11 bank syari’ah, maka BOPO juga bisa menunjukkan pengaruh negatif terhadap
Profit Distribution Management
. Ukuran Bank syari’ah sebagai salah satu kekuatan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, dimana salah satu
indikatornya adalah dengan total aset yang dimiliki oleh bank syari’ah itu sendiri. Logikanya adalah jika total aset yang dimiliki bank syari’ah itu semakin besar,
maka
Profit Distribution Management
yang akan dikelola semakin besar juga. Sehingga bisa dikatakan bahwa besar kecil
Profit Distribution Management
itu dapat dipengaruhi oleh ukuran bank syari’ah itu sendiri, dalam hal ini total aset.
Ukuran bank merupakan salah satu faktor penentu internal yang sejak ekspansi perusahaan adalah tanggung jawab manajemen bank dan Ukuran bank sering
dikaitkan dengan konsep
economic of scale
. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mencoba melakukan penelitian
dengan judul
“Faktor-faktor yang mempengaruhi
Profit Distribution Management
pada Bank Umum S yari’ah di Indonesia periode 2011-2014”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh Rasio Kecukupan Modal KM, Effektivitas Dana Pihak Ketiga EDPK, Risiko Pembiayaan RP, Proporsi Dana Pihak Ketiga
PDPK, Biaya Operasional per Pendapatan Operasional BOPO dan Ukuran Bank terhadap
Profit Distribution Managemen
t bank umum syari’ah di Indonesia periode 2011-2014?
12
1.3. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Rasio Kecukupan Modal KM, Effektivitas Dana Pihak Ketiga EDPK, Risiko Pembiayaan RP,
Proporsi Dana Pihak Ketiga PDPK, Biaya Operasional per Pendapatan Operasional BOPO dan Ukuran Bank terhadap
Profit Distribution Managemen
t bank umum syari’ah di Indonesia periode 2011-2014.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Bagi Akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dibidang
perbankan syari’ah dan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
2. Bagi Bank Syari’ah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kinerjanya dengan lebih baik terkait masalah
Profit Distribution
Management
sesuai dengan prinsip bagi hasil. 3.
Bagi Pengguna Jasa Perbankan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagi sumber informasi untuk
dapat melihat bagaimana kinerja keuangan bank syari’ah di Indonesia.
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Stakeholder
Perusahaan merupakan suatu entitas yang tidak hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, melainkan harus memberikan manfaat bagi
stakeholder
nya.
Stakeholder
adalah semua pihak baik internal maupun external yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun
dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Menurut Freeman 2013:1 defenisi
Stakeholder
adalah ―
Any group or individual who can affect or is affected by the achie
vement of the firm’s objectives”. Artinya,
Stakeholder
adalah kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan
tertentu. Hadi 2011:93 menyatakan ―Perusahaan tidak hanya
bertanggungjawab terhadap para pemilik
Shareholder
sebagaimana terjadi selama ini, namun bergeser menjadi lebih luas yaitu pada ranah
sosial kemasyarakatan
Stakeholder
. Fenomena ini terjadi, karena adanya tuntutan dari masyarakat akibat
Negative Externalities
yang timbul serta ketimpangan sosial yang terjadi‖. Ghozali dan Chariri 2007 dalam teori
stakeholder
, ―Perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk
14 kepentingan sendiri namun harus mampu memberikan manfaat bagi para
stakeholder
nya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh
stakeholder
perusahaan tersebut‖.
Anis dalam Tamba 2011 menyatakan ―
Stakeholder
mampu untuk mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan beraksi dengan cara-cara yang
memuaskan keinginan
stakeholder
saat
stakeholder
mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan‖. Dalam kaitannya dengan
bank, terutama bank syari’ah yang berada dalam lingkungan
Dual Banking System
, nasabah dan bank-bank pesaing menjadi
stakeholder
primer dan sekunder yang keberadaannya sangat berpengaruh bagi jalannya operasi
bank. Bagi bank, nasabah merupakan keberadaan yang vital, karena bank membutuhkan dana dari deposan sebagai salah satu fungsi operasional
bank untuk
Going Concern
dalam bentuk tabungan, deposito dan giro. Hal tersebut mengakibatkan setiap bank bank syari’ah ataupun bank
konvensional untuk bersaing memperoleh pangsa pasar nasabah, dimana bank konvensional menggunakan suku bung
a dan bank syari’ah dengan sistem bagi hasilnya untuk menarik nasabah.
Karim 2005 menyatakan ―Tipe nasabah di Indonesia sebesar 70 berada dalam kelompok
Floating Segment
‖.
Floating Segment
merupakan kelompok yang sensitif terhadap tingkat keuntungan. Menurut Mulyo
15 2012, ―Dalam segmen ini ada kemungkinan nasabah akan memidahkan
dananya pada bank lain
Displacement Fund
karena perbedaan
return
antara bank konvensional dan bank syari’ah‖. Jika bank konvensional yang mengacu pada suku bunga BI
rate
memiliki tingkat
return
yang lebih tinggi, maka bank syari’ah terpaksa
Forced
melakukan
Profit Distribution Management
PDM yang mengacu pada suku bunga BI
rate
, sehingga tingkat
return
bagi hasil bank syari’ah tidak kalah bersaing. Oleh karena itu,
Profit Distribution Management
PDM menjadi salah satu langkah yang digunakan bank syari’ah dalam me
manage stakeholder
nya dan bersaing dengan bank lain dalam hal tingkat bagi hasil.
2.1.2 Bank 2.1.2.1 Pengertian Bank
Peranan bank sebagai lembaga intermediasi dalam bidang keuangan cukup strategis baik untuk saat ini maupun dimasa yang
akan datang. Dengan beragamnya fasilitas perbankan yang dimiliki seperti: ATM,
Bank cards debit card, credit card
,
SMS Banking, Internet Banking
dan lain-lain, serta kemudahan dalam penarikan dan penyetoran dana maupun beragamnya instrument perbankan
dalam perkreditan, maka membuat masyarakat terbiasa dengan jasa pelayanan melalui bank. Dunia perbankan di Indonesia saat ini
mengalami persaingan antar bank yang sangat tajam yang ditandai dengan munculnya bank-bank baru yang sangat kompetitif.
16 Pengertian Bank menurut pasal 1 Undang-undang No. 10
tahun 1998 tentang perbankan adalah sebagai berikut: Bank adalah Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2.1.2.2 Klasifikasi Bank di Indonesia
Menurut Lubis
2012:30 Bank
di Indonesia
diklasifikasikan kedalam lima bagian, yaitu: 1.
Bank Menurut Kegiatannya Bank menurut kegiatannya dapat dibedakan berdasarkan periode
penerapan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Sebelum Undang-Undang tersebut berlaku maka
jenis bank berdasarkan kegiatannya dikategorikan kepada tiga jenis. Namun setelah Undang-Undang tersebut berlaku maka
hanya dikategorikan kepada dua jenis saja.
Tabel 2.1 Bank Berdasarkan Kegiatannya
Sebelum Berlaku UU No. 7 Tahun 1992
Sesudah Berlaku UU No. 7 Tahun 1992
Bank Tabungan Bank Pembangunan
Bank Ekspor-Impor Bank Umum
Bank Perkreditan Rakyat
17 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pemerintah telah
melakukan tindakan penyederhanaan institusi bank berdasarkan kegiatannya. Tujuan penyederhanaan ini adalah:
a. Memudahkan bank dalam memilih kegiatan perbankan yang
paling sesuai dengan karakter masing-masing bank.
b.
Menyederhanakan dan
memudahkan dalam
urusan mendapatkan izin operasi.
2. Bank Menurut Target Pasar
Sebagian bank memberi pelayanan secara terfokus pada kelompok nasabah tertentu. Dengan kebijakan ini bank akan
lebih menguasai dan memahami karakter nasabah dan kegiatan usaha dapat dilaksanakan lebih efisien dan menguntungkan,
sebab manajer dan pegawai bank akan lebih terbiasa dan berpengalaman dalam berinteraksi dengan nasabah. Salah satu
fokus pelayanan bank ini dapat ditinjau berdasarkan target pasar yang menjadi sasaran. Berdasarkan target pasar, bank dibagi
kepada: 1
Corporate bank
adalah bank yang memberikan pelayanan dan transaksi kepada nasabah yang berskala besar, biasanya
berbentuk koperasi. Namun dalam hal ini tidak berarti semua nasabah wajib berbentuk perusahaan.
2
Retail bank
adalah bank yang memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-naabah kecil. Sebagai gambaran,
18 jasa pinjaman kredit yang diberikan oleh bank yang termasuk
dalam kategori ini tidak lebih Rp 20 Milyar. 3
Retail Corporate bank
adalah bank yang memberi pelayanan kepada kelompok retail dan juga perusahaan-perusahaan
besar. Dengan kata lain jenis bank ini memberikan pelayanan kepada semua jenis nasabah baik nasabah besar maupun
nasabah kecil. Biasanya pihak perbankan yang memiliki target seperti ini bertujuan untuk mencapai keuntungan
maksimal. 3.
Bank Menurut Kepemilikannya Kepemilikan bank dapat dilihat dari penguasaan saham dan juga
akta pendirian bank tersebut. Dalam hal ini bank yang ada dibedakan kepada:
1 Bank milik pemerintah adalah jenis bank dimana akta
pendirian dan modal bank tersebut adalah milik pemerintah sehingga semua keuntungan yang diperoleh dari operasinya
akan menjadi milik pemerintah seperti BNI 46, BRI, BTN. 2
Bank milik pemerintah daerah adalah bank dimana pemiliknya adalah pemerintah daerah tertentu misalnya BPD
DKI Jakarta, BPD Jawa Barat, Bank Sumut. 3
Bank milik koperasi adalah jenis bank dimana saham- sahamnya dimiliki perusahaan yang berbadan hukum
koperasi misalnya Bank Umum Koperasi Indonesia.
19 4
Bank milik swasta nasional adalah jenis bank dimana seluruh atau sebagian bank tersebut dimiliki swasta nasional karena
akte pendiriannya dilakukan oleh pihak swasta. Misalnya Bank Muamalat,
Bank Central Asia
, Bank Niaga dll. 5
Bank milik asing adalah bank milik swasta asing atau milik pemerintah asing yang beroperasi di Indonesia. Bank ini
biasanya merupakan cabang dari bank induknya yang ada diluar negeri. Misalnya
American Express Bank, Hongkong Bank, City Bank
. 6
Bank milik campuran adalah jenis bank dimana sahamnya mayoritas dimiliki oleh pihak swasta nasional dan sisanya
dimiliki oleh pihak asing. Misalnya Bank Sakura Swadarma, Mitsubishi Buana Bank.
4. Bank menurut Status atau Kedudukannya
Pembagian ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat dari segi jumlah produk, modal dan
kualitas pelayanan. Menurut status atau kedudukannya, bank diklasifikasikan kepada:
1 Bank Devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi
ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing. Jasa-jasa yang diberikan bank ini antara lain
melakukan transfer ke luar negeri, mengeluarkan
traveler cheque
, inkaso ke luar negeri, pembukaan dan pembayaran
20
letter of credit
untuk perdagangan ekspor-impor dan sebagainya.
2 Bank Non Devisa adalah bank yang belum mempunyai izin
untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa. Bank ini melakukan aktivitas yang lebih terbatas baik ditinjau dari jasa
dan produk yang ditawarkan maupun luas geografi yang mungkin dilayani.
5. Bank menurut Prinsip Operasinya
Jika eksistensi perbankan ditinjau dari sudut prinsip operasi yang diaplikasikannya, maka institusi perbankan yang ada
sekarang dapat diklasifikasikan kepada dua kelompok yaitu: 1
Bank berdasarkan Prinsip Konvensional adalah bank-bank yang beroperasi dengan menggunakan sistem bunga dan
Fee Based
untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan. 2
Bank berdasarkan Prinsip Sya’riah merupakan lembaga intermediasi yang menyediakan jasa keuangan bagi
masyarakat dimana
seluruh aktivitasnya
dijalankan berdasarkan etika dan prinsip-prinsip islam sehingga bebas
dari unsur riba bunga, bebas dari kegiatan spekulatif
non- produktif
seperti perjudian
Maysir
, bebas dari kegiatan yang meragukan
Gharar
, bebas dari perkara yang tidak sah
Bathil
dan hanya membiayai usaha-usaha yang halal. Dalam operasinya, bank syari’ah memberikan dan
21 mengenakan imbalan atas dasar prinsip syari’ah jual beli dan
bagi hasil sehingga bank ini sering juga dipersamakan dengan bank tanpa bunga.
2.1.3 Bank Syari’ah
2.1.3.1 Mekanisme Penghimpunan Dana Bank Syari’ah
Dalam penghimpunan dana, bank syari’ah melakukan mobilisasi dan investasi tabungan dengan cara yang adil sehingga
keuntungan yang adil dapat dijamin bagi semua pihak. Tujuan mobilisasi dana merupakan hal penting karena Islam secara tegas
mengutuk penimbunan tabungan dan menuntut penggunaan sumber dana secara produktif dalam rangka mencapai tujuan sosial
ekonomi Islam. Berkaitan dengan hal diatas, maka prinsip yang dianut bank syari’ah dalam penghimpunan dana adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.2 Prinsip Produk Dana
No Produk
Prinsip Return untuk Nasabah
1 2
3 Giro
Tabungan Deposito
Wadiah Titipan Wadiah Titipan
Mudharabah Bagi hasil
Mudharabah Muthlaqah,
Mudharabah Muqayyadah
Bonus sesuai kehendak nasabah
Bonus sesuai kehendak bank bagi hasil, dengan
nisbah Bagi hasil, dengan nisbah
bagi hasil, dengan nisbah.
22 Dalam hal ini, bank syari’ah melakukannya tidak dengan
prinsip bunga riba, melainkan dengan prinsip-prinsip yang sesuai dengan syariat Islam, terutama
Mudha rabah
bagi hasil dan Wadi’ah titipan Sumber dana bank syari’ah selain dari kegiatan
penghimpunan dana, tentunya juga dari modal disetor sehingga keseluruhan sumber dana bank syari
’ah dapat dibagi menjadi: a.
Modal disetor: Bagian besar dari sumber dana bank syari’ah berasal dari modal karena bank syari’ah pada dasarnya adalah
sistem Islam yang berorientasi modal. Bentuk penyertaan modal dapat dilakukan dengan
Musyarakah Fi Sahm Asy-Syarikah
atau
Equity Participation
. b.
Rekening Giro: Bank syari’ah menerima simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro
Current Account
untuk keamanan dan kemudahan pemakaiannya dengan prinsip
Al-Wadiah Yad- Dhamanah
singkatnya Wadi’ah atau titipan.
c. Rekening Tabungan: Bank syari’ah menerima simpanan dari
nasabah dalam bentuk rekening tabungan
Savings Account
untuk keamanan dan kemudahan pemakaian, seperti rekening giro tetapi tidak se-fleksibel rekening giro karena nasabah tidak
dapat menarik dananya dengan cek. d.
Rekening Investasi Umum: Bank syari’ah menerima simpanan deposito berjangka dan memasukkan kedalam rekening
investasi umum
General Investment Account
dengan prinsip
23
Mudharabah Al-Muthlaqah
. Investasi umum ini sering disebut juga sebagai investasi tidak terikat.
e. Rekening Investasi Khusus: Rekening investasi khusus biasanya
ditujukan kepada para nasabahinvestor besar dan institusi. Investasi khusus ini sering disebut juga sebagai investasi terikat.
f. Obligasi Syari’ah: Bank syari’ah dapat pula melakukan
pengerahan dana dengan menerbitkan obligasi syari’ah. Dengan obligasi syari’ah, bank mendapatkan alternatif sumber dana
berjangka panjang lima tahun atau lebih sehingga dapat digunakan untuk pembiayaan-pembiayaan berjangka panjang.
2.1.3.2 Mekanisme Penyaluran Dana Bank Syari’ah
Dalam menyalurkan dana, bank syari’ah dapat memberikan berbagai bentuk skema pembiayaan yaitu Skema Jual Beli, Skema
Bagi Hasil dan Skema Sewa. 1.
Skema Jual Beli Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara
jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank
untuk melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga
sejumlah harga beli ditambah keuntungan margin. Tingkat keuntungan bank ditentukan pada saat akad dan menjadi bagian
24 harga jual barang kepada nasabah. Dalam skema ini terdiri atas
tiga, yaitu
Murabahah
,
Salam
dan
Istishna
.
a. Murabahah
, menurut Nurhayati dkk., 2009:160 ―Transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan
keuntungan margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli dapat dilakukan
secara tunai Bai’naqdan atau tangguh
Bai’muajjalBa’i Bi’tsaman
Ajil
‖. b.
Salam
, menurut Nurhayati dkk., 2009:188 ―Transaksi atau
akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan dan pembeli melakukan
pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan dikemudian hari‖.
c.
Istishna
, menurut Nurhayati dkk., 2009:202 ―Transaksi atau
akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan Pembeli Mustashni’ dan penjual
Pembuat
Shani
’‖. 2.
Skema Bagi Hasil Skema Bagi hasil dalam pembiayaan oleh bank
syari’ah terdiri atas skema bagi hasil
Mudha rabah
dan
Musyarakah.
a.
Mudharabah
, menurut Rifai dkk., 2007:772 menyatakan bahwa
25 Pembiayaan bagi hasil ketika bank sebagai pemilik
danamodal
Shahibul Mal
, menyediakan modal 100 kepada pengusaha sebagai pengelola
Mudharib
untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa
keuntungan yang dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam
akad. Apabila terjadi kerugian karena proses normal dari usaha dan bukan karena kelalaian atau kecurangan
pengelola kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Apabila
terjadi kerugian
karena kelalaian
dan kecurangan
pengelola, maka
pengelola bertanggungjawab sepenuhnya.
b.
Musyarakah
, menurut Rifai dkk., 2007:772 menyatakan bahwa
Pembiayaan bagi hasil ketika bank sebagai pemilik danamodal turut serta sebagai mitra usaha, membiayai
investasi usaha pihak lain. Pembiayaan tambahan diberikan kepada mitra usaha yang memiliki sebagian
pembiayaan investasi. Proporsi keuntungan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan
sebelumnya dalam akad yang dapat berbeda dari proporsi modal yang mereka sertakan. Apabila terjadi
kerugian, akan ditanggung bersama sesuai dengan proporsi penyertaan modal masing-masing.
3. Skema Sewa
Dalam syariat islam , Skema sewa dibedakan berdasarkan akad yaitu terdiri atas, skema
Ijarah
dan skema
Ijarah muntahiya bittamlik
. a.
Ijarah
, menurut Nurhayati dkk., 2009:216 adalah ―Akad pemindahan hak guna manfaat atas suatu barang atau jasa,
dalam waktu tertentu dengan pembayaran upah sewa
ujrah
, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu
sendiri‖.
26 b.
Ijarah muntahiya bittamlik
, menurut Nurhayati dkk., 2009:218 ―Merupakan ijarah dengan wa’ad janji dari
pemberi sewa berupa perpindahan kepemilikan objek ijarah pada saat tertentu yang dapat dilakukan jika seluruh
pembayaran sewa atas objek ijarah yang dialihkan telah diselesaikan dan objek ijarah telah diserahkan kembali
kepada pemberi sewa‖.
2.1.4
Profit Distribution Management
PDM
Menurut Bank Indonesia
Profit Distribution
PD adalah pembagian keuntungan bank syari’ah kepada deposan berdasarkan nisbah
yang disepakati setiap bulannya. Pihak manajemen bank syari’ah harus memperhatikan betul tingkat
Profit Distribution
melalui pengelolaannya
Profit Distribution Management
.
Profit Distribution Management
PDM merupakan aktivitas yang dilakukan manajer dalam mengelola pendistribusian laba untuk memenuhi kewajiban bagi hasil bank syari’ah
kepada nasabahnya.
Profit Distribution
diatur berdasarkan produk yang menjadi pilihan deposan terhadap bank, serta persetujuan nisbahnya.
Menurut Iqbal dan Mirakhor 2007 ―Laba didistribusikan antara deposan dan bank berdasarkan rasio yang telah ditentukan sebelumnya‖
Muhammad 2005 dalam Saputra 2013 menyatakan bahwa ―Pada mekanisme distribusi bagi hasil, pendapatan bagi hasil ini berlaku
untuk produk-produk penyertaan, baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian atau bentuk bisnis korporasi kerjasama. Pihak-pihak yang
27 terlibat dalam kepentingan bisnis yang disebut tadi harus melakukan
tra nsparansi dan kemitraan secara baik dan ideal‖.
Sundararajan 2005 dalam Farook dkk., 2009 menyatakan ―Bank Syari’ah melakukan PDM berdasarkan hubungan yang kuat antara suku
bunga pasar dan distribusi bagi hasil deposannya dalam sampel penelitiannya‖. Untuk menghitung PDM yang mengacu pada suku bunga
dapat digunakan
Asset Spread
.
Asset Spread
adalah
Absolute Spread
antara
Return On Asset
ROA dan
average Return On Investment Account Holder
ROIAH yang merupakan rata-rata
return
bagi hasil bagi nasabah .
2.1.5 Kecukupan Modal
Kecukupan Modal menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta
menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Untuk melihat kecukupan modal dalam suatu bank dapat
menggunakan rasio CAR atau
Capital Adequacy Ratio.
Menurut Harahap 1997:307
“Rasio CAR ini menunjukkan kecukupan modal yang ditetapkan lembaga pengatur yang khusus berlaku bagi industri-industri
yang berada dibawah pengawasan pemerintah, misalnya Bank dan Asuransi. Rasio ini dimaksudkan untuk menilai keamanan dan kesehatan
perusahaan dari sisi modal pemiliknya‖. Achmad dan Kusuno 2003 menyatakan ―Semakin besar rasio
CAR akan semakin baik posisi modal‖. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 1015PBI2008 pasal 2 ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan
28 modal minimum sebesar 8 dari Aset Tertimbang Menurut Resiko
ATMR, CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari sumber-sumber diluar bank PBI, 2008.
2.1.6 Efektifitas Dana Pihak Ketiga
Menurut UU perbankan No. 10 tahun 1998, Dana Pihak Ketiga DPK adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank
berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk tabungan, deposito, giro atau bentuk lainnya. Efektivitas Dana Pihak Ketiga atau
disebut juga
Effectiveness of Depositors Funds
merupakan cerminan dari fungsi intermediasi bank, yaitu dalam menyalurkan dana pihak ketiga
kepembiayaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik tingkat kesehatan bank, karena pembiayaan yang disalurkan bank lancar, sehingga
pendapatan bank semakin meningkat. Menurut Antonio 2001: 170 ―Dalam perbankan syari’ah lebih
dikenal istilah pembiayaan
Financing
bukan kredit
Loan
. Pembiayaan
Financing
merupakan penyaluran dana kepada pihak ketiga, bukan bank dan bukan Bank Indonesia yang dikeluarkan dalam bentuk produk bank
‖. Menurut Al-
Harran 1999 dalam Ascarya 2007:122 ―Dikenal tiga pembiayaan dalam perbankan syari’ah yaitu
Return bearing financing, Return free financing, Charity financing
‖
.
29
2.1.7 Resiko Pembiayaan
Menurut Rifai 2009:798 ―Risiko Pembiayaan adalah risiko yang
terjadi akibat kegagalan pihak lawan
Counter Party
memenuhi kewajiban
‖. Risiko pembiayaan dapat bersumber dari berbagai aktifitas fungsional bank seperti pembiayaan penyediaan dana,
treasury
dan investasi, dan dana pembiayaan perdagangan yang tercatat dalam
banking book
maupun
trading book
. Risiko
Pembiayaan digunakan
untuk mengukur
tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank syari’ah. Bank dalam
memberikan pembiayaan harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur dalam membayar kembali kewajibannya. Setelah pembiayaan
diberikan, bank wajib melakukan pemantauan terhadap penggunaan pembiayaan serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi
kewajibannya. Suatu pembiayaan harus dikelola dengan baik untuk meminimalisasi risiko yang ada.
2.1.8 Proporsi Dana Pihak Ketiga
Menurut Farook 2012 ―Proporsi Dana Pihak Ketiga adalah proporsi atas dana yang diperoleh oleh bank yang dihimpun oleh bank
syari’ah tersebut, dimana dana tersebut merupakan dana uang masuk ke bank syari’ah, yang berasal dari nasabah selain dana dari pemodal maupun
peminjam‖. PDPK juga merupakan salah satu faktor yang memberikan informasi, dimana dapat menggambarkan seberapa besar bank syari’ah itu
membutuhkan dana dari para nasabahnya. Jika dana tidak cukup, bank
30 syari’ah tidak mampu melakukan kegiatan operasionalnya dengan
maksimal atau bahkan menjadi tidak berfungsi sama sekali. Kemampuan bank dalam menghimpun dana dari masyarakat sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan bank, baik itu penghimpunan dalam skala kecil ataupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Dana deposan
merupakan dana yang dipercayakan masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana. Farook 2012 juga mengatakan ―Dana
deposan mampu memengaruhi anggaran
budget
sebuah bank,
budget
akan bertambah seiring bertambahn ya dana deposan‖.
2.1.9 Biaya Operasional per Pendapatan Operasional BOPO
Menurut Riyadi 2004 ―Biaya Operasional per Pendapatan
Operasional BOPO adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan
kemampuan bank
dalam melakukan
kegiatan
operasionalnya‖. Rasio BOPO merupakan rasio yang menunjukkan besaran perbandingan antara beban atau biaya operasional terhadap
pendapatan operasional suatu perusahaan pada periode tertentu.
BOPO telah menjadi salah satu rasio yang perubahan nilainya
sangat diperhatikan terutama bagi sektor perbankan mengingat salah satu kriteria penentuan tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesia adalah
besaran rasio ini. Bank yang nilai rasio BOPO nya tinggi menunjukkan bahwa bank tersebut tidak beroperasi dengan efisien karena tingginya nilai
dari rasio ini memperlihatkan besarnya jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh pihak bank untuk memperoleh pendapatan
31
operasional. Disamping itu, jumlah biaya operasional yang besar akan memperkecil jumlah laba yang akan diperoleh karena biaya atau beban
operasional bertindak sebagai faktor pengurang dalam laporan laba rugi.
Nilai rasio BOPO yang ideal berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.623 DPNP tanggal 31 Mei 2004 berada antara 50-75 sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin
efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya.
2.1.10 Ukuran Bank
Ukuran bank adalah suatu skala yang dapat diklasifikasi besar kecil bank menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log
size
, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran bank merupakan salah satu penentu internal
karena ekspansi perusahaan adalah tanggung jawab manajemen bank. Ukuran bank menurut Bo
yd dan Runkle 1993 adalah ―Ukuran bank sering dikaitkan dengan konsep
Economic of Scale
. Teori ekonomi menjelaskan bahwa jika suatu industri yang mengalami
Economic of Scale
, institusi bisa lebih efisien untuk menghasilkan biaya yang lebih rendah. Diharapkan bahwa ekonomi skala atau ukuran bank yang positif
berkaitan dengan profitabilitas bank ‖.
Untuk membandingkan bank besar dengan bank kecil, bank besar diasumsikan untuk menikmati skala ekonomi, mereka bisa menghasilkan
jumlah besar produk murah dan efisien. Oleh karena itu, bank-bank besar mampu menghasilkan tingkat pengembalian
yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bank kecil.
32
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu
NAMA PENELITI
JUDUL PENELITI
VARIABEL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Imawan 2014
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Profit
Distribution Management
Pada Bank
Syari’ah Di Indonesia
Periode2009- 2012
Variabel Dependen :
Profit Distribution Management
Y Variabel Independen :
Kecukupan modal X1
Efektifitas Dana
Pihak KetigaX2
Risiko Pembiayaan
X3
Proporsi Dana Pihak Ketiga X4
BOPO X5 Ukuran Bank
Syari’ah X6 Kecukupan Modal,
Efektifitas Dana Pihak Ketiga, Risiko
Pembiayaan, Proporsi Dana Pihak
Ketiga, BOPO dan Ukuran Bank
Syari’ah secara simultanberpengaruh
terhadap
Profit Distribution
Management
Bank Syari’ah di
Indonesia sebesar 57,0 .
Mulyo 2011
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Profit
Distribution Management Atas
Simpanan Deposan Pada
Bank Syari’ah Di Indonesia Periode
2008-2011 Variabel Dependen :
Profit Distribution Management
Y Variabel Independen :
Kecukupan Modal X1
Efektifitas Dana
Pihak KetigaX2
Risiko Pembiayaan
X3
Pertumbuhan PDB X4
Proporsi Pembiayaan Non Investasi X5
Proporsi Dana Pihak Ketiga X6
Penghapusan Penyisihan Aktiva
Produktif X7 Umur Bank Syari’ah
X8 1.
Kecukupan modal, proporsi
pembiayaan noninvestasi dan
penyisihan penghapusan
aktiva produktif secara parsial
berpengaruh positif terhadap
Profit Distribution
Management
2. Efektivitas dana
pihak ketiga dan proporsi dana
pihak ketiga secara parsial
berpengaruh negatif terhadap
Profit Distribution Management
3. Risiko
pembiayaan, Pertumbuhan
produk domestik
33
NAMA PENELITI
JUDUL PENELITI
VARIABEL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
bruto dan umur bank secara parsial
tidak berpengaruh terhadap
Profit Distribution
Management
. Saputra
2014 Analisis Faktor
Determinan Atas Profit
Distribution Management
Pada Bank Umum
Syari’ah Di Indonesia Periode
2011-2013 Variabel Dependen :
Profit Distribution Management
Y Variabel Independen :
Proporsi Dana Pihak Ketiga X1
Penghapusan Penyisihan Aktiva
Produktif X2 BOPO X3
Net Interest Margin X4
Tingkat Inflasi X5 Dari ke lima variable
menunjukkan bahwa PDPK, PPAP,
BOPO, NIM, dan Inflasi berpengaruh
secara simultan terhadap variabel
dependen
Profit Distribution
Management
.
Azmy 2008
Analisis faktor- faktor yang
mempengaruhi tingkat bagi hasil
simpanan
mudharabah
pada bank umum
syari ’ah di
Indonesia Variabel Dependen :
Profit Distribution Management
Y Variabel Independen :
FDR X1 NPF X2
CAR X3
Tingkat Inflasi X4
Pertumbuhan ekonomi X5
CAR +, Inflasi - dan suku bunga -
berpengaruh secara parsial terhadap
tingkat bagi hasil simpanan
mudharabah.
Aisiyah 2008
Faktor-faktor yang
mempengaruhi bagi hasil pada
bank syari’ah mandiri
Variabel Dependen :
Profit Distribution Management
Y Variabel Independen :
FDR X1 CAR X2
Effective Rate Of Return X3
Tingkat Bunga Pinjaman X4
Investasi X5 Tingkat Inflasi X5
FDR dan tingkat bunga pinjaman
invetasi berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap bagi hasil.
CAR dan tingkat inflasi berpengaruh
negative tidak signifikan terhadap
bagi hasil.
Effective rate of return
berpengaruh positif signifikan.
34
2.3 Kerangka Konseptual