Analisis Dampak Pembangunan Jaringan Irigasi terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi pada Masyarakat Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara

(1)

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN, SOSIAL, DAN EKONOMI PADA

MASYARAKAT KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA

T E S I S Oleh

FRANS HANAEKAN RAJAGUKGUK 087004016/ PSL

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN, SOSIAL, DAN EKONOMI PADA

MASYARAKAT KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA

T E S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

FRANS HANAEKAN RAJAGUKGUK 087004016/ PSL

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

Judul : ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN, SOSIAL, DAN EKONOMI PADA MASYARAKAT KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA

Nama Mahasiswa : FRANS HANAEKAN RAJAGUKGUK Nomor Pokok : 087004016

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. Ir. Sumono, MS

Dr. Tavi Supriana, MS

Anggota Anggota

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

Ketua Program Studi Direktur

Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE


(4)

Telah Diuji pada Tanggal: 5 Juli 2011

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sumono, MS Anggota : 1. Dr. Tavi Supriana, MS

2. Prof. Dr. Badaruddin, MSi 3. Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE 4. Prof. Dr. Swardi Lubis, MS


(5)

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN, SOSIAL, DAN EKONOMI PADA

MASYARAKAT KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA

ABSTRAK

Irigasi adalah usaha untuk menyalurkan serta membagi air ke bidang-bidang tanah pertanian secara teratur, serta membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi. Pembangunan irigasi ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani, namun pembangunan irigasi juga memberikan dampak atau pengaruh terhadap aspek sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pembangunan jaringan irigasi terhadap kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi masyarakat di Kecamatan Medang Deras.Penelitian dilakukan di lima desa di Kecamatan Medang Deras dengan mengambil sampel sebanyak 100 orang. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan uji beda rata-rata sampel berpasangan.Hasil analisis penelitian menunjukkan ada perbedaan kondisi lingkungan sesudah pembangunan jaringan irigasi. Hal ini dapat dilihat dari penurunan intensitas banjir dan kekeringan. Ada perbedaan dalam kondisi sosial sesudah pembangunan jaringan irigasi. Hal ini dapat dilihat dari penurunan intensitas kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat. Ada perbedaan yang nyata antara produktivitas dan pendapatan petani sebelum dan sesudah pembangunan jaringan irigasi. Produktivitas dan pendapatan sesudah pembangunan irigasi lebih tinggi dibandingkan sebelum pembangunan jaringan irigasi.

Kata kunci: Jaringan irigasi, kondisi lingkungan, kondisi sosial, produktivitas, pendapatan


(6)

THE ANALYSIS OF THE IMPACT OF IRRIGATION DEVELOPMENT ON ENVIRONMENTAL, SOCIAL AND ECONOMIC CONDITIONS ON

THE COMMUNITY OF MEDANG DERAS SUB DISTRICT BATUBARA DISTRICT

ABSTRACT

Irrigation is one of effort to distribute and dividing water to parts of land regularly and pass the excess water which is not required development of irrigation refers to increase public prosperity but it also gives impact to social aspect. This research aim is to analyze the impact of developing irrigation network to environment, social and social economy condition in Medang Deras sub district. The research has done in 5 villages at Medang Deras with taking 100 people as a sample, analyzing method which use is descriptive analysis and different test average of couple sample. Analysis result show that there is different in environment condition after developing irrigation network, this case can be seen from degradation of floods intensity and dryness. There is different in social condition. It can be seen from degradation of community self-help activity and there is the real different between productivities and farmer earning before and after developing irrigation network, productivitiesand farmer earning higher than before.

Key word: irrigation network, environmental condition, social condition


(7)

KATA PENGANTAR

Sebelumnya, saya memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan rahmat dan kurnia-Nya, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis yang berjudul Analisis Dampak Pembangunan Jaringan Irigasi terhadap Kondisi Lingkungan, Sosial, dan Ekonomi pada Masyarakat Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar master dari Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tesis ini, telah begitu banyak bantuan, bimbingan, dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, saya ingin bermaksud mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS sebagai ketua pembimbing yang telah memberikan begitu banyak waktu, arahan, bimbingan dan saran-saran yang sangat bermanfaat selama penelitian hingga tersusunnya tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin MSi. dan Ibu Dr. Tavi Supiana, MS sebagai pembimbing yang telah memberikan begitu banyak waktu, arahan, bimbingan dan saran-saran yang sangat bermanfaat selama penelitian hingga tersusunnya tesis ini.


(8)

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE, dan Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS sebagai penguji yang telah memberikan waktu, saran dan masukan yang sangat berharga pada karya tulis ini.

4. Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, sebagai Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan USU yang telah memberikan fasilitas serta perhatian demi kelancaran kegiatan akademik.

5. Segenap staf pengajar (dosen) di Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan USU yang telah berperan besar demi kelancaran kegiatan akademik selama masa studi.

6. Istri tercinta Rismauli Sitorus yang telah memberikan dorongan waktu, perhatian, semangat, dan doa yang tiada putus hingga terselesaikannya masa studi pada Program Magister Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan USU.

7. Maya, Putri dan segenap karyawan di Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan USU yang telah banyak berperan dan membantu demi kelancaran kegiatan akademik selama masa studi.

8. Segenap rekan–rekan S2 PSL Kelas Khusus Batu Bara 2008 yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama masa studi di Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan USU, bahkan hingga terselesaikannya tesis ini.

9. Semua pihak yang dengan ucapan beribu maaf karena tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan perhatian dan semangat hingga berakhirnya masa studi di perguruan tinggi kebanggaan kita ini.


(9)

Penulis merasa karya tulis ini jauh dari sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan. Akhirnya mohon maaf yang tulus atas ketidak sempurnaan, segala kekurangan bahkan kata-kata yang kurang berkenan. Semoga karya tulis ini berguna bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2011 Penyusun


(10)

RIWAYAT HIDUP 1. Nama : Frans Hanaekan Rajagukguk 2. Tempat/ Tgl Lahir : Tipang, 23 Mei 1970

3. Nama Istri : Rismauli Sitorus

a. Anak : 1.Vivi Rosalin Rajagukguk : 2.Angie Maretha Rajgukguk : 3. Nanda Friciila Rajagukguk

4.Alamat : Dusun Sentosa Desa Durian Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara

4. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (Guru SMA N. 1 Sei Suka) 5. Pendidikan Formal

a. Th. 1977 – 1983 : SD Negeri Tipang Taput

b. Th. 1983 – 1986 : SMP Negeri 1 Pematang Siantar

c. Th. 1986 – 1989 : SMA Swasta Kampus Pematang Siantar d. Th. 1990 – 1995 : Fak MIPA Jurusan Ped. Biologi IKIP Medan

e. Th. 2009 – 2011 : Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, USU

6. Pendidikan Non Formal

a. Th. 2008 : Diklat Pra Jabatan, BKN, Medan 7. Riwayat Pekerjaan/ Jabatan

a. Th. 1995-1997 : Tenaga Honor di Yayasan Santamaria Medan b. Th. 1997-2003 : Guru Honor di SMA Mitra Inalum

c. Th. 2003-2006 : Guru Honor pusat di SMA Mitra Inalum d. Th.2006-Sekarang : PNS Guru di SMA Negeri 1 Sei Suka


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.1. Perumusan Masalah ... 6

1.2. Tujuan Penelitian ... 6

1.3. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Irigasi ... 8

2.2. Aspek Lingkungan ... 14

2.3. Aspek Sosial ... 15

2.4. Aspek Ekonomi ... 17

2.5. Kerangka Berfikir Penelitian ... 19

2.6. Hipotesis Penelitiaan ... 20

III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 21

3.2. Populasi dan Sampel ... 21

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4. Variabel Penelitian ... 23

3.5. Analisis Data ... 24

3.6. Definisi Varibel Operasional Penelitian ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Batu Bara ... 29

4.1.1 Klimatologi ... 30

4.1.2 Kependudukan ... 31

4.1.3 Penggunaan Lahan ... 32

4.1.4 Kondisi Pertanian ... 33

4.2 Gambaran Umum Kecamatan Medang Deras ... 34

4.3 Sejarah Singkat Proyek Irigasi Simodong ... 35

4.4 Karakteristik Responden ... 38

4.5 Dampak Pembangunan Irigasi terhadap Kondisi Lingkungan di Kecamatan Medang Deras ... 41

4.6 Dampak Pembangunan Irigasi terhadap Keadaan Sosial Masyarakat Kecamatan Medang Deras ... 44


(12)

4.7 Dampak Pembangunan Irigasi terhadap Keadaan Ekonomi

Masyarakat Kecamatan Medang Deras ... 50

4.8 Dampak Pembangunan Irigasi terhadap Produktivitas Padi di Kecamatan Medang Deras ... 50

4.9 Dampak Pembangunan Irigasi terhadap Pendapatan di Kecamatan Medang Deras ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1. Kesimpulan ... 56

5.2. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Sebaran Populasi dan Sampel Menurut Desa ... 22

2. Pengkategorian Data ... 26

3. Jumlah Kepadatan Penduduk per Kecamatan ... 32

4. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Batu BaraTahun 2007 ... 33

5. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Menurut Kecamatan di Kabupaten Batu Bara Tahun 2007 ... 34

6. Luas dan Jumlah Penduduk Desa di Kecamatan Medang Deras ... 35

7. Jumlah Responden Berdasarkan Desa dan Jenis Kelamin ... 38

8. Jumlah Respenden Berdasarkan Kelompok Usia ... 39

9. Jumlah Responden Berdasarkan Agama ... 40

10. Jumlah Responden Berdasarkan Suku-Bangsa (Etnis) ... 40

11. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 41

12. Jawaban Responden tentang Terjadinya Banjir di Kecamatan Medan Deras ... 42

13. Jawaban Responden tentang Terjadinya Kekeringan di Kecamatan Medan Deras ... 43

14. Jawaban Responden tentang Kelancaran Penyediaan Air Irigasi Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi ... 43

15. Frekuensi Responden Mengikuti kegiatan Gotong Royong Membersihkan Irigasi ... 45

16. Jawaban Responden tentang Frekuensi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi ... 47

17. Jawaban Responden tentang Pelaksanaan Ritual dalam Rangka Pertanian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi ... 47

18. Jawaban Responden tentang Frekuensi Pelaksanaan Sedekah Bumi Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi ... 48

19. Hasil Uji Beda Rata-Rata Produktivitas Padi Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi di Kecamatan Medang Deras ... 50

20. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Nominal Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi di Kecamatan Medang Deras ... 52

21. Hasil Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Riil Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi di Kecamatan Medang Deras ... 53


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Koesioner ... 59

2. Identitas Responden ... 64

3. Kondisi Lingkungan dan Sosial Masyarakat ... 67

4. Kondisi Ekonomi Masyarakat ... 70

5. Pengkodean ... 74

6. Uji Beda Rata-rata ... 75

7. Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Riil ... 76

8. Uji Beda Rata-Rata Produktivitas Padi ... 77

9. Denah daerah Irigasi Simodong Kecamatan Medang Deras ... 78


(15)

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN, SOSIAL, DAN EKONOMI PADA

MASYARAKAT KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA

ABSTRAK

Irigasi adalah usaha untuk menyalurkan serta membagi air ke bidang-bidang tanah pertanian secara teratur, serta membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi. Pembangunan irigasi ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani, namun pembangunan irigasi juga memberikan dampak atau pengaruh terhadap aspek sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pembangunan jaringan irigasi terhadap kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi masyarakat di Kecamatan Medang Deras.Penelitian dilakukan di lima desa di Kecamatan Medang Deras dengan mengambil sampel sebanyak 100 orang. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan uji beda rata-rata sampel berpasangan.Hasil analisis penelitian menunjukkan ada perbedaan kondisi lingkungan sesudah pembangunan jaringan irigasi. Hal ini dapat dilihat dari penurunan intensitas banjir dan kekeringan. Ada perbedaan dalam kondisi sosial sesudah pembangunan jaringan irigasi. Hal ini dapat dilihat dari penurunan intensitas kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat. Ada perbedaan yang nyata antara produktivitas dan pendapatan petani sebelum dan sesudah pembangunan jaringan irigasi. Produktivitas dan pendapatan sesudah pembangunan irigasi lebih tinggi dibandingkan sebelum pembangunan jaringan irigasi.

Kata kunci: Jaringan irigasi, kondisi lingkungan, kondisi sosial, produktivitas, pendapatan


(16)

THE ANALYSIS OF THE IMPACT OF IRRIGATION DEVELOPMENT ON ENVIRONMENTAL, SOCIAL AND ECONOMIC CONDITIONS ON

THE COMMUNITY OF MEDANG DERAS SUB DISTRICT BATUBARA DISTRICT

ABSTRACT

Irrigation is one of effort to distribute and dividing water to parts of land regularly and pass the excess water which is not required development of irrigation refers to increase public prosperity but it also gives impact to social aspect. This research aim is to analyze the impact of developing irrigation network to environment, social and social economy condition in Medang Deras sub district. The research has done in 5 villages at Medang Deras with taking 100 people as a sample, analyzing method which use is descriptive analysis and different test average of couple sample. Analysis result show that there is different in environment condition after developing irrigation network, this case can be seen from degradation of floods intensity and dryness. There is different in social condition. It can be seen from degradation of community self-help activity and there is the real different between productivities and farmer earning before and after developing irrigation network, productivitiesand farmer earning higher than before.

Key word: irrigation network, environmental condition, social condition


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2006 disebutkan bahwa pengertian dari irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Sistem irigasi terdiri dari prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia. Irigasi merupakan tindakan campur tangan manusia dalam pengelolaan salah satu sumber daya berupa air untuk menunjang kebutuhan manusia khususnya di sektor pertanian dalam arti luas.

Sistem irigasi sendiri sudah dikenal beribu-ribu tahun yang lalu. Kerajaan Babylon memanfaatkan pengelolaan sungai Tigris untuk irigasi pertanian pada zamannya. Indonesia yang telah mengenal sistem irigasi sejak zaman kerajaan hindu kuno. Beberapa sungai pernah dibuat sebagai sistem irigasi seperti di Jawa Barat dengan bukti ditemukannya prasasti yang menerangkan pembuatan sungai tersebut. Namun tidak semua daerah mempunyai sistem yang sama karena setiap tempat, setiap jaman dan setiap kebudayaan mempunyai sistem yang mengatur mengenai irigasi tersebut, bahkan beberapa daerah mempunyai sistem irgasi yang khas sesuai dengan pola kebudayaan masyarakat setempat yang telah berkembang sejak dahulu serta masih bertahan hingga saat ini. Sebagai contoh dikenal istilah ulu-ulu yang


(18)

bertugas untuk mengatur aliran irigasi. Istilah ini dikenal pada masyarakat Jawa khususnya hingga pada masa penjajahan. Juga sistem irigasi adat yang telah dikenal sejak dulu hingga saat ini adalah sistem irigasi masyarakat Bali yaitu sistem irigasi

Subak. Sistem ini mengatur mengenai hak dan kewajiban anggotanya dalam pengaturan irigasi untuk lahan pertanian (Sutawan, 1999).

Umumnya setiap sistem irigasi mempunyai latar belakang kebudayaan setempat dalam menerapkan aturan atau kesepakatan mengenai irigasi tersebut termasuk didalamnya mengenai kondisi sumberdaya setempat yang akan mempengaruhi sistem irigasi tersebut. Dengan latar belakang yang berbeda maka sistem irigasi setiap daerah mungkin saja saling berbeda. Baik pengaruhnya terhadap peraturan yang disepakati maupun terhadap sarana serta prasarana irigasi yang dibuat di dalam sistem irigasi tersebut. Dengan demikian permasalahan-permasalahan yang muncul mengenai keirigasian ini juga mungkin berbeda di setiap daerah.

Secara jelas tujuan ekonomis yang ingin dicapai dari pembuatan irigasi adalah untuk memenuhi permintaan produksi pangan akibat kenaikan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan sosial telah dilakukan upaya peningkatan produktivitas melalui Program Intensifikasi Pertanian dan pengembangan luas tanam, yaitu dengan cara meningkatkan intensitas tanam dan atau program pencetakan sawah baru. Untuk menunjang dua pendekatan tersebut diperlukan penyediaan air irigasi yang mencukupi melalui proyek irigasi, baik proyek irigasi baru maupun proyek rehabilitasi. Dengan adanya proyek irigasi tersebut akan menaikkan areal tanam padi yang selanjutnya akan menaikkan jumlah produksi tanaman padi (Tobing, 1993).


(19)

Pembangunan jaringan irigasi memerlukan dana yang tidak sedikit, sehingga akan membebani anggaran/budget pemerintah. Kegiatan investasi ini tidak akan sia-sia apabila mampu mendatangkan benefit bagi masyarakat secara keseluruhan. Benefit tersebut antara lain berupa terjadinya peningkatan produksi beras, sehingga akan menjamin ketersediaan pangan bagi rakyat Indonesia. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah terjadinya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani idealnya. Jadi pembangunan irigasi ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat semata dengan cara; menambah air (ketersediaan air) kedalam tanah untuk keperluan tanaman, menyediakan jaminan panen, mengurangi bahaya pembekuan, untuk mencuci atau mengurangi kadar garam dalam tanah, untuk mengurangi bahaya erosi tanah, untuk melunakkan pembajakan dari gumpalan tanah. Hal ini membuktikan adanya perubahan lingkungan yang dilakukan dalam proses pembangunan irigasi. Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan irigasi dapat merubah sistem.

Melalui kebijakan pengelolaan irigasi yang selama ini hanya ditangani pemerintah pada awalnya dapat memberikan dampak yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dengan tercapainya swasembada pangan, khususnya beras pada tahun 1984. Namun keberhasilan tersebut tidak berkelanjutan mengingat dukungan prasarana irigasi banyak yang menurun kuantitas, kualitas maupun fungsinya, apalagi setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada tahun 1997. Penurunan fungsi prasarana irigasi tersebut antara lain disebabkan bahwa selama ini anggapan pengembangan


(20)

irigasi menjadi tanggung jawab pemerintah, sehingga sebagian petani berpendapat bahwa mereka tidak turut bertanggung jawab.

Dengan semakin kompleksnya permasalahan pengelolaan irigasi, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan melalui Inpres Nomor 3 tahun 1999 tentang Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi (PKPI) yang kemudian dilanjutkan dengan Reformasi Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi yang akhirnya dengan diterbitkannya Undang - Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air sebagai pengganti Undang - Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001.

Sejalan dengan pemberlakuan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006, maka Kebijakan Pengelolaan Irigasi akan dilakukan melalui pendekatan Pengelolaan Irigasi Partisipatif, yang secara substansial sebenarnya sudah lama dikenal melalui pola swadaya atau gotong royong. Melalui kebijakan tersebut, pengembangan (pembangunan/rehabilitasi) irigasi tidak hanya menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah maupun pemerintah daerah, tetapi juga merupakan tanggungjawab petani. Pada dasarnya, pengelolaan irigasi partisipatif adalah suatu pendekatan strategis dalam pengelolaan infrastruktur irigasi melalui keikutsertaan petani dalam semua aspek penyelenggaraan irigasi, termasuk perencanaan, desain, pelaksanaan, pengembangan (pembangunan/ rehabilitasi), pembiayaan, pelaksanaan operasi dan pemeliharaan (O&P), pengawasan, pemantauan dan evaluasi serta penyempurnaan sistem dari waktu ke


(21)

waktu secara berkelanjutan. Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan tersebut, kedepan kegiatan Pengembangan Pengelolaan Irigasi Partisipatif merupakan suatu kegiatan atau pola pembangunan yang menjadi salah satu prioritas untuk dilaksanakan yang disesuaikan dengan kondisi setempat (Ambler, 1991).

Secara gamblang dapat dikatakan sebenarnya awal dari pembangunan irigasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani, namun dipertengahan jalan ditemukan dan dirasakan bahwa pembangunan irigasi juga memberikan dampak atau pengaruh terhadap aspek sosial.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian tentang: dampak pembangunan irigasi terhadap sosial ekonomi di tempat aliran irigasi. Meskipun sebenarnya bukan penelitian yang baru, karena beberapa penelitian terdahulu juga sudah dilakukan. Baik itu yang mengkaji dampak kelembagaan dari pembangunan irigasi, maupun dampak pendapatan dan distribusi tanaman diakibatkan irigasi. Namun secara luas yang membahas analisis dampak pembangunan jaringan irigasi terhadap sosial ekonomi khususnya di Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara sampai saat ini belum pernah dilakukan.

Medang Deras yang berada di Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu daerah sentra produksi padi,disamping untuk kebutuhan mansyarakat setempat khususnya, Batu Bara pada umumnya hasil produksi padi dapat menyuplai ke daerah sekitar yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Batu Bara. Jaringan irigasi di


(22)

Kecamatan Medang Deras sebelum pembangunan irigasi masih menggunakan irigasi non teknis

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan pemaparan gambaran dibagian pendahuluan, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana dampak pembangunan irigasi terhadap kondisi lingkungan di Kecamatan Medang Deras?

2. Bagaimana dampak pembangunan irigasi terhadap keadaan sosial masyarakat Kecamatan Medang Deras?

3. Bagaimana dampak pembangunan irigasi terhadap keadaan ekonomi masyarakat Kecamatan Medang Deras?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis dampak pembangunan irigasi terhadap kondisi lingkungan di Kecamatan Medang Deras.

2. Menganalisis dampak pembangunan irigasi terhadap keadaan sosial masyarakat Kecamatan Medang Deras.

3. Menganalisis dampak pembangunan jaringan irigasi terhadap keadaan ekonomi masyarakat Kecamatan Medang Deras.


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:

1. Memberikan masukan kepada dinas atau instansi terkait dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan sistem irigasi.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Irigasi

Air merupakan salah satu faktor penentu dalam proses produksi pertanian. Oleh karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka penyediaan air untuk pertanian. Dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan usaha tani, maka air (irigasi) harus diberikan dalam jumlah, waktu, dan mutu yang tepat, jika tidak maka tanaman akan terganggu pertumbuhannya yang pada gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

Irigasi adalah segala usaha manusia yang berhubungan dengan perencanaan dan pembuatan sarana untuk menyalurkan serta membagi air ke bidang-bidang tanah pertanian secara teratur, serta membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi. Sebagai suatu ilmu pengetahuan, irigasi tidak saja membicarakan dan menjelaskan metode-metode dan usaha yang berhubungan dengan pengambilan air dari bermacam-macam sumber, menampungnya dalam suatu waduk atau menaikkan elevasi permukaannya, dengan menyalurkan serta membagi-bagikannya ke bidangbidang tanah yang akan diolah, tapi juga mencakup masalah-masalah pengendalian banjir sungai dan segala usaha yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pengamanan sungai untuk keperluan pertanian.


(25)

Pemberian air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa: bendungan, saluran primer dan sekunder, kotak bagi, bangunan-bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani (TUT). Terganggunya atau rusaknya salah satu bangunan-bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menjadi menurun. Apabila kondisi ini dibiarkan terus dan tidak segera diatasi, maka akan berdampak terhadap penurunan produksi pertanian yang diharapkan, dan berimplikasi negatif terhadap kondisi pendapatan petani dan keadaan sosial, ekonomi disekitar lokasi (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

Masalah irigasi bukan masalah yang pertama kali dikaji, sebelumnya ada beberapa penelitian yang telah dibuat oleh pendahulunya, karena irigasi sendiri mempunyai pengaruh yang besar. Sejak akhir tahun enam puluhan, sejumlah penelitian telah dilaksanakan untuk mendukung pembangunan irigasi di Indonesia, baik penelitian teknis maupun sosial ekonomi. Salah satunya adalah penelitian tentang peranan masyarakat dalam pembangunan irigasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pembangunan irigasi, masyarakat sebagai sumber daya lokal bekerja sama dengan pemerintah untuk turut mengelola sumber daya alam, tetapi pemerintah juga harus mempuyai “aturan main” yang menjadi pegangan dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan demikian kedudukan dan peranan masyarakat dalam perudang-undangan pembangunan irigasi menjadi penting untuk dikaji (dalam Suzanne, 1995). Kajian lain juga telah dilakukan oleh Surahman pada tahun 1999,


(26)

mengenai pembayaran iuran anggota irigasi. Dalam penelitiannya, Surahman menemukan beberapa masalah dalam iuran irigasi. Ternyata masyarakat pengguna air ada yang tidak mau membayar iuran air. Hal ini menimbulkan masalah dalam pengelolaan air, dan berakibat pada tujuan irigasi secara umum. Di samping itu Amiruddin dkk (1981) juga telah melakukan penelitian tentang Evaluasi Dampak Sitem Irigasi di Bone-Bone, Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam penelitian itu dikemukan ternyata terdapat perbedaan yang berarti dalam hasil produksi sebelum dan sesudah adanya pembangunan jaringan irigasi, juga tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam produktifitas tenaga kerja.

Penelitian oleh Tobing dengan judul Analisa kecukupan air dan kajian keragaan jaringan irigasi pada proyek rehabilitasi daerah irigasi Cisadane Empang pada tahun 1993, mengemukakan bahwa pentingnya irigasi sebagai bagian dari proses pertanian. Hal ini untuk memberikan penekanan terhadap muncul dan berkembangnya sistem pengairan irigasi di Indonesia dan eksesnya dalam pertanian saat ini (Tobing, 1993).

Pembangunan jaringan irigasi memerlukan dana cukup besar, yang hanya mampu disediakan oleh pemerintah. Secara umum, penyediaan anggaran/budget oleh pemerintah untuk pembangunan diharapkan akan memberikan pengaruh (dampak) terhadap perekonomian. Indikator pengaruh pada perekonomian tersebut antara lain: (1) Distribusi pendapatan, (2) Alokasi sumberdaya, (3) Efisiensi ekonomi, dan (4)

Constraint on the economy (Haryono, 2004). Dari segi ekonomi, air (irigasi) merupakan salah satu faktor produksi penting dalam usahatani padi sawah, disamping


(27)

lahan, modal (benih, pupuk, dan pestisida), tenaga kerja, dan manajemen. Secara agronomis, benih padi varietas unggul sangat responsif terhadap pemupukan, dengan syarat apabila tersedia air yang cukup. Hal ini berarti, tersedianya air yang cukup akan mampu meningkatkan produktivitas padi sawah. Peningkatan produktivitas terjadi apabila setiap satu satuan input variabel akan menghasilkan output yang lebih tinggi. Secara teoritis, hal ini berarti akan terjadi pergeseran fungsi produksi ke atas. Peningkatan produktivitas diharapkan akan mampu meningkatkan pendapatan petani padi sawah, yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya, serta masyarakat desa pada umumnya. Kesejahteraan masyarakat desa tercermin dari semakin meningkatnya pendapatan mereka dan dengan distribusi pendapatan yang makin merata di antara mereka.

Menurut Hayami (2001), terdapat dua ukuran pokok distribusi pendapatan, yaitu: (1) Distribusi pendapatan fungsional atau distribusi pendapatan berdasarkan peranan masing-masing faktor produksi (distributive factor share), dan (2) Distribusi pendapatan perorangan atau ukuran. Distribusi pendapatan fungsional mencoba menerangkan bagian dari pendapatan yang diterima oleh masing-masing faktor produksi (upah, bunga, sewa dan keuntungan). Sedangkan distribusi pendapatan secara perorangan (personal) dapat digunakan untuk mengukur ketimpangan yang terjadi pada kelompok berpendapatan tinggi, sedang dan rendah. Untuk melihat distribusi pendapatan perorangan dapat digunakan koefisien gini (gini ratio).


(28)

Irigasi sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyedian cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanam-tanaman. Penggunaan air dalam hal ini meliputi:

1. Menambah air kedalam tanah untuk keperluan tanaman, 2. Menyediakan jaminan panen, mengurangi bahaya pembekuan, 3. Untuk mencuci atau mengurangi kadar garam dalam tanah, 4. Untuk mengurangi bahaya erosi tanah,

5. Untuk melunakkan pembajakan dari gumpalan tanah (Hansen: 1986)

Menurut Dumairy (1992), irigasi adalah usaha pengadaan dan pengaturan secara buatan, baik air tanah maupun air permukaan untuk menunjang pertanian. Jumlah air yang tepat untuk diberikan ketapak sawah, waktu pemberian dan tersedianya saluran drainase merupakan faktor-faktor yang menetukan keberhasilan tanaman. Air yang dibendung harus dijaga dengan hati-hati dan merupakan jalur masuk dan keluarnya dari petak persawahan akan mempengaruhi kesuksessan hasil panen.

Menurut Pasandaran dan Taylor (1988), masyarakat yang tergantung pada irigasi untuk penghidupannya dan seluruhnya ditata dalam hubungan dengan sistem distribusi dan pengaturan air. Dibalik semua itu, pembangunan yang dicanangkan pemerintah selalu semata-mata demi kesejahteraan ekonomi masyarakat. Termasuk juga pembangunan irigasi bertujuan untuk meningkatkan ekonomi petani sawah. Namun pembangunan senantiasa membawa dampak kepada masalah baru yang mesti dihadapi. Untuk ini, lebih lanjut, Soetomo 1995 mengemukakan, terjadinya dampak


(29)

pembangunan yang tidak dikehendaki, itulah yang dikemudian hari dikategorikan, masalah sosial. Efek sampingan yang terjadi dapat bersumber dari dimensi sosial maupun fisik. Dimensi sosial misalnya memudarnya nilai-nilai sosial masyarakat, merosotnya kekuatan berbagai mengikat norma-norma sosial sehingga menimbulkan bentuk perilaku menyimpang serta ketergantungan masyarakat terhadap pihak lain sebagai akibat sistem intervensi pembangunan yang kurang proporsional. Selo Soemarjan dalam kata pengantar untuk buku Colleta dan Kayam (1987) mengemukakan, bahwa disamping hasil-hasil yang cukup menggembirakan dalam pembangunan ekonomi gaya modern, masyarakat sedang berkembang merasakan kemerosotan yang tidak mengenakkan dari identitas budaya mereka.

Persoalan yang cukup mendapat sorotan adalah apakah negara-negara sedang berkembang harus mengorbankan kepribadian nasional demi keuntungan-keuntungan ekonomi yang dijanjikan oleh proses modernisasi. Dalam dimensinya yang bersifat fisik, efek sampingan dari proses pembangunan antara lain berupa masalah yang berkaitan dengan pencemaran dan kelestarian lingkungan. Hal ini menjadi masalah karena dalam jangka pendek akan membawa pengaruh pada keindahan, kerapian, kebersihan dan terutama pada kesehatan masyarakat, sedang dalam jangka panjang akan berpengaruh terhadap kelangsungan proses pembangunan itu sendiri. perubahan yang terjadi melalui proses pembangunan seringkali merupakan perubahan yang dipercepat dalam rangka mengatasi keterbelakangan dan kemiskinan sesegera mungkin. Dengan demikian, dapat dipahami apabila pembangunan juga akan


(30)

menyebabkan perubahan lingkungan. Sebagian perubahan lingkungan itu memang sudah direncanakan atau masuk dalam kendali perencanaan.

Walaupun demikian, dalam kenyataannya keluasan dan intensitas perubahan lingkungan selalu lebih besar dari pada yang direncanakan. Oleh sebab itu, dilihat dari perubahan lingkungan tersebut, dikenal adanya efek sampingan dari proses pembangunan yang dapat bersifat positif maupun negatif . Dalam uraian lebih lanjut, masalah sosial yang terjadi sebagai efek sampingan proses pembangunan akan dipilih masalah pencemaran dan kelestarian lingkungan ini sebagai kasus yang akan dibahas. Pilihan ini didasarkan pada pertimbangan bahwa masalah ini menyangkut dimensi waktu tidak saja saat ini akan tetapi juga masa mendatang, disamping juga menyangkut dimensi ruang tidak saja lokal akan tetapi nasional bahkan global.

Secara ringkas Soetomo mencoba memberi pengertian akan dampak yang ditimbulkan oleh suatu pembangunan. Tidak terkecuali pembangunan irigasi yang bertujuan untuk meingkatkan kesejahteraan dibidang ekonomi, menimbulkan dampak kepada ekonomi itu sendiri, aspek sosial dan lingkungan.

2.8. Aspek Lingkungan

Jaringan irigasi adalah saluran bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi yang mencakup penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

Pembangunan jaringan irigasi sangat penting terutama karena Indonesia terletak di wilayah muson tropis. Posisi ini membuat keberadaan air sangat khas,


(31)

hujan banyak jatuh pada bulan-bulan basah yang berlangsung dalam beberapa bulan. Tingginya curah hujan ini tentu saja mengakibatkan air cenderung berlimpah. Dengan adanya jaringan irigasi, air yang berlimpah ini dapat ditampung, sehingga bisa mencegah terjadinya banjir.

Selain untuk mencegah terjadinya banjir, adanya jaringan irigasi juga dapat membantu petani terutama di saat kekeringan. Air yang ditampung saat curah hujan tinggi tersebut dapat disalurkan pada saat musim kemarau, sehingga ketersediaan air bagi tanaman dapat terjamin.

2.9. Aspek Sosial

Aspek sosial merupakan aspek yang paling menentukan karakteristik dan sifat dari sistem jaringan. Aspek ini tidak hanya berkaitan dengan masalah teknis tetapi seringkali berkaitan dengan masalah tradisi atau bahkan religi/keyakinan. Seperti halnya di daerah Bali yang terkenal dengan sistem irigasi Subak, aturan mengenai hak dan kewajiban anggota didasarkan pada keyakinan mereka serta tidak hanya berkaitan dengan pembagian air irigasi.Akan tetapi juga mengenai upacara-upacara adat yang sudah menjadi kebiasaan atau tradisi turun temurun masyarakat setempat.

Dalam perancangan atau pembuatan sistem irigasi juga tidak lepas dari aspek sosial setempat. Setiap daerah mempunyai keunggulan dan ketiadaan sesuatu. Hal ini yang bisa menimbulkan pengaruh karakteristik irigasi yang khas. Seperti sosial masyarakat setempat yang terkenal untuk memanfaatkan batu sungai (batu kali) sebagai salah satu komoditas masyarakat setempat yang mempunyai nilai jual lebih tinggi sehingga penggunaan batu sungai tidak dilakukan pada masyarakat sekitar


(32)

Muntilan. Mereka lebih memanfaatkan bahan lain yang lebih murah seperti kantong plastik.

Demikian juga di daerah Gunung Kidul yang sebenarnya sistem irigasi setempat tidak terlihat. Karena sosial masyarakat setempat yang lebih mengandalkan sistem tadah hujan. Hal ini tidak bisa dipaksakan dengan pembuatan saluran irigasi. Bantuan pemerintah ataupun luar negeri untuk membuat jaringan irigasi tidak dengan mudah diterima oleh masyarakat setempat. Akibatnya banyak saluran irigasi yang dihubungkan dengan pipa-pipa besar menjadi tidak terurus, bahkan sebaliknya fungsi utama irigasi yang semula untuk pendistribusian atau penyaluran air berubah menjadi semacam tempat pemeliharaan ikan meskipun bukan untuk tujuan secara komersil.

Dengan melihat kondisi demikian, maka aspek sosial terbukti mempunyai peranan yang kuat namun seringkali diremehkan. Pembuatan sistem irigasi mungkin saja bertujuan sangat baik, namun apabila tidak menekankan atau menyelaraskan aspek sosial akan menjadi mubazir. Kebiasan bercocok tanam masyarakat setempat perlu dipertimbangkan, karena untuk merubah kebiasaan manusia sangat sulit.

Selanjutnya dengan berubahnya sistem tanam dan waktu tanam, mempengaruhi sosial masyarakat. Sistem tanam yng serentak menyebabkan dibutuhkan jumlah tenaga kerja dalam jumlah yang besar dalam waktu bersamaan. Jadi muncullah tenaga-tenaga pekerja yang mesti dibayar. Padahal dulunya mereka menanam dengan cara bergotong-royong dari kebun yang satu ke kebun yang lain. Hal ini juga merupakan dampak dari adanya petugas khusus yang diangkat dan


(33)

dibayar dalam mengelola irigasi. Sehingga adanya rasa bahwa mereka telah membayar dan mereka berhak mendapat pelayanan dalam pengairan. Maka lunturlah beberapa kegiatan sosial yang biasa dilakukan dengan gotong-royong.

Salah satu aspek yang diyakini juga mengalami dampak akibat pembangunan irirgasi adalah aspek lingkungan. Dengan dibangunnya irigasi, maka luas lahan yang dulunya dialiri oleh air mungkin akan mengalami perubahan. Ada beberapa daerah yang dulunya dialiri air, karena adanya pengaturan atau campur tangan manusia namun membuat daerah tersebut tidak dialiri air lagi. Dan salah satu dampak yang jelas terjadi, adanya penampungan atau penumpukan yang mengakibatkan banjir untuk daerah tetentu, namun ada juga yang mengakibatkan daerah menjadi kering.

2.10. Aspek Ekonomi

Selain aspek sosial masyarakat setempat, aspek yang tidak bisa lepas dari sistem irigasi adalah aspek ekonomi. Seperti aspek sosial, aspek ini lebih ditekankan pada ekonomi seperti mata pencaharian masyarakat setempat, pendapatan masyarakat serta kebiasaan masyarakat setempat dalam menilai suatu materi, nilai lahan.

Pemenuhan kebutuhan irigasi ternyata belum mampu menuntaskan kemiskinandan meningkatkan kesejahteraan petani. Sejak dilakukan pembangunan hingga saat ini telah terbukti kegagalan-kegagalan dari irigasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani (Supadmo, 2003). Kalangan petani masih dianggap kalangan bawah dan saat ini kurang diminati oleh generasi muda. Meskipun pada orde baru


(34)

pertanian masih banyak persoalan yang selalu menghampiri petani. Perubahan strategi sistem irigasi perlu dilakukan guna meningkatkan pendatan petani yang merupakan dasar dari aspek ekonomi.

Seperti contoh di atas mengenai mata pencaharian masyarakat yang sebagian memanfaatkan batu sungai sehingga mempengaruhi bentuk sistem irigasi. Contoh lain yaitu masyarakat setempat yang pada musim tertentu tidak menggunakan air irigasi karena mereka menanam tanaman yang tidak memerlukan air banyak, seperti palawija misalnya. Meskipun sistem jaringan yang telah terbangun merupakan sistem teknis namun pemanfaatannya hanya pada dua musim tanam untuk padi. Sisanya dimanfaatkan untuk tanaman palawija yang tidak menggunakan air banyak, termasuk pemberian air dengan penyiraman yang tidak dilakukan. Hal ini disebabkan petani setempat yang menilai lebih efektif dengan hasil yang lebih optimal. Mereka menilai jika dipaksakan tiga kali musim tanam mempunyai nilai resiko yang lebih besar.

Demikian pula ekonomi masyarakat setempat yang lebih memilih menanam tanaman ubi kayu tanpa adanya pengelolaan yang lebih intensif, karena di waktu antara tanam dan panen, masyarakat lebih memilih merantau dengan hasil pendapatan lebih besar. Kejadian ini berlangsung di daerah Wonosari–Gunung Kidul. Alhasil meskipun pembuatan jaringan irigas telah dibuat dengan biaya tinggi, namun kurang optimal dimafaatkan atau antara hasil dan biaya yang telah dikeluarkan tidak ekonomis.


(35)

Jadi akibat pembangunan irigasi sangat mempengaruhi pola tanam, yang dulunya waktu tanam bebas, namun sekarang mesti disepakati dengan system pengairan. Dengan adanya perubahan waktu tanam yang boleh dikatakan serentak, sehingga diperlukan tenaga kerja yang besar. Makanya timbul pekerja-pekerja sambilan yang dibayar dengan uang. Hal ini tentu saja menjadi pengeluaran yang mesti diperhitungkan, mungkin dulunya tidak ada pengeluaran untuk tenaga kerja.

Faktor ekonomi lainnya yang berperan dalam irigasi adalah memunculkan peran-peran baru secara ekonomis bagi masyarakat disekitar irigasi tersebut, yang meliputi pengembangan nilai ekonomis irigasi melalui usaha tambak, batu dan pasir sungai.

2.11. Kerangka Berfikir Penelitian

Irigasi adalah usaha untuk menyalurkan serta membagi air ke bidang-bidang tanah pertanian secara teratur, serta membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi. Pembangunan irigasi akan memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap kondisi di sekitar jaringan irigasi.

Bagi lingkungan sekitar, pembangunan irigasi akan memberikan dampak positif, seperti pencegahan terjadinya banjir. Bagi kondisi sosial, pembangunan jaringan irigasi akan berdampak pada kegiatan gotong royong. Selain itu, pembangunan jaringan irigasi juga diharapkan dapat meningkatkan intensitas pertanaman dan produktivitas padi di sekitar lokasi jaringan irigasi. Peningkatan


(36)

produksi dan produktivitas tersebut pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

2.12. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang ingin diuji, dalam penelitian ini adalah “ada dampak pembangunan jaringan irigasi terhadap produksi dan pendapatan masyarakat Kecamatan Medang Deras.”

Irigasi Kecamatan Medang Deras

Peningkatan Produktivitas

Peningkatan Pendapatan Kondisi Lingkungan

- Banjir

- Kekeringan

- Kelancaran Irigasi

Kondisi Sosial

- Gotong Royong

- Penyuluhan

- Ritual pertanian

- Sedekah bumi

Kondisi Ekonomi

- Peningkatan

Intensitas Tanam

- Peningkatan


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan sebelumnya Medang Deras masih mengenal pertanian system irigasi sederhana. Namun sejak tahun 2006 masyarakat Medang Deras diperkenalkan dengan sistem irigasi permanen. Tentu saja perubahan ini menimbulkan dampak terhadap pendapatan dan sosial masyarakat.

Rencananya penelitian di lapangan memakan waktu lebih kurang 3 bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2011. Peneliti merasa waktu tiga bulan sudah mencukupi untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. Meskipun begitu tidak menutup kemungkinan, peneliti akan lebih lama lagi dilapangan bila target data belum terpenuhi.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan komunitas petani di Kecamatan Medang Deras yang menggunakan sistem irigasi bagi keperluan tanaman mereka. Dari data diketahui keseluruhan populasi tersebut berjumlah lebih kurang 500 KK. Menurut Arikunto (2002), apabila populasi kurang dari 100 maka diambil semua. Namun jika populasi lebih besar dari 100 maka dapat diambil 10-15%, atau 20-25% atau lebih.


(38)

Berdasarkan populasi yang diperkirakan cukup besar tersebut, maka sampel diambil sekitar 20% dari jumlah keseluruhan populasi, yaitu sebesar 100 KK.

Selain daripada itu, peneliti juga mengambil atau mewancarai perangkat desa dan pejabat setempat yang berhubungan dengan sistem pengairan (irigasi) dan dampaknya bagi masyarakat, dilihat dari sudut ekonomi, soial dan lingkungan. Sebaran populasi dan sampel menurut desa dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran Populasi dan Sampel Menurut Desa

No. Desa Populasi Jumlah Sampel

1 Sei Rakyat 100 20

2 Durian 140 28

3 Pematang Cengkering 110 22

4 Tanjung Sigoni 75 15

5 Medang 75 15

Jumlah 500 100

Sumber : Data Olahan, 2011

3.3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu: data kepustakaan, kuesioner dan wawancara. Metode kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan mengunakan beberapa daftar pertanyaan (kuesioner) yang disusun secara sistimatis, kemudian dijawab atau diisi jawaban oleh responden atas pertanyaan yang telah tersedia. Bentuk jawaban kuesioner berbentuk terbuka dan atau tertutup. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang dibuat dengan sepenuhnya memberikan kebebasan kepada responden untuk menjawab tanpa ada alternatif jawaban yang disediakan. Pertanyaan tertutup adalah kuesioner untuk mengetahui.


(39)

Data pengalaman pribadi responden sendiri dengan alternatif jawaban yang telah disediakan tertera dalam kuesioner tersebut. Dengan kuesioner tadi didapat data-data karekteristik responden seperti telah berapa lama tinggal di desa atau lokasi penelitian, daerah asal jika sebelumnya berasal dari daerah lain, pekerjaan utama responden dan data-data berupa karakteristik (Prasetyo dan Mittahul, 2006).

Kemudian selain dengan menggunakan kuesioner, metode wawancara juga digunakan dalam penelitian ini. Wawancara atau interview adalah sebuah tindakan perolehan data dengan cara tanya jawab secara langsung bertatap muka dengan responden dengan atau tanpa mengunakan pedoman (guidance) wawancara. Tujuan dari penggunaan metode wawancara ini adalah untuk mendapatkan jawaban lebih mendalam tentang dampak dari pembangunan irigasi di daerah tersebut.

3.4. Variabel Penelitian

1. Aspek sosial: segala kehidupan sosial yang merupakan kebiasaan masyarakat di Kecamatan Medang Deras, seperti sistem sosial dan organisasi sosial. Kegiatan gotong royong bimbingan penyuluhan dan upacara ritual, perubahan lingkungan yang terjadi disebabkan pembangunan irigasi seperti: perolehan air, ketersedian atau pemerataan air.

2. Aspek ekonomi yang diteliti yaitu aspek produktivitas usaha tani padi dan pendapatan.


(40)

3.5. Analisis Data

Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua digunakan analisis tabulasi silang dan dipertajam dengan jawaban dari wawancara. Kemudian data-data juga didapat dengan melakukan wawancara dengan beberapa petani dan pejabat desa dimana telah terjadi perubahan sistem pertanian tesebut. Melalui wawancara tersebut diharapkan dapat menjawab tentang aspek sosial.

Data yang telah diperoleh melalui kuesioner akan dibuat tabulasi dengan mengelompokkan kedalam beberapa kelompok pertanyaan. Selanjutnya dari data tersebut akan dieksplor lebih mendalam dengan menggunakan data yang didapat dari wawancara. Jawaban-jawaban dari informan disajikan dalam bentuk matrik yang diringkas, padat dan jelas sehingga sangat membantu dalam melakukan interpretasi data yang banyak jumlahnya serta memudahkan dalam mengambilkan kesimpulan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan tetap (constan comperative method) atau yang sering dikenal dengan sebutan grounded research. Prinsip pokok analisis ini adalah ialah mengolah dan menganalisa data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.

Sedangkan untuk tujuan yang ketiga, data didapat melalui kuesioner dientri ke dalam alat pengolah data berupa SPSS. Tujuannya untuk menguji apakah ada dampak pembangunan irigasi dengan ekonomi masyarakat setempat, atau dalam istilah statistik untuk menguji t-test. Pada pengujian t-test digunakan untuk menguji dua 2 sample independen yang akan dibandingkan, dengan rumus


(41)

+

=

2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1

2

n

S

n

S

r

n

S

n

S

X

X

t

Dimana : 1

X = rata-rata sampel data pendapatan dan nilai lahan sebelum pembangunan jaringan irigasi

2

X = rata-rata sampel data pendapatan dan nilai lahan setelah pembangunan jaringan irigasi

2 1

S = simpangan baku sampel data data pendapatan dan nilai lahan sebelum pembangunan jaringan irigasi

2 2

S = simpangan baku sampel data data pendapatan dan nilai lahan setelah pembangunan jaringan irigasi

S1 = varian baku sampel data data pendapatan dan nilai lahan sebelum


(42)

S2

r = korelasi antara dua sampel

= varian baku sampel data data pendapatan dan nilai lahan setelah pembangunan jaringan irigasi

Dengan kriteria uji terima H1, tolak Ho jika t hitung > t tabel

terima Ho, tolak H

(0,05)

1 jika t hitung < t tabel

Banyak sekali dampak yang dapat dikemukan dengan adanya pembangunan irigasi ini. Untuk pengujian data secara ringkas dalam penelitian ini dijabarkan sedikit pengkategorian data yang dapat dilihat pada Tabel 2.

(0,05)

Tabel 2. Pengkategorian Data

Aspek Variabel Indikator Skala Pengukuran

Lingkungan Partisipasi Masyarakat

- Banjir - Kekeringan

- Kelancaran air irigasi

Ordinal Deskriptif

Sosial Partisipasi Masyarakat

- Gotong royong - Penyuluhan - Sedekah Bumi - Ritual

Ordinal Deskriptif

Ekonomi Pendapatan

Produktivitas

* Nilai Hasil Produksi * Biaya produksi Air, pupuk, bibit, Obat-obatan, Pengolahan lahan Sewa lahan Produksi/Ha Interval Rasio Uji-t Uji-t


(43)

3.6. Definisi Varibel Operasional Penelitian

Definisi Variael Operasional Penelitian ini adalah

1. Dampak adalah selisih antara hasil atau nilai antara kegiatan atau kondisi awal sebelum adanya jaringan irigasi dengan kondisi atau kegiatan setelah adanya jaringan irigasi.

2. Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengendalian, pembagian, penggunaan dan pembuangan.

3. Pendapatan adalah jumlah nilai bersih dari hasil usaha tani yang diperoleh setelah dikurangi dengan biaya produksi diukur dengan rupiah.

4. Biaya produksi adalah biaya dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan factor produksi seperti: air, pupuk, pestisida, tenaga kerja, benih, sewa lahan, pengolahan lahan yang diukur dengan rupiah.

5. Biaya lahan adalah biaya yang dikeluarkan sebagai penganti untuk mendapatkan pemilikan lahan persatuan luas yang diukur dengan rupiah per hektar.

6. Persepsi Masyarakat adalah perubahan sikap dan proses pemahaman masyarakat terhadap kehadiran air irigasi ditinjau dari sudut perolehan air,distribusi air dan nilai-nilai tradisional.

7. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan gotong-royong dan bimbingan penyuluhan dalam rangka pemeliharaan jaringan irigasi.


(44)

bersama tanpa memerlukan biaya dinyatakan dalam frekwensi setiap musim tanam.

9. Distribusi/Ketersedian air adalah menggambarkan tentang pemerataan penyediaan air irigasi yang diterima masyarakat di sekitar jaringan irigasi.

10. Perolehan air adalah menggambarkan tentang kecukupan perolehan air yag didapat oleh masyarakat di sekitar jaringan irigasi dengan pengukuran kurang, cukup dan berlebih.

11. Nilai-nilai tradisional adalah kegiatan yang dilakukan masyarakat di sekitar jaringan irigasi dalam upacara ritual berupa pemberian sesajen sebelum menabur bibit dan setelah selesai panen.


(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Batu Bara

Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan. Kabupaten Batu Bara berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang berbatasan dengan Selat Malaka.

Kabupaten Batu Bara menempati area seluas 904,96 Km2 atau 90.496 Ha yang terdiri dari 7 Kecamatan serta 100 desa/kelurahan defenitif. Letak geografis kabupaten ini berada di 20 03’00-30 26’00 Lintang Utara dan 990

a. sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka dan Kabupaten Asahan

01-100’00’ Bujur Timur. Secara geografis Kabupaten Batu Bara merupakan sebuah kawasan di bahagian timur dari Provinsi Sumatra Utara, tepatnya berbatasan dengan:

b. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun c. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai

d. sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka

Pada pertengahan tahun 2007 berdasarkan UU No. 5 Tahun 2007 tanggal 15 februari 2007 tentang pembentukan kabupaten batubara, Kabupaten Batu Bara. Kabupaten Asahan dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Asahan dan Batu Bara. Kabupaten Asahan terdiri dari atas 13 kecamatan sedangkan Batu Bara terdiri dari 7 kecamatan yaitu:


(46)

2. Kecamatan Tanjung Tiram 3. Kecamatan Talawi

4. Kecamatan Lima Puluh 5. Kecamatan Air Putih 6. Kecamatan Sei Suka 7. Kecamatan Medang Deras

Berdasarkan peraturan Bupati Batu Bara Nomor 3 Tahun 2007 ditetapkan bahwa hari jadi Kabupaten Batu Bara adalah tanggal 8 Desember 2006 sesuai dengan Persetujuan bersama DPR RI yang memutuskan undang-undang tentang pembentukan Kabupaten Batu Bara. Peraturan Bupati Batu Bara Nomor 2 Tahun 2007 menetapkan kecamatan Lima Puluh sebagai pusat Kegiatan Paemerintahan Kabupaten Batu Bara.

4.1.1. Klimatologi

Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kabupaten Batu Bara termasuk daerah yang beriklim Tropis dan memiliki dua musim yaitu musim Hujan dan musin Kemarau.

Menurut catatan Pos Pengukuran Perkebunan Sei Bejangkar, pada tahun 2007 terdapat 95 hari hujan dengan volume curah hujan sebanyak 1.736 mm. Curah hujan terbesar terjadi pada bulan November yaitu 233 mm dengan hari hujan sebanyak 12 hari, sedangkan curah hujan paling kecil terjadi pada bulan Februari sebesar 18 mm dengan hari hujan 2 hari.


(47)

4.1.2. Kependudukan

Jumlah penduduk di Kabupaten Batu Bara dilihat dari tahun 2003 sebanyak 361.084 jiwa (masih bagian dari Kabupaten Asahan) menjadi 373.836 jiwa pada tahun 2007 (setelah ditetapkan menjadi Kabupaten Batu Bara).

Kepadatan penduduknya sebesar 413 jiwa/Km2

Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2007 lebih sedikit dari penduduk perempuannya dengan rasio jenis kelamin sebesar 99,58 yang artinya dari sisanya 200 penduduk terdapat kira-kira 99 penduduk laki-laki dan 101 penduduk perempuan.

. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 77,11% dan sisanya 22,89% tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 83.850 rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4-5 jiwa.

Bila dilihat per kecamatan maka Kecamatan Lima Puluh merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar dengan tingkat persebaran penduduk sebesar 22,30 % sedangkan kecamatan Sei Balai adalah terkecil yaitu 9,01 %. Data jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 3.


(48)

Tabel 3. Jumlah Kepadatan Penduduk per Kecamatan No Kecamatan Rumah

Tangga

Jumlah (jiwa)

Persentase (%)

Luas (Km2

Kepadatan (Jiwa/Km

) 2)

1 Medang Deras 9.447 44.970 11,82 65.47 686,88 2 Sei Suka 12.233 55.791 14,66 171.47 325,36 3 Air Putih 11.434 47.580 12.50 72.24 658,68 4 Lima Puluh 17.662 84.853 22,30 239.55 354,20 5 Talawi 10.977 54.087 14,21 89.80 602,31 6 Tanjung Tiram 13.279 58.993 15,50 173.79 339,45 7 Sei Balai 8.370 34.328 9,01 109.88 312,38

Jumlah 83.402 380.602 100,00 922.20 412,71

Sumber : Kantor Camat se-Kabupaten Batu Bara, 2008

4.1.3. Penggunaan Lahan

Proporsi penggunaan lahan/tanah yang terdapat di Kabupaten Batu Bara tahun 2007 terdiri dari lahan pertanian dan bukan lahan pertanian. Bila dilihat dari tiap-tiap penggunaan lahan, maka penggunaan lahan terbesar adalah perkebunan dengan luas 45.496 Ha dan penggunaan lahan terkecil adalah penggunaan lahan untuk padang rumput yaitu seluas 4 Ha. Penggunaan lahan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.


(49)

Tabel 4. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Batu BaraTahun 2007

N o

Kecam atan

Lahan Pertanian (Ha) Bukan Lahan

Pertanian (Ha) S aw ah P erk eb u n a n Te g a l / K e b u n L a da ng / H um a H ut an R ak ya t E m p an g/ T am b ak P a da ng R u m pu t Se m e nt a ra T ida k d iu sah ak an La in n y a R u ma h H ut a n N eg a r a La in n y a Te r m a su k S aw ah

1 Sei

Balai 1.858 6.605 - 43 - 10 - - 213 350 - 185 2

Tanjun g Tiram

1.860 10.693 - - - 80 - - 219 2.411 - 116

3 Talawi 1.859 4.630 - 714 - 474 - 245 106 562 65 325

4 Lima

Puluh 3.908 13.206 24 4.447 - 89 - - 288 1.707 38 248 5 Air

Putih 4.818 473 - 719 - - 4 - - 679 - 531 6 Sei

Suka 2.970 9.889 - 590 650 38 - 621 200 605 - 1.584 7 Medan

g Deras 3.302 - - 1.600 300 410 - 40 50 415 - 430

Total 20.575 45.496 24 8.113 950 1.101 4 906 3.076 6.729 103 3.419

Sumber : Kabupaten Batu Bara Dalam Angka Tahun 2008

4.1.4. Kondisi Pertanian

Produksi tanaman padi di Kabupaten Batu Bara pada tahun 2007 mencapai 147.541 ton dengan rata-rata produksi 48.98 Kw/Ha dengan luas tanam sekitar 35.848 Ha dan luas panen sekitar 28.599 Ha. Kecamatan dengan produksi padi terbesar adalah Kecamatan Air Putih, Lima Puluh, dan Sei Balai. Data luas tanam, luas panen, dan produksi menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 5.


(50)

Tabel 5. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Menurut kecamatan di Kabupaten Batu Bara Tahun 2007

No Kecamatan

Luas Tanam (Ha)

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Rata-Rata Produksi (Kw/Ha) 1 Medang Deras 3.435 2.047 9.709 47,43 2 Air Putih 10.205 6.802 37.339 54,89 3 Sei Suka 3.007 2.846 14.652 51,48 4 Lima Puluh 7.739 6.444 34.072 52,87

5 Talawi 3.638 3.612 17.851 49,42

6 Tanjung TiraM 1.810 1.667 5.234 31,40 7 Sei Balai 6.014 5.181 28.684 55,36

Jumlah 35.848 28.599 147.541 48,98

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaaten Batu Bara 2010

4.2. Gambaran Umum Kecamatan Medang Deras

Kecamatan Medang Deras memiliki letak wilayah yaitu 3.0.20”1 - 3.0.24”20 lintang Utara dan 99.0.18”36 – 99.0.19”4 Bujur timur.Total luas kecamatan Medang Deras adalah 6.547 Ha (65,47 Km2

- Sebelah Utara dengan Selat Sumatera

),dengan ketinggian dari permukaan air laut 0-5 meter dpl. Kecamatan medang Deras terdiri dari 12 Desa dan 2 Kelurahan. Batas batas Kecamatan Medang Deras yaitu:

- Sebelah selatan dengan kecamatan Sei Suka

- Sebelah Timur dengan Kecamatan Sei suka

- Sebelah Barat dengan Kabupaten Serdang Bedagai


(51)

Tabel 6. Luas dan Jumlah Penduduk Desa di Kecamatan Medang Deras

No Nama Desa Luas (Ha) Jumlah Penduduk

(Jiwa)

1 Sei Rakyat 444 2069

2 Durian 542 2540

3 Pematang Cengkering 414 3189

4 Tanjung Sigoni 231 1130

5 Medang 829 6273

6 Sidomulyo 475 2201

7 Aek Nauli 650 892

8 Sei Buah Keras 533 2640

9 Pakam Raya 222 4152

10 Pakam 366 3500

11 Lalang 755 6593

12 Nenas Siam 548 2596

13 Pangkalan Dodek Baru 176 5113

14 Pangkalan Dodek 420 4076

Sumber : Kantor Kepala Desa/Kelurahan, 2010

Dari 14 Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan Medang Deras yang menjadi lokasi penelitian adalah desa yang di penghujung jaringan irigasi yaitu Desa Medang, Desa Durian, Desa Pematang Cengkering, Desa Sei Rakyat dan Desa Tanjung Sigoni. Desa ini merupakan wilayah yang penduduknya bertani dan dialiri irigasi.

4.3. Sejarah Singkat Proyek Irigasi Simodong

Menurut Kantor Proyek Irigasi Bah Bolon 2011, Provinsi Sumatera utara merupakan salah satu daerah yang berpotensi baik mendukung upaya mempertahankan swasembada pangan. Meskipun sumber air secara umum baik, akan tetapi produksi pangan masih jauh di bawah potensinya. Daerah Irigasi Simodong adalah daerah pertanian padi sawah yang berada di dataran rendah Kabupaten Batu


(52)

Bara, yang di apit oleh Sungai Pare-pare dan Sungai Suka. Daerah ini di karuniai sumber air yang berlimpah dan lahan yang luas, yang baik untuk lahan persawaahan.

Meskipun memiliki sumber air yang berlimpah, akan tetapi produksi pertanian didaerah tersebut tidak berkembang. Kondisi ini di sebabkan karena kurang memadainya jaringan irigasi dan drainase yang ada. Mata pencaharian utama masyarakat di sekitar proyek pada umumnya adalah petani (78%), sedang sisanya nelayan (6%), dan pengusaha lainya (16%).

Daerah Irigasi Simodong terletak di Kecamatan Sei Suka dan Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara, yang meliputi beberapa Desa yaitu: Desa Simodong, Desa Pakam, Desa Lalang, Desa Berohol, Desa Medang, Desa Pematang Cenkering, Desa Durian, Desa Sei Rakyat dan Desa Tanjung Sigoni. Lokasi ini berada 102 Km di Selatan kota Medan, dengan ketinggian rata-rata 1 sampai 15 meter di atas permukaan laut dengan topografi datar.

Daerah Irigasi Simodong merupakan daerah Irigasi non teknis yang dibangun mulai tahun 1975, dengan sumber air Sungai Pare-pare dengan bendung Pare-pare yang telah selesai di bangun pada tahun 1990 oleh Grant Pemerintah Australia dan Pemerintah Republik Indonesia.

Jaringan Irigasi daerah Simodong sudah ada, tetapi kondisinya jauh dari memadai untuk dapat memenuhi kebutuhan air irigasi dan pembuangan air kelebihan pada musim hujan, hal ini disebabkan:

1. Pintu bendung dan sayap sebelah hilir bendung perlu rehabilitasi untuk menghindari kerusakan yang lebih besar di kemudian hari.


(53)

2. Dimensi dan kondisi saluran/ bangunan pelengkapnya pada saat ini, tidak sesuai dengan kebutuhan air untuk areal, yang hanya mensuplai air untuk 400 ha dari luas areal 2.651ha disamping hal tersebut, kondisi saluran tidak terawat dengan baik.

3. Jaringan tersier belum ada sehingga penggunaan air irigasi tidak dapat diatur dan cenderung berlebihan pada daerah sebelah hulu.

4. Saluran pembuangan yang ada saat ini sangat jauh dari kebutuhan, misalnya dimensi, elevasi, jumlah dan panjangnya dan disamping hal tersebut, saluran pembuangan yang ada saat itu belum merupakan satu system dengan jaringan pembawa yang menyebabkan sulitnya proses pengeringan di musim hujan.

Beberapa kegiatan sudah pernah dilakukan berkaitan dengan jaringan irigasi ini. Study dan rekayasa yang telah dilaksanakan antara lain:

a. Feasibility study oleh Dwyer Leslie Pty Limited, Australia pada tahun 1980/1981. b. Detail design oleh Rural Manaement iIntrernational (RMI) Australia dan PT.

Virama karya pada tahun 1982.

c. Studi geologi teknik oleh PT.Esconsoil Ensan

d. Review detail dan design oleh Rural Management International (RMI) Australia dan PT. Virama karya pada tahun 1993.

e. Perencanaan ulang oleh PTSL-II (Nippon koei, ltd and ass.) pada tahun 2002 & 2003


(54)

4.4. Karakteristik Responden

Responden terdiri dari 91 orang responden laki-laki dan 9 orang responden perempuan. Untuk lebih jelas, jumlah responden berdasarkan cluster dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Jumlah Responden Berdasarkan Desa dan Jenis Kelamin No Nama Desa

Laki-laki Perempuan Total Jumlah

(Orang) %

Jumlah (Orang) %

Jumlah (Orang) %

1 Sei Rakyat 17 17 3 3 20 20 2 Durian 28 28 0 0 28 28 3 Pem. Cengkring 22 22 0 0 22 22 4 Tanjung Sigoni 9 9 6 6 15 15 5 Medang 15 15 0 0 15 15

Jumlah 91 91 9 9 100 100

Sumber: Data Primer, 2011

Data pada Tabel 7. menunjukkan bahwa responden terbanyak berasal dari Desa Durian, yakni sebanyak 28 orang (28) yang seluruhnya adalah laki-laki. Disusul oleh responden yang berasal dari Desa Pem.Cengkring yang seluruhnya adalah laki-laki sebanyak 22 orang (22%). Responden dari Desa Sei Rakyat berjumlah 20 orang (20%), diantaranya 17 orang laki-laki (17%) dan 3 orang perempuan (3%). Kemudian, responden dari Desa Tanjung Sigoni berjumlah 15 orang (15%), dimana laki-laki sebanyak 9 orang (9%) dan perempuan sebanyak 6 orang (6%), sedangkan responden dari Desa Medang berjumlah 15 orang (15%) yang seluruhnya adalah laki-laki. Dari Tabel 7. juga dapat dilihat bahwa responden yang bekerja di sektor pertanian sebagian besar adalah laki-laki, sedangkan perempuan jumlahnya relatif


(55)

sedikit. Hal ini wajar karena laki-laki bertanggung jawab untuk memberikan nafkah keluarga. Jumlah responden berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jumlah Respenden Berdasarkan Kelompok Usia

No Kelompok Usia Jumlah

(Orang %

1 21 – 30 6 6

2 31 – 40 28 28

3 41 – 50 36 36

4 51 – 60 19 19

5 61 – 70 10 10

6 > 70 1 1

Jumlah 100 100

Sumber Data: Data Primer 2011

Data pada Tabel 8. memperlihatkan bahwa responden didominasi oleh responden dengan kelompok usia 41 – 50 tahun, yakni sejumlah 36 orang (36%), kemudian disusul oleh responden dengan kelompok usia 31 – 40 tahun berjumlah 28 orang (28%). Responden dengan kelompok usia 51 – 60 tahun berjumlah 19 orang (19%), sedangkan responden dengan kelompok usia 61 – 70 tahun sebanyak 10 orang (10%). Responden dengan kelompok usia 21 – 30 tahun berjumlah 6 orang (6%), dan hanya 1 orang (1%) responden saja yang termasuk dalam kelompok usia > 70 tahun.

Responden yang bekerja di sektor pertanian sebagian besar masih berusia produktif, yakni antara kisaran usia 31-50 tahun. Jumlah pemuda desa yang bekerja di sektor pertanian jumlahnya relatif sedikit, hal ini dikarenakan rendahnya minat untuk bekerja di sektor pertanian dan adanya pola migrasi desa-kota (merantau) yang dilakukan. Selain kelompok usia yang bervariasi, responden dalam penelitian juga


(56)

berasal dari kelompok agama yang berbeda. Responden berdasarkan agama dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (Orang) %

1 Islam 67 67

2 Katolik 8 8

3 Protestan 25 25

4 Hindu 0 0

5 Buddha 0 0

Jumlah 100 100

Sumber Data: Data Primer 2011

Tabel 9. menunjukkan bahwa responden terbanyak beragama Islam, yakni 67 orang responden (67%), disusul dengan responden yang beragama Kristen Protestan sebanyak 25 orang (25%). Responden beragama Kristen Katolik berjumlah 8 orang (8%), dan 2 orang responden lainnya (2%) tidak menjawab.

Responden yang beragama Islam adalah kelompok mayoritas, hal ini sangat dipengaruhi oleh aspek historis dimana Kecamatan Medang Deras adalah bekas kawasan perkebunan, dimana para eks-pekerja kebun umumnya beretnis Jawa dan beragama Islam. Asumsi tersebut diperkuat pula oleh data pada Tabel 10, dimana responden dalam penelitian didominasi oleh responden beretnis Jawa.


(57)

No Etnis Jumlah (Orang) %

1 Jawa 50 50

2 Batak Toba 30 30

3 Simalungun 2 2

4 Karo 1 1

5 Mandailing 0 0

6 Melayu 13 13

7 Minangkabau 0 0

8 Lain-lain 4 4

Jumlah 100 100

Sumber Data: Data Primer 2011

Tabel 10. menunjukkan bahwa responden terbanyak dalam penelitian beretnis Jawa, yakni 50 orang (50%), sedangkan responden beretnis Batak Toba berjumlah 30 orang (30%). Selanjutnya, terdapat 13 orang (13%) responden beretnis Melayu, 2 orang responden (2%) beretnis Simalungun, dan 1 orang (1%) responden beretnis Karo. Responden penelitian yang berasal dari etnis pendatang berjumlah 4 orang (4%), sedangkan responden yang tidak menjawab sebanyak 2 orang (2%).

Tabel 11. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah (Orang) %

1 Tidak sekolah 0 0

2 SD/SR 34 34

3 SLTP 30 30

4 SLTA 34 34

5 PT/ Sarjana 2 2

Jumlah 100 100

Sumber Data: Data Primer 2011

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa 34 orang responden penelitian berpendidikan SR atau SD sebanyak 34 orang (34%), jumlah yang sama juga didapati pada reponden penelitian yang berpendidikan SLTA sebanyak 34 orang


(58)

(34%). Responden berpendidikan SMP ditemui sebanyak 30 orang (30%), 2 orang (2%) responden berpendidikan Sarjana.

4.5. Dampak Pembangunan Irigasi terhadap Kondisi Lingkungan di Kecamatan Medang Deras

Pembangunan jaringan irigasi selain ditujukan untuk memberikan air yang cukup bagi pertanaman padi, juga ditujukan untuk mengatasi banjir yang disebabkan oleh air sungai. Dari 100 orang responden yang diwawancara, 6 orang responden (6%) menjawab bahwa masih pernah terjadi banjir setelah dibangun jaringan irigasi, 94 orang responden (94%) menyatakan sudah tidak pernah lagi terjadi banjir setelah pembangunan jaringan irigasi. Secara rinci jawaban responden tentang terjadinya banjir dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Pendapat Responden tentang Terjadinya Banjir di Kecamatan Medang Deras

No Pendapat Responden tentang

Terjadinya Banjir Jumlah (Orang) %

1 Pernah 7 7

2 Tidak 93 93

Jumlah 100 100

Sumber data: Data Primer 2011

Pembangunan jaringan irigasi mampu mengatasi banjir karena kelebihan air pada saat musim hujan dapat ditampung pada jaringan irigasi ini. Selain menampung kelebihan air, jaringan irigasi juga berguna sebagai saluran pembuangan kelebihan air ke sungai, sehingga air tidak tergenang. Selain dapat mengatasi banjir, pembangunan jaringan irigasi juga dapat mengatasi kekeringan. Dari 100 orang responden yang diwawancara, 7 orang responden (7%) menjawab bahwa masih pernah terjadi


(59)

kekeringan setelah dibangun jaringan irigasi, 93 orang responden (93%) menyatakan sudah tidak pernah lagi terjadi kekeringan setelah pembangunan jaringan irigasi. Secara rinci jawaban responden tentang terjadinya kekeringan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Pendapat Responden tentang Terjadinya Kekeringan di Kecamatan Medang Deras

No Pendapat Responden tentang

Terjadinya Banjir Jumlah (Orang) %

1 Pernah 7 7

2 Tidak 93 93

Jumlah 100 100

Sumber data: Data Primer 2011

Hal yang dirasakan paling menguntungkan bagi petani adalah tersedianya air yang cukup bagi petani untuk mengelola usaha taninya. Pendapat petani tentang ketersediaaan air secara rinci dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pendapat Responden tentang Kelancaran Penyediaan Air Irigasi Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi

No Tanggapan Responden

2006 2011

Jumlah (Orang) %

Jumlah (Orang) %

1 Sangat kurang 16 16 6 6

2 Kurang 37 37 7 7

3 Cukup 47 47 84 84

4 Berlebih 0 0 3 3

Jumlah 100 100 100 100

Sumber data: Data Primer 2011


(60)

juga menunjukkan 16 orang responden (16%) mengatakan bahwa kelancaran irigasi tahun 2006 sangat kurang.

Pada tahun 2011, 84 orang responden (84%) mengemukakan bahwa kelancaran irigasi cukup baik, sementara 7 orang responden (7%) mengatakan kelancaran irigasi kurang baik. Tabel 15. juga menunjukkan 3 orang responden (3%) menjawab kelancaran air irigasi berlebih, sementara 6 orang responden (6%) mengatakan sangat kurang. Pembangunan jaringan irigasi sangat membantu masyarakat dalam mengairi sawah mereka. Dari data di atas, terlihat bahwa keterkecukupan air untuk persawahan semakin baik.

Jaringan irigasi sangat berguna terutama di saat musim kemarau. Adanya jaringan irigasi membuat petani tidak lagi mengalami kekurangan air. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan jaringan irigasi seperti yang diutarakan Direktorat Pengelolaan Air,tahun 2010 dalam Pedoman Teknis Rehabilitasi Jaringan Tingkat Usaha Tani (JITUT)/Jaringan Irigasi Desa (JIDES), Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air bahwa pembangunan jaringan irigasi diperlukan untuk pengaturan air irigasi yang mencakup penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangan air irigasi.

4.6. Dampak Pembangunan Irigasi terhadap Keadaan Sosial Masyarakat Kecamatan Medang Deras

Dampak pembangunan irigasi terhadap keadaan sosial masyarakat dilihat intensitas masyarakat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan seperti gotong royong dan pesta panen sebelum maupun sesudah pembangunan jaringan irigasi.


(61)

Tabel 15. Frekuensi Responden Mengikuti Kegiatan Gotong-Royong Membersihkan Irigasi

No Gotong Royong

Membersihkan Sungai

2006 2011

Jumlah

(Orang) %

Jumlah

(Orang) %

1 Sering 78 78 39 39

2 Jarang 22 22 58 58

3 Tidak pernah 0 0 3 3

Jumlah 100 100 100 100

Sumber data: Data Primer 2011

Data pada Tabel 15. memperlihatkan perbandingan tanggapan responden mengenai frekuensi pelaksanaan gotong-royong sebelum dan sesudah pembangunan jaringan irigasi. Pada tahun 2006, 78 orang responden (78%) mengatakan bahwa gotong-royong membersihkan sungai masih sering dilakukan. Jumlah responden yang mengatakan gotong-royong sudah jarang dilakukan adalah sebanyak 22 orang responden (22%). Pada tahun 2011, 39 orang responden (39%) mengatakan bahwa gotong-royong membersihkan sungai masih sering dilakukan, sementara 58 orang responden (38%) mengatakan gotong-royong membersihkan sungai sudah jarang dilakukan. 3 orang responden (3%) mengatakan gotong-royong tidak pernah lagi dilakukan.

Data di atas menunjukkan bahwa setelah pembangunan jaringan irigasi di Kecamatan Medang Deras, pelaksanaan gotong-royong membersihkan sungai semakin jarang dilakukan. Penurunan intensitas pelaksanaan gotong royong ini disebabkan karena saat ini kegiatan pembersihan aliran sungai sudah dilakukan oleh tenaga kerja upahan. Tenaga kerja upahan ini dibayar dengan menggunakan iuran air irigasi. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang diutarakan oleh Mardjuki (2001).


(62)

Menurut Mardjuki (2001), peningkatan hubungan finansial akan diikuti oleh peningkatan hubungan sosial yang kuat antara pemakai air. Terutama untuk daerah dengan kepemimpinan yang sangat kuat, pemeliharaan jaringan irigasi dilakukan melalui pembayaran iuran irigasi dan disertai dengan kegiatan gotong royong. Iuran irigasi dipergunakan untuk membeli peralatan yang akan digunakan untuk pemeliharaan jaringan irigasi, sedangkan pengerjaannya akan dilakukan oleh petani melalui gotong royong. Pada kenyataannya yang terjadi di Kecamatan Medang Deras, iuran irigasi dipergunakan untuk membayar tenaga kerja untuk memelihara jaringan irigasi, sehingga intensitas gotong royong menurun.

Dari aspek frekuensi pelaksanaan penyuluhan, dapat dilihat bahwa tidak terjadi perubahan yang besar terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Data pada Tabel 16. memperlihatkan perbandingan intensitas kegiatan sosial penyuluhan pertanian pada tahun 2006 dan 2011. Pada tahun 2006, kegiatan penyuluhan pertanian sering dilakukan, hal ini dijawab oleh 70 orang responden (70%). Jumlah responden yang mengatakan bahawa penyuluhan pertanian tahun 2006 jarang dilakukan adalah sebanyak 11 orang responden (11%). Pada tahun 2011, 66 orang responden (66%) mengutarakan bahwa penyuluhan pertanian sering dilakukan, 29 orang responden (29%) mengatakan jarang, dan 5 responden (5%) menyatakan bahwa penyuluhan tidak pernah dilakukan.

Gagasan bahwa kelembagaan irigasi petani (termasuk subak) perlu dikembangkan menjadi organisasi yang tidak saja berorientasi pada pengelolaan irigasi tetapi juga pada bisnis, sudah pernah dicetuskan oleh beberapa ahli seperti Ambler (1991), Soediro (1992), dan Helmi (1995).


(63)

Tabel 16. Jawaban Responden tentang Frekuensi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi

No Penyuluhan Pertanian

2006 2011

Jumlah

(Orang) %

Jumlah

(Orang) %

1 Sering 70 70 66 66

2 Jarang 28 28 29 29

3 Tidak pernah 2 2 5 5

Jumlah 100 100 100 100

Sumber data: Data Primer 2011

Aspek lain yang juga berubah akibat pembangunan jaringan irigasi adalah pelaksanaan ritual dalam rangka pertanian. Data jawaban responden tentang pelaksanaan ritual dalam rangka pertanian sebelum dan sesudah pembangunan jaringan irigasi dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Jawaban Responden tentang Pelaksanaan Ritual Dalam Rangka Pertanian Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jaringan Irigasi

No Ritual Dalam Rangka

Pertanian

2006 2011

Jumlah

(Orang) %

Jumlah

(Orang) %

1 Sering 28 28 9 9

2 Jarang 67 67 82 82

3 Tidak pernah 5 5 9 9

Jumlah 100 100 100 100

Sumber data: Data Primer 2011

Dari Tabel 17., dapat dilihat bahwa 67 orang responden (67%) menjawab ritual dalam rangka pertanian jarang dilakukan di tahun 2006, 28 orang responden (28%) menjawab ritual masih sering dilakukan, sedangkan 5 orang responden (5%) mengatakan ritual tidak pernah dilakukan pada tahun 2006.


(1)

3. Menurut bapak/ ibu bagaimana interaksi sosial antara warga masyarakat di desa ini

4. Sepengetahuan Bapak/ ibu pernahkan terjadi konflik sosial antara warga di desa ini ? 5.Jika pernah, konflik

apa ?

6.Menurut

Bapak/ibu/suadara masalah sosial apa yang sering terjadi di sekitar wilayah ini

a. Harmonis b. Biasa saja c. Tidak harmonis d. Tidak Tahu a. Tidak pernah

terjadi

b. Jarang Terjadi c. Sering terjadi

a. Konflik pertanahan b. Konflik masalah

irigasi

c. Konflik antar pemuda

d.Lain-lain sebutkan

a. Pencurian b. Pembunuhan

c. Kenakalan Remaja d.Pertengkaran e.lain-lainnya

a. Harmonis b. Biasa saja c. Tidak harmonis d. Tidak Tahu a. Tidak pernah

terjadi

b. Jarang Terjadi c. Sering terjadi

a. Konflik pertanahan b. Konflik masalah

irigasi

c. Konflik antar pemuda

d.Lain-lain sebutkan a. Pencurian b. Pembunuhan

c. Kenakalan Remaja d.Pertengkaran

e.lain-lainnya


(2)

Kegiatan sosial sebelum dan setelah irigasi

No. Uraian

Sebelum Irigasi ( 2006 )

Setelah Irigasi ( 2011)

S J T S J T

1. Kegiatan Sosial Masyarakat

Gotong royong membersihkan aliran sungai Gotong royong masa menanam

Gotong royong masa panen Pesta panen

2. Penyuluhan Pertanian Perolehan air

Distribusi air

Ritual dalam rangka pertanian Sedekah bumi

Keterangan : S = Sering

J = jarang T = tidak pernah


(3)

Lampiran 6. Uji Beda Rata-rata

Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Nominal

Pa ired Sa mpl es Test

-1E+007 7227274,305 722727,4 -1E+007 -9045332 -14,500 99 ,000 Pendapatan Tahun

2006 - Pendapatan Tahun 2011 Pair

1

Mean St d. Deviat ion

St d. Error

Mean Lower Upper 95% Confidenc e

Int erval of t he Difference Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Statistics

16461170,0000 100 10051193,21 1005119 26940550,0000 100 14477724,03 1447772 Pendapatan Tahun 2006

Pendapatan Tahun 2011 Pair

1

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

100 ,888 ,000

Pendapatan Tahun 2006 & Pendapatan Tahun 2011 Pair

1

N Correlation Sig.


(4)

Lampiran 7.Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Riil

Pa ired Sa mpl es S tati stics

16461170, 0000 100 10051193, 21 1005119

22494914, 7300 100 12088660, 69 1208866

Pendapatan Tahun 2006 Pendapatan Tahun 2011 (Riil)

Pair 1

Mean N St d. Deviat ion

St d. E rror Mean

Paired Samples Correlations

100 ,888 ,000

Pendapatan Tahun 2006 & Pendapatan Tahun 2011 (Riil) Pair

1

N Correlation Sig.

Pa ired Sa mpl es Test

-6033745 5603977,700 560397,8 -7145695 -4921794 -10,767 99 ,000

Pendapatan Tahun 2006 - Pendapatan Tahun 2011 (Riil) Pair

1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidenc e Interval of the

Difference Paired Differences


(5)

Lampiran 8.Uji Beda Rata-Rata Produktivitas Padi

Paired Samples Statistics

10983,01 100 2310,21909 231,02191 13319,32 100 1898,75160 189,87516 Produktivitas tahun 2006

Produktivitas Tahun 2011 Pair

1

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean

Paired Samples Correlations

100 ,619 ,000

Produktivitas tahun 2006 & Produktivitas Tahun 2011 Pair

1

N Correlation Sig.

Paired Samples Test

-2336,31 1874,40103 187,44010 -2708,23 -1964,39 -12,464 99 ,000 Produktivitas tahun 2006

-Produktivitas Tahun 2011 Pair

1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Paired Samples Correlations

100 ,888 ,000

Pendapatan Tahun 2006 & Pendapatan Tahun 2011 (Riil) Pair

1

N Correlation Sig.

Pa ired Sa mpl es Test

-6033745 5603977,700 560397,8 -7145695 -4921794 -10,767 99 ,000

Pendapatan Tahun 2006 - Pendapatan Tahun 2011 (Riil) Pair

1

Mean Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

95% Confidenc e Interval of the

Difference Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)


(6)

SIMODONG WEIR

ST RAI T S O F M AL AKA

Getah Da mar

Areal Perum ahan Ina lum

Dera s Sim pang

S. Pagurawa n

S. Pa re Pa

re

II/III ( Tanjung Gading )

PTP. Pare Pare

Desa S im pang Sim odong Getah Getah

S. Sim ujur

Pondok B andar T in gg i Dera s

S. Ra

ja SRJ PD

S. Sim

ujur

Tanjung SRJ

PD S. Ra

ja

S. Pagur awa n

Lima u

Kapas

S. Pagur awa n

Kam pung Besar

FLOOD WA Y

Pematang Nibung

Leje nd : River Flo w Direc tio n Pro vinsia l Ro a d Vo la g e Ro a d Irig a tio n Are a Vila g e

Divisio n Struc ture With Off-Ta ke O ff-Ta ke Struc ture Sim o d o ng We ir Ma in Ca na l Sec o nd a ry Ca n al

(e xistin g ) (e xisting ) Ma in Dra ina g e Sec o nd a ry Dra ina g e

N

DENAH DAERAH IRIGASI SIMODONG ( MEDANG DERAS )