukan oleh perusahaan. Mereka yang terkena pensiun muda, umumnya bagi penduduk lokal, uang pesangon tersebut digunakan untuk modal usaha secara mandiri. Usaha yang dilakukan antara lain digunakan untuk membeli kapal penangkap ikan kemudian disewakan kepada para nelayan yang membutuhkan, dan ada pula yang dibelikan motor untuk transportasi ojeg dan sebagainya. Dalam perkembangannya, kesempatan kerja lain semakin lama mengalami kesulitan, terutama yang dialami oleh penduduk lokal. Misalnya, pada waktu awal Universitas Sumatera Utara PT Inalum beroperasi, untuk keperluan makan siang bagi karyawan PT Inalum disuplaydilayani oleh pengusaha penduduk lokal dengan sistem Catering, akan tetapi lama-kelamaan sampai sekarang usaha catering tersebut diambil alih oleh KOKALUM Koperasi Karyawan PT Inalum, hal ini berakibat kesempatan usaha bagi penduduk lokal tergeser. Bahkan ada kecenderungan, pekerjaan seperti sopir antar jemput karyawan, tukang bersih-bersih rumput, tukang sapu baik di kantor perusahaan, komplek perumahan karyawan, Gues House, Mess dan tempat rekreasi PT Inalum, sudah diambil alih oleh perusahaan lain dengan sistem kerja kontrak. Para pekerja kontrak ini belum tentu berasal dari penduduk lokal, yang kebanyakan didatangkan dari luar kabupaten Asahan. Jadi bagi mereka yang bekerjasebagai tenaga kontrak tersebut harus berhubungan atau melamar kepada kontraktor yang mengelolanya, bukan lagi terhadap PT Inalum. Kondisi yang demikian menyebabkan para penduduk lokal sulit untuk bekerja lagi di PT Inalum, khususnya bagi penduduk yang sudah masuk usia angkatan kerja. Kondisi PT Inalum dalam perkembangannya, tidak terlepas dengan perkembangan ekonomi Indonesia yang terjadi akhir-akhir ini khususnya setelah terjadi krisis moneter sejak tahun 1997. Jumlah tenaga kerja di PT Inalum sampai akhir tahun 2001 berjumlah 2.197 pekerja, jadi tidak jauh berbeda jumlahnya dibandingkan ketika PT Inalum mulai beroperasi sejak tahun 1982 yang berjumlah 2.210 pekerja. Apabila dibandingkan sejak tahun 1982, sudah banyak mengalami perubahan-perubahan khususnya personil- personilnya atau karena mutasi, pensiun, dan juga yang PDS Pensiun Dini Sukarela. Namun yang terlihat Universitas Sumatera Utara dominan adalah posisi jabatan menengah ke atas seperti: manager, senior manager, direktur sampai top pimpinan diduduki oleh mereka yang berasal dari luar daerah bahkan luar propinsi Sumatra Utara. Penduduk lokal yang bekerja di PT Inalum tidak mengalami perubahan, masih tetap di posisi level bawah yaitu pada kelompok Non Leader. Kebijaksanaan PT Inalum yang diambil setiap penerimaan tenaga kerja, meskipun dengan persyaratan-persyaratan yang harus mengutamakan putra daerah, tetapi tetap belum berjalan dengan semestinya. Hal ini disebabkan karena kriteria putra daerah tidak ketat, bagaimana syarat-syaratnya, sanksi-sanksinya serta bagaimana kualifikasinya belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Kondisi semacam ini mudah dimanipulasi oleh orang luar. Sehingga orang luar daerah tetap masuk ke PT Inalum tersebut, karena kualifikasi pendidikan akan tetap memenangkan kompetisi dalam penyaringan khususnya yang dialami oleh lulusan-lulusan yang berasal dari Universitas Di Jawa, seperti UI, ITB, dan sebagainya. Oleh karena itu masih tetap menimbulkan pertanyaan dan kecemburuan sosial. Kecemburuan sosial terutama muncul dari penduduk desa- desa sekitar PT Inalum dan sering menimbulkan pula persepsi penduduk terhadap PT Inalum khususnya tentang karyawan-karyawan yang bekerja di PT. Inalum. Ada yang mengatakan bahwa posisi jabatan menengah ke atas tetap diduduki oleh mereka yang berasal dari etnis Jawa, sehingga jangan berharap penduduk lokal dapat menempati posisi yang lebih baik tanpa mereka sadar bahwa syarat kualifikasi tidak terpenuhi. Universitas Sumatera Utara 4.2.4. Pengaruh Industri Inalum terhadap Sektor Pertanian Desa Lalang - Pertanian Di Desa Lalang Sebelum Adanya Industri Inalum Walaupun kebanyakan tenaga kerja terserap di bidang pertanian, namun bila dilihat produktivitasnya masih rendah. Hal ini disebabkan karena tanah di daerah tersebut adalah bekas Rawa-rawa yang kurang begitu subur. Selain itu usaha pertanian di daerah ini masih sedikit yang terjangkau oleh Intensifikasi, Ekstensifikasi maupun Diversifikasi pertanian. Sebagian besar sistem irigasi yang digunakan masih sangat sederhana yaitu berupa parit-parit, yang belum begitu teratur. Bibit unggul dan pupuk sudah digunakan walaupun masih belum memadahi. Apabila daerah ini sudah terjangkau oleh sistem intensifikasi tersebut tidak mustahil daerah ini akan merupakan daerah pertanian yang cukup baik. Daerah ini juga masih mempunyai lahan yang cukup luas untuk dijadikan areal persawahan baru. Aktivitas pertanian ini diawali dari proses pengolahan tanah sampai dengan pemanenan. Pada masa dulu biasanya selama proses produksi sendiri oleh petanipemilik sawah yang dibantu oleh keluarga dan beberapa tetangga dekat tanpa diberi upah melainkan pergantian tenaga bila suatu hari juga membutuhkan. Jadi sebelum proses produksi, petani ini harus mencari tenaga tambahan dari para tetangga untuk dimintai bantuannya. Sebagai imbalan bagi petani tersebut cukup disediakan makanan selama pekerjaan berlangsung. Proses produksi ini dimulai dari pengolahan tanah sawah, menanam padi, membersihkan tanamanmenyiangi padi sampai pada memanen padi. Dalam masa produksi ini biasanya terdapat Universitas Sumatera Utara pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Untuk pekerjaan yang dianggap berat seperti mengolah tanah pertanian dilakukan oleh laki-laki. Pekerjaan ini dimulai dengan meratakan tanah disamping memperbaiki pematang serta membajak sawah dengan menggunakan kerbau. Sedangkan pekerjaan yang ringan dilakukan oleh perempuan, misalnya pada saat menanam padi kemudian membersihkan tanah pertanian dari rumput-rumput yang tumbuh liar di sela-ssela tanaman padi. Akan tetapi pada saat panen tiba, pekerjaan menuai padi ini dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan tanpa terkecuali. Biasanya untuk perempuan ini menggunakan ani-ani untuk memotong padi dan sabitarit digunakan oleh laki-laki. Untuk merontokkan padi ini, kaum perempuan ini menggunakan kaki gerakannya seperti orang yang sedang menarijoget, sedangkan kaum laki-laki menggunakan alat perontok padi tradisional yang terbuat dari kayu. Setelah selesai maka akan diperhitungkan hasil panen yang mereka peroleh dengan cara memberikan bagian hasil sebanyak 15 bagian. - Pertanian di desa Lalang sesudah adanya Industri Inalum Sektor pertanian masih mempunyai peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja, sektor ini diharapkan dapat menampung tambahan angkatan kerja pada waktu itu. Di luar putau Jawa, sektor pertanian menjadi lebih penting peranannya dalam penyerapan tenaga kerja. Keadaan tersebut berkaitan dengan perbedaan pembangunan ekonomi antar wilayah. Pembangunan sektor non pertanian, kebanyakan masih banyak berada di pulau Jawa. Menurut sensus penduduk 1980, 68 tenaga kerja di pulau Sumatra terserap di sektor pertanian. Universitas Sumatera Utara Sebagai perbandingan adalah Jawa yang mempunyai angka sekitar 50 . Perbedaan yang cukup besar tersebut, selain disebabkan oleh kurangnya kesempatan kerja di luar sector pertanian juga disebabkan sistem pertanian di luar Jawa masih memberikan jaminan yang lebih baik. Seperti halnya keadaan di atas, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada masa setelah dibangunnya PT Inalum, masih tetap sebagian besar penduduk lokal bekerja di sektor pertanian, yaitu sebagai Petani dan Nelayan. Penduduk lokal yang kebanyakan sebagai nelayan umumnya di Desa Lalang yang merupakan daerah pesisir. Walaupun kebanyakan tenaga kerja terserap di bidang pertanian, namun bila dilihat produktivitasnya masih rendah. Hal ini disebabkan karena tanah di daerah tersebut adalah bekas Rawa-rawa yang kurang begitu subur. Selain itu usaha pertanian di daerah ini masih sedikit yang terjangkau oleh Intensifikasi, Ekstensifikasi maupun Diversifikasi pertanian. Sebagian besar sistem irigasi yang digunakan masih sangat sederhana yaitu berupa parit-parit, yang belum begitu teratur. Bibit unggul dan pupuk sudah digunakan walaupun masih belum memadahi. Apabila daerah ini sudah terjangkau oleh sistem intensifikasi tersebut tidak mustahil daerah ini akan merupakan daerah pertanian yang cukup baik. Daerah ini juga masih mempunyai lahan yang cukup luas untuk dijadikan areal persawahan baru. Pengaruh berdirinya PT Inalum terhadap lahan pertanian, terutama di daerah yang paling dekat dengan bangunan adalah sering terjadinya banjir. Sebelum adanya bangunan PT Inalum, daerah tersebut jarang banjir hanya dalam waktu yang tidak begitu lama. Dengan adanya banjir tersebut petani sering tidak Universitas Sumatera Utara mendapatkan hasil dari tanah pertanian mereka. Beberapa penduduk mengalihkan usaha pertanian mereka ke daerah lain di luar daerah penelitian. Mereka mengerjakan tanah orang lain dengan sistem bagi hasil. 4.2.5. Pengaruh Industri Inalum terhadap Sektor Perikanan Desa Lalang - Perikanan Di Desa Lalang Sebelum Adanya Industri Inalum Nelayan dikatakan di Desa Lalang yang dikatakan sebagai buruh nelayan biasa rata-rata mempunyai pendidikan setingkat sekolah dasar. Ketergantungan yang terjadi antara mereka dengan alam yang digarap, dan tidak berkeinginan untuk mencari mata pencaharian sampingan. Sedangkan nelayan juragan di laut merupakan nelayan pemilik dari perahu dan alat tangkap. Bermata pencaharian sampingan untuk mengisi masa paceklik, misalnya sebagai, pertanian, peternakan, ojekan, pengrajin, dan pedagang. Nelayan juragan didarat merupakan nelayan yang sudah mempunyai penghidupan yang lebih baik dibandingkan dengan nelayan biasa dan nelayan juragan dilaut, biasanya disebut dengan pengusaha ikan. Pola kerja nelayan dalam pergi melaut cukup bervariasi tergantung pada ransum perbekalan bagi nelayan selama melaut, jenis perahu dan peralatan tangkap yang digunakan. Nelayan yang menggunakan perahu kecil biasa pergi melaut untuk waktu 5-7 hari kemudian mendaratkan hasil tangkapannya. Nelayan yang menggunakan perahu sedang biasa pergi melaut untuk waktu 7-10 hari atau bahkan lebih dan kemudian pulang untuk mendaratkan hasil tangkapannya. Sedangkan nelayan yang menggunakan perahu layar Perahu Tanpa Mesin biasa Universitas Sumatera Utara pergi melaut untuk kurun waktu paling lama 1 bulan dan kemudian pulang untuk mendaratkan hasil tangkapannya. Keadaan ekonomi nelayan identik dengan keadaan sosial budaya yang ada pada mereka, selain nelayan mereka mempunyai kegiatan sampingan seperti pertanian, peternakan, dagang, sebagian lagi merupakan buruh nelayan yang hidup selalu bergantung pada nelayan, sebagian lagi nelayan yang berekonomi sudah mulai mapan memiliki perahu lebih dari satu. Kehidupan nelayan di Desa Lalang secara keseluruhan pada prinsipnya untuk mencukupi kebutuhan akan makan dan minum. Jika produksi ikan melimpah, bisa dijual kepasar, dengan harga murah, namun kelebihan produksi menyebabkan penangkapan bukan target tidak bisa untuk ditampung mengingat sarana dan prasarana yang terbatas. Otomatis akan terjadi transaksi ekonomi yang selalu merugikan nelayan kecil, karena harga yang terjadi dipasar akan menurun. Sebaliknya jika pada masa paceklik permintaan ikan dipasaran melimpah, sejalan dengan tingginya harga jual. Ini merupakan dilema yang terjadi secara terus menerus dalam masyarakat nelayan. Hal-hal lain yang turut berpengaruh juga antara lain : - Sulitnya pemasaran, - Tempatwadah cool box, - Penanganan hasil tangkapan dan prosesing yang belum dimiliki oleh nelayan sendiri. Universitas Sumatera Utara Dalam usaha perikanan nelayan di Desa Lalang sangat tergantung pada musim, harga dan pasar maka sebagian besar karakteristik masyarakat pesisir di Desa Lalang khususnya nelayan dan petani ikan tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut: 1. Kondisi ekosistem dan lingkungan yang rentan pada kerusakan, pencemaran dan degradasi kualitas lingkungan. Pembangunan kawasan industri di wilayah pesisir telah menjadi salah satu penyebab hancurnya sendi-sendi ekonomi kehidupan masyarakat seperti: anjloknya produksi penangkapan Ikan, dan tambak Udang.. 2. Ketergantungan pada musim. Ketergantungan pada musim sangat besar terutama pada nelayan kecil. Pada musim penangkapan mereka sangat sibuk, sedang pada musim peceklik mereka mencari kegiatan ekonomi lain atau menganggur. Secara umum pendapatan nelayan sangat fluktuatif. Kondisi ini tercermin dari pola hidup masyarakat nelayan. Pada musim Panen cenderung bersifat konsumtif berfoya-foya dan pada musim Paceklik mereka lebih banyak terlibat utang dengan rentenir tengkulak. Kondisi ini menyebabkan pola hubungan yang khas dikalangan masyarakat nelayan kecil, buruh nelayan, petani tambak ikan terikat oleh hubungan Patron-klien yaitu antara nelayan kecil dengan para tengkulak. Akibatnya para nelayan menjadi terikat dan tereksploitasi oleh juragan rentenir da harus membayar utang melalui tenagannya. 3. Tergantung pada pasar. Hal ini dikarenakan komoditas yang dihasilkan harus segera dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari guna Universitas Sumatera Utara menghindari ikan yang busuk sebelum laku dijual. Karakteristik ini mempunyai implikasi yang sangat penting yaitu masyarakat nelayan sangat peka terhadap fluktuatif harga. Perubahan harga sekecil apapun sangat mempengaruhi kondisi sosial masyarakat nelayan. Istri dan anak-anak nelayan tidak banyak terlibat dalam kegiatan perikanan, kecuali anak laki-laki nelayan yang sudah cukup dewasa untuk pergi melaut. Isteri dan anak-anak nelayan di Tanjung Pasir umumnya lebih banyak diam di rumah atau menganggur Untuk merubah peran istri nelayan dari peran tradisional ke peran yang produktif, misalnya menjadi pengolahpemasar ikan, istri nelayan harus mendapat persetujuan dari suami, anak, orang tua, dan mertua. - Perikanan Di Desa Lalang Sesudah Adanya Industri Inalum Bagi para nelayan, kesulitan yang dihadapi adalah tempat penangkapan ikan yang semakin jauh. Areal penangkapan ikan yang dahulu menjadi sumber penangkapan, sekarang telah menjadi pelabuhan PT Inalum. Namun bagi para nelayan tidak terjadi kekawatiran, karena walaupun agak jauh masih juga mendapatkan penghasilan dari penangkapan ikan tersebut. Terutama bagi para nelayan yang berdomisili di desa Lalang, mereka umumnya tidak dirugikan dengan adanya PT Inalum. Masalah utama adalah adanya Pukat-Pukat Harimau atau Kapal-kapal besar dari negara asing yang suka mencuri ikan di wilayah perairan ini, sehingga sangat merugikan penghasilan bagi para nelayan. Mereka mengharapkan sekali agar pencuri-pencuri ikan itu ditangkap dan diadili secara hukum, tetapi sampai sekarang belum ada tindakan dari pemerintah. Kontribusi PT Inalum terhadap kehidupan para nelayan tetap ada, namun belum Universitas Sumatera Utara begitu besar. Perusahaan dapat membantu prasarana jalan raya, pasar, sehingga memudahkan para nelayan untuk melakukan pemasaran ikan baik ke tingkat pasar lokal maupun ke luar daerah atau pasar propinsi yaitu di kota Medan. Sebelum ada PT Inalum, jalan-jalan masih susah ditempuh dan berupa hutan belantara, sekarang tidak menjadi masalah terutama di bidang transportasi. Pada tingkat lokal, adanya pasar PT Inalum sangat membantu terhadap kehidupan para nelayan. Dahulu ketika menangkap ikan mudah tetapi sulit untuk memasarkannya, sekarang sudah banyak para pedagang atau pengusaha untuk membelinya, atau bahkan kalau transaksi tidak sesuai mereka tinggal membawa ke pasar lokal untuk diperjualbelikan. Demikian pula didukung oleh prasarana- prasarana yang memadahi terutama lancarnya transportasi yang didukung oleh adanya pembangunan jalan-jalan, sehingga tidak mengalami kesulitan bagi para nelayan. Kondisi yang demikian, menyebabkan puia mobilitas para nelayan semakin tinggi. Kalau dahulu sebelum dibuka jalan raya, mereka susah untuk keluar daerah, sekarang cenderung bepergian ke luar daerah sambil memasarkan ikan-ikan yang ditangkap dan juga menambah relasi dengan pedagang-pedagang ikan lainnya di luar daerah ini. Kontribusi lain yang diberikan oleh PT Inalum terhadap daerah nelayan ini yakni adanya bantuan modal yang diberikan sejak tahun 2000. Para pengusaha kecil khususnya bagi nelayan diberikan bantuan modal, dengan harapan agar paling tidak dapat mengembangakan usaha nelayannya dan setelah berhasil agar ditularkan kepada pengusaha lainnya. Bantuan-bantuan lainnya bagi para pengusaha nelayan, ada yang berupa obat-obatan atau sejumlah uang ketika Universitas Sumatera Utara pengusaha tersebut menderita sakit. Namun bantuan pengobatan ini belum bisa diberikan secara permanen, hanya diberikan kepada beberapa orang saja.

4.3 Bentuk Pergeseran Nilai Budaya

Dokumen yang terkait

Sistem Pengawasan Internal Terhadap Pembiayaan Pada Kantor Camat Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara

1 73 48

Penataan Permukiman Kumuh Di Dusun Sono Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara Propinsi Sumatera Utara

5 43 89

Peranan Penyuluh Perikanan Terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi Nelayan Di Kabupaten Asahan ( Studi Kasus: Desa Lalang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Asahan)

3 42 116

Analisis Dampak Pembangunan Jaringan Irigasi terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi pada Masyarakat Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara

27 161 85

Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Terhadap Lingkungan Rumah Tempat Tinggal Nelayan Di Desa Lalang Dan Desa Medang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara

9 109 122

Dampak Pembangunan Prasarana Jalan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Dusun Tanggiring, Desa Pegagan Julu VIII, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi)

42 255 98

Memaknai Potensi Lompat Batu (Hombo Batu) Bagi Masyarakat Bawomataluo Nias Selatan Dari Budaya Tradisional Menjadi Budaya Wisata

10 116 132

PENGARUH PENGGUNAAN AIR BERSIH TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI DI KELURAHAN PANGKALAN DODEK KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATU BARA.

0 3 24

RESISTENSI MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP KEBERADAAN INDUSTRI DI DESA LALANG KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATU BARA.

0 1 22

Sistem Pengawasan Internal Terhadap Pembiayaan Pada Kantor Camat Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara

0 0 20