Analisis Data METODOLOGI PENELITIAN

50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Fisik dan Sosial Daerah Penelitian

1. Lokasi, Letak dan Luas Daerah Penelitian

Kelurahan Cigugur terletak pada koordinat 108 o 27’ 15” BT dan 05 o 58’ 8” LS. Secara geografis posisi Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan merupakan salah satu Kelurahan yang terletak di sebelah barat dari “pusat kota” Kabupaten Kuningan yang berjarak + 3,5 Km dari Ibu Kota Kabupaten dan terletak di kaki gunung Ciremai bagian timur. Berada pada ketinggian + 661 M dari permukaan laut. Luas wilayah Kelurahan Cigugur adalah 300,15 Ha. Batas wilayah Kelurahan Cigugur antara lain: a. Sebelah Utara : Kelurahan Cipari b. Sebelah Timur : Kelurahan Kuningan c. Sebelah Selatan : Kelurahan Sukamulya d. Sebelah Barat : Desa Cisantana

2. Keadaan Iklim

Kelurahan Cigugur dengan ketinggian + 661 mdpl pada umumnya dipengaruhi oleh iklim tropis dan angin muson. Suhu rata-rata di Kelurahan Cigugur adalah 18 – 28 C.

3. Kondisi Demografi

Jumlah Penduduk Kelurahan Cigugur tercatat sebanyak 7.084 orangjiwa, laki-laki 3.615 jiwa dan perempuan 3.469 jiwa atau sekitar 2.413 Kepala Keluarga KK. Dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 2.360 JiwaKm 2. Komposisi Penduduk di Kelurahan Cigugur tercatat sebagai berikut: a. Berdasarkan Jenis Kelamin: Tabel 4.1 Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-laki 3.615 Orang 2 Perempuan 3.469 Orang b. Berdasarkan Agama Tabel 4.2 Jumlah penduduk berdasakan Agama No Agama Jumlah 1 Islam 4.075 Orang 2 Protestan 195 Orang 3 Katholik 2.620 Orang 4 Hindu 6 Orang 5 Budha 12 Orang 6 Kepercayaan 176 Orang c. Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3 Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 Lulusan SD Sederajat 1.752 Orang 2 Lulusan SLTP Sederajat 773 Orang 3 Lulusan SLTA Sederajat 2.765 Orang 4 Lulusan Akademi Universitas 543 Orang 5 Buta Aksara Karena lanjut Usia - d. Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.4 Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan No Pekerjaan Jumlah 1 PNS TNI POLRI 512 Orang 2 Wiraswasta Pedagang 210 Orang 3 Karyawan Swasta 455 Orang 4 Buruh 1363 Orang 5 Petani 1932 Orang 6 Peternak 253 Orang 7 Industri Kecil 4 Orang

B. Perubahan Sosial Masyarakat Cigugur Analisis Terhadap Sistem

Mata Pencaharian Masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. 1 Tidak ada masyarakat yang tidak mengalami perubahan, sebab kehidupan sosial adalah dinamis. Setiap masyarakat manusia selama hidup pasti mengalami perubahan- perubahan, termasuk perubahan yang menyentuh unsur-unsur dari kebudayaan. Koentjaraningrat berpendapat bahwa tujuh unsur kebudayaan universal tersebut, yaitu: 1. Sistem religi 2. Organisasi sosial 3. Sistem pengetahuan 4. Bahasa 5. Kesenian 1 http:id.wikipedia.orgwikiPerubahan_sosial_budaya 6. Sistem mata pencaharian hidup 7. Sistem peralatan hidup dan teknologi 2 Layaknya masyarakat pada umumnya, masyarakat Cigugur, Kuningan, Jawa Barat pun tidak bisa hidup statis. Dalam sejarahnya, masyarakat Cigugur mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupan mereka yang bersentuhan langsung dengan unsur-unsur kebudayaan tersebut. Seperti perubahan sistem religi masyarakat Cigugur yang sekarang banyak memeluk kepercayaan Sunda Wiwitan ajaran Jawa Sunda. Ajaran Agama Jawa Sunda yaitu sebuah ajaran yang di bawa oleh Pangeran Sadewa Alibassa Kusuma Wijaya Ningrat Kiai Madrais yang didasarkan pada kepercayaan akan Gusti Pangeran Sikang Sawiji-wiji, Tuhan pencipta alam semesta dengan segala sifat dan keunikan tiap-tiap makhluk-Nya, salah satu wujud kemaha kuasaan Tuhan adalah diciptakannya manusia dengan cira-cirinya yang inheren, dan diciptakannya bangsa yang juga memiliki cira-cirinya. Sebagai kiai, Madrais tentulah seorang yang alim dalam Agama Islam, namun dalam perkembangannya ia menemukan ajaran baru yang sebagiannya kemudian bertentangan dengan agama Islam, Ajaran itu adalah berkenaan pentingnya setiap manusia itu memperhatikan dan memberi penghargaan yang tinggi terhadap cara dan ciri kebangsaanya sendiri, yakni Jawa Sunda. Sepeninggal Kyai Madrais, ajaran yang sudah terkenal dengan sebutan Agama Djawa Sunda itu diterus kembangkan oleh puteranya, Pangeran Tedjakusuma, dan kemudian Pangeran Djati Kusumah sekarang ini. 3 Itulah sekilas perubahan sistem religi masyarakat Cigugur. Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Cigugur juga terlihat pada 2 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Aksara Baru, 1980, h. 217. 3 M Hisyam, Religi Lokal Dan Pandangan Hidup: Kajian Masyarakat Penganut Religi Talotang, dan Patuntung, Sipelebegu Permalim, Saminisme Dan Agama Jawa Sunda , Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya PMB LIPI, 2004. iv, h. 140.