45
Rata-rata
0,35
Sumber : Data diolah
4.4 Estimasi dengan Generalized least square GLS
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui fenomena Flypaper effect pada DAU dan PAD terhadap Belanja Modal pada kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara
diestimasi dan dianalisis dengan metode Generalized Least Square GLS seperti yang disarankan oleh Gujarati 2003.
Gujarati 2003 mengatakan bahwa metode GLS terbukti metode ini lebih baik dan konsisten. Hal ini dikarenakan metode GLS dapat diestimasi dengan fixed
effects models FEM dan random effects model REM, sehingga dapat diketahui mana model yang terbaik. Berikut hasil estimasi dari kedua model tersebut dengan
metode GLS seperti berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Estimasi Metode GLS FEM dan REM
Variabel Terikat : Belanja Modal Periode 2010 – 2013
Variabel Bebas Random Effects
Prob. Fixed Effects
Prob.
C DAU
PAD 11124.44
0.275999 0.462383
0.4172 0.0000
0.0000 -75242.85
0.478099 0.466491
0.0001 0.0000
0.0000
R2 Durbin
–Watson 0.808925
1.374287 0.948085
2.155698
Sumber : Data diolahlampiran 1 2
Berdasarkan hasil estimasi diatas model fixed effects models FEM menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan random effects model REM.
Hal ini bisa dilihat dari nilai R-squareR
2
dan nilai Durbin –Watson yang lebih
baik pada fixed effects models FEM dibandingkan random effects models REM.
Universitas Sumatera Utara
46 Setelah dilakukan estimasi diatas, maka langkah selanjutnya yaitu
pemilihan model terbaik dengan Hausman test, 1978 Gujarati,2003. Untuk penelitian ini, Hausman test diestimasi dengan program Eviews 7 sehingga
diperoleh nilai chi-squarenya. Ketentuan dari Hausman test adalah apabila null hypothesis Ho diterima, maka model yang digunakan adalah random effect
model REM dan sebaliknya apabila null hypothesis Ho ditolak, maka model yang akan digunakan adalah fixed effect model FEM.
4.4.1 Uji Hausman Test
Uji ini dilakukan untuk memilih model terbaik antara fixed effect model FEM dan random effect model REM dalam metode Generalized Least Square GLS
dan diperoleh hasil estimasi seperti pada tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.7 Hasil Uji Hausman untuk Fixed Effect dan Random Effect
Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: Untitled
Test cross-section random effects Test Summary
Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f.
Prob. Cross-section random
45.534169 2
0.0000
Sumber : Data diolahlampiran 3
Berdasarkan hasil estimasi diatas diperoleh nilai Chi-squarenya sebesar 45.534169 dengan prob.value sebesar 0.0000. Sedangkan Chi-square table
dengan df sebesar 2 pada α = 10, α = 5 dan α = 1 masing-masing sebesar 4.60, 5.99 dan 9.21. Sehingga nilai Chi-square Chi-square table maka null
hypothesis Ho ditolak. Dan dengan nilai prob.value sebesar 0.000 lebih kecil dari α=1. Sehingga dilihat dari nilai Chi Square statistik pada Uji Hausman dan
Universitas Sumatera Utara
47 nilai prob.value yang signifikan, berarti peneliti dapat menggunakan model Fixed
Effect Model.
4.4.1.1 Fixed Effect Model FEM
Sebagaimana hasil estimasi dari Hausman test diperoleh model untuk penelitian ini yaitu Fixed Effect Model FEM.
Tabel 4.8 Hasil estimasi dengan Fixed Effect Model FEM
Variable Coefficient
Std. Error t-Statistic
Prob. C
-75242.85 18290.52
-4.113763 0.0001
DAU? 0.478099
0.045288 10.55680
0.0000 PAD?
0.466491 0.042501
10.97592 0.0000
Cross-section fixed dummy variables R-squared
0.948085 Durbin-Watson stat
2.155698
Sumber : Data diolah lampiran 1
Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 4.8 dengan menggunakan pendekatan
Fixed Effect Model FEM diperoleh hasil persamaan sebagai berikut :
BM = -75242.85 + 0.47DAU + 0.46PAD
Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan Fixed Effect Model FEM memperlihatkan bahwa nilai koefisien determinasi R2 sebesar 0.948085.
Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel dana alokasi umum DAU dan pendapatan asli daerah PAD mampu memberikan penjelasan terhadap
belanja modal BM sebesar 94,80 persen. Sisanya sebesar 5,20 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini.
Dari hasil estimasi diatas menujukan bahwa variabel DAU memiliki pengaruh positif terhadap belanja modal pada kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara.
Dengan nilai koefisien sebesar 0.47 artinya apabila dana alokasi umum DAU pada kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara naik sebesar 1 cateris paribus
Universitas Sumatera Utara
48 maka akan meningkatkan belanja modal pada kabupatenkota di Provinsi
Sumatera Utara naik sebesar 0.47. Hasil regresi diatas juga menujukan bahwa DAU memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja modal pada α = 1. Ini
menunjukan bahwa DAU berpengaruh signifikan positif belanja modal pada kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara. Pengaruh positif DAU terhadap
anggaran belanja modal disebabkan oleh porsi DAU yang ditransfer kepada pemerintah kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara terus meningkat setiap
tahunnya dari tahun 2010-2013. Semakin tinggi nilai DAU menyebabkan belanja modal semakin besar pula. Hal tersebut dikarenakan Dana Alokasi Umum DAU
merupakan transfer dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah yang bersifat umum dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah
untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Variabel PAD memiliki pengaruh positif terhadap belanja modal pada
kabupatenkota di provinsi Sumatera Utara. Dengan nilai koefisien sebesar 0.46 artinya apabila pendapatan asli daerah pada kabupatenkota di Provinsi Sumatera
Utara naik sebesar 1 cateris paribus maka akan meningkatkan belanja modal pada kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0.46. Hasil regresi
diatas juga menujukan bahwa PAD memiliki pengaruh yang signifikan terhadap belanja modal p
ada α = 1. Ini berarti bahwa PAD berpengaruh signifikan positif terhadap belanja modal pada kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini
menegaskan bahwa pendapatan asli daerah PAD merupakan salah satu kontributor penyumbang dana dalam belanja modal. Semakin besar kontribusi
pendapatan asli daerah PAD terhadap belanja modal BM maka akan semakin
Universitas Sumatera Utara
49 baik dan semakin mandiri dalam hal keuangan daerahnya karena daerah tersebut
dapat membiayai penyelenggaraan pemerintahannya sendiri tanpa mengharapkan pemberian dari Pemerintah Pusat.
Hasil ini sejalan dengan peneltian terdahulu yang dilakukan Sumarmi 2010 bahwa pendapatan asli daerah PAD merupakan salah satu sumber pembelanjaan
daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Pendapatan asli daerah PAD juga merupakan salah satu
sumber pembelanjaan daerah, sehingga jika PAD meningkat maka dana yang dimiliki Pemerintah Daerah akan lebih dan tingkat kemandirian daerah akan
meningkat pula.
4.5 Identifikasi