a Self Assessment System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan,
tanggungjawab kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Ciri-cirinya:
• Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang reutang oleh wajib pajak ada pada fiskus;
• Wajib pajak bersifat pasif karena bukan dirinya sendiri yang menentukan besarnya pajak terutang;
• Utang pajak timbul setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak SKP oleh fiskus.
b Official Assessment System Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada Pemerintah fiskus
untukmenentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya: • Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada wajib
pajak itu sendiri; • Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaaporkan
sendiri pajak terutangnya. Fiskus tidak ikut campur, hanya mengawasi saja. c With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
D. Ruang Lingkup PKLM
Adapun yang menjadi ruang lingkup masalah yaitu melakukan pengumpulan data dan membahas permasalahan mengenai:
1. Prosuder pemungutan pajak hiburan dikota Binjai
2. dasar pengenaan pajak hiburan
3. ketentuan tarif pajak hiburan di kota binjai
E. Metode laporan
Untuk menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam proposal ini,maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang dimulai dari pengajuan judul, penentuan judul dan penentuan tempat ,mencari bahan
untuk pembuatan proposal hingga pada tahap berkonsultasi dengan pihak dosen.
2. Studi Literatur Kepustakaan
Pada tahap ini penulis mencari berbagai sumber-sumber seperti buku - buku, majalah, Undang-Undang perpajakan,dan yang membahas
mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak.
3. Observasi Lapangan
Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan pengamatan secara langsung ketempat narasumber, mencari data-data dan informasi tentang
Nomor Pokok Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
F. Metode Pengumpulan Data
Untuk menyimpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam laporan ini,
maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1.
Metode Wawancara Interview
Yaitu kegiatan yang mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan wawancara dan mengajukan pertanyaan secara langsung dengan kepala
seksi dan pegawai instansi yang berkomponen dan menambah objektif
yang berkaitan dengan kebutuhan yang diperlukan untuk melengkapi laporan penelitian.
2. Metode Observasi Pengamatan
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data secara langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan melakukan peninjauan dengan
mengamati, mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi.
3. Dokumentasi
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang diperoleh dari instansi.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Binjai
Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Binjai adalah suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola bidang penerimaan dan pendapatan daerah. Pada sub
bagian ini tidak terdapat lagi sub seksi, karena pada saat itu Wajib Pajak Wajib Retribusi yang berdomosili di daerah kota Binjai belum begitu banyak.
Mempertimbangkan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk Kota Binjai melalui Peraturan Daerah sub bagian keuangan tersebut diubah menjadi
bagian pendapatan. Pada bagian pendapatan dibentuklah beberapa seksi yang mengelola penerimaan pajak dan retribusi daerah yang merupakan kewajiban para
Wajib Pajak Wajib Retribusi dalam daerah Kota Binjai. Sehubungan dengan intruksi Menteri Dalam negeri KUPD No.71241-10 tentang penyeragaman struktur
organisasi Dinas Pendapatan Daerah di seluruh Indonesia, Maka Pemerintah Daerah Kota Binjai Berdasarkan perda No.17 Tahun 2011 menyesuaikan atau membentuk
struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru. Didalam struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah yang baru ini dibentuklah seksi-seksi administrasi Dinas
Pendapatan Daerah, juga dibentuk bagian tata usaha yang membawahi 3 tiga kepala.
sub sektor perpajakan, retribusi daerah, pendapatan daerah lainnya yang merupakan kontribusi yang cukup penting bagi pemerintah daerah dalam mendukung serta
memelihara hasil-hasilpembangunan dari peningkatan pendapatan daerah.
Namun sebagai Unsur Pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pemungutan pajak, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainya. Dinas Pendapatan dipimpin
oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Meningkatkan pendapatan daerah hendaknya
tidak harus ditempuh dengan cara kebijaksanaannya menaikkan tarif saja, tetapi yang lebih penting dengan memperbaiki atau menyempurnakan administrasi, sistem
dan prosedur serta organisasi dari Dinas Pendapatan Daerah yang ada sekarang. Namun kondisi saat ini, dirasakan tuntutan untuk perlunya meninjau kembali dan
menyempurnakan Manual Pendapatan Daerah MAPATDA dimaksud. Seiring dengan tuntutan gerak pembangunan yang sedang berjalan terutama dari pola
pendekatan yang selama ini dilakukan secara sektoral perlu diubah secara fungsional dan disesuaikan dengan kebijaksanaan pemerintah yang paling akhir dibidang
perpajakan, maka penyempurnaan telah dilaksanakan secara sungguh – sungguh sehingga berhasil disusun Manual Pendapatan Daerah MAPATDA .
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan