Latar Belakang GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN

A. Latar Belakang

a. Definisi Perpajakan

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Agustinus Sonny, 2009;1. Berdasarkan definisi tersebut maka karakteristik dari pajak dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang dan pelaksanaannya. 2. Pembayaran pajak yang terutang oleh orang pribadi atau badan wajib pajak sifatnya dapat dipaksakan. 3. Pembayaran pajak tidak dapat menikmati kontraprestasi secara langsung dari pemerintah. 4. Pajak dipungut oleh negara, baik lewat pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 5. Penerimaan dari sektor pajak digunakan untuk pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

b. Pengertian Pajak Daerah

Menurut Mardiasmo, 2002:5 : “Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di gunakan untuk membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”. Pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah perda, yang wewenang pemungutanya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan didaerah. Pajak yang dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan peraturan daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah ialah sebgai berikut sugianto 2008:29 1. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan peraturan daerah, sifat pemungutannya dapat dipaksakan kepada masyarakat yang wajib membayar,dan terbatas di dalam wilah administratif yang dikuasai 2. Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pengertian Pajak Daerah adalah sebagai berikut: “Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”

c. Pengertian Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Selain itu, Pajak Hiburan dapat pula diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Dalam pemungutan Pajak Hiburan terdapat beberapa terminologi yang perlu diketahui. terminologi tersebut antara lain: 1. Hiburan adalah semua jenis pertunjukkan, permainan, permainan ketangkasan, dan atas keramaian dengan nama dan bentuk apa pun, yang ditontotn atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolahraga. 2. Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik untuk atas namanya sendiri atau badan yang bertindak baik untuk atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan. 3. Penonton atau pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan untuk melihat dan atau mendengar atau menikmatinya atau menggunakan fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggara, karyawan, artis para pemain, dan petugas yang menghadiri untuk melakukan tugas pengawasan. 4. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam bentuk apa pun untuk harga pengganti yang diminta atau seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukar atas pemakaian dan atau pembelian jasa hiburan serta fasilitas penunjangnya termasuk pula semua tambahan dengan nama apa pun juga yang dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan hiburan. Termasuk dalam pengertian pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima, termasuk yang akan diterima, antara lain pembayaran yang dilakukan tidak secara tunai. 5. Tanda masuk adalah semua tanda atua alat atau cara yang sah dengan nama dan dalam bentuk aapa pun yang dapat digunakan untuk menonton, menggunakan fasilitas, atau menikmati hiburan. Tanda atau alat atau cara yang sah adalah berupa tanda masuk yang dilegalsasu oleh Dinas Pendapatan Daerah KabupatenKota. Termasuk tanda masuk di sini adalah tanda masuk dalam bentuk dan dengan nama apa pun, misalnya karcis, tiket undangan, kartu langganan, kartu anggota membership, dan sejenisnya. 6. Harga tanda masuk, selanjutnya disingkat HTM, adalah bayaran nilai uang yang tercantum pada tanda masuk yang harus dibayar oleh penonton atau pengunjung

d. Perizinan Mengadakan Hiburan

1. Setiap penyelenggaraan hiburan harus dengan izin tertulis dari Kepala Daerah. 2. Untuk memperoleh izin penyelenggara hiburan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Daerah. 3. Permohonan Izin sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memuat : a. Nama dan Identitas Penanggung Jawab Penyelenggara; b. Alamat Tempat dan atau denah lokasi yang dimohon; c. Penanggung jawab pembayar pajak; d. Bukti pelunasan pajak atau jaminan pajak; e. Keterangan jenis hiburan yang akan diselenggarakan. 2 Izin penyelenggaraan hiburan insidental dapat diberikan setelah membayar uang jaminan pajak hiburan. 3 Izin tidak dapat dipindah tangankan kepada pihak lain kecuali dengan persetujuan tertulis dari Kepala Daerah. 4 Permohonan izin penyelenggaraan hiburan insidental harus diajukan selambat- lambatnya 14 hari kerja sebelum tanggal dimulai atau diselenggarakannya suatu hiburan. 5 Permohonan izin dapat ditolak oleh Kepala Daerah apabila : a. pemohon atau kuasanya dan atau penanggung jawab pajak masih menunggak pajak berdasarkan Peraturan Daerah ini; b. permohonan izin diajukan terlambat dari jangka waktu ; c. permohonan izin tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan. 6 Persyaratan dan tata cara pengajuan permohonan izin penyelenggaraan hiburan ditetapkan oleh Kepala Daerah 7 Izin penyelenggaraan hiburan hanya diberikan kepada penyelenggara hiburan untuk setiap jenis hiburan pada suatu lokasi atau satu tempat tertentu. 8 Setiap penyelenggaraan hiburan berkewajiban memasang maklumat pajak hiburan di tempat yang mudah dilihat oleh pengunjung. 9 Penyelenggara Hiburan yang menggunakan tanda masuk berkewajiban : a. memasang pengumuman yang memuat daftar harga tanda masuk untuk setiap kelas di tempat pembayaran tanda masuk; b. menjual tanda masuk yang telah dilegalisir secara berurutan dimulai dari nomor urut kecil, kecuali tanda masuk yang merupakan lembaran lepas; c. menyobek setiap tanda masuk yang dipergunakan pada saat penonton atau pengunjung memasuki tempat hiburan sehingga tidak dapat digunakan lagi; d. menyimpan bagian tanda masuk yang merupakan tanda pemeriksaan selama 14 hari setelah tanda masuk tersebut digunakan; e. membuat laporan tentang keadaan atau penjualan tanda masuk kepada Dinas Pendapatan Daerah. 10 Penyelenggara Hiburan dilarang : a. mengadakan, menyediakan, memberi, menjual dan menyebarkan tanda masuk yang bertentangan b. memberikan tempat atau kelas kepada penonton atau pengunjung selain dari tempat atau kelas yang tercantum dalam tanda masuk; c. mengubah tanda masuk yang telah disahkan menurut ketentuan Peraturan Daerah ini tanpa izin Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk; d. memberikan atau menjual tanda masuk yang telah dipakai kepada penonton atau pengunjung; e. memungut atau menerima pembayaran tanda masuk melebihi harga yang telah ditetapkan oleh Kepala Daerah. 11 Penyelenggara Hiburan, dan yang ketempatan diselenggarakannya hiburan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang terjadi di tempat hiburan yang bersangkutan. 12 Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk berwenang mencabut izin dan atau menghentikan penyelenggaraan hiburan yang sedang berlangsung apabila : a. penyelenggara hiburan tidak memenuhi kewajiban perpajakan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini; b. penyelenggara hiburan tidak atau kurang membayar pajak hiburan yang terutang; c. penyelenggaraan hiburan tanpa izin tertulis dari Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk; d. penyelenggaraan hiburan tidak sesuai dengan izin yang dikeluarkan; e. penyelenggara hiburan tidak mematuhi ketentuan. 13 Terhadap penyelenggaraan hiburan tanpa izin tertulis dari Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk penyelenggaraan hiburan dapat dihentikan dan pajaknya ditetapkan. Tanda masuk dan penggolongan bioskop 1. Kepala Daerah menetapkan jenis-jenis hiburan yang menggunakan tanda masuk. 2. Tanda masuk harus disahkan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah 3. Persyaratan, pengesahan dan penggunaan Tanda Masuk ditetapkan oleh Kepala Daerah

B. Objek dan Subjek Pajak Hiburan